"Ini mas salep untuk mengobati memar yang ada di siku sama lutut mba Miska, di pake secara rutin ya mba miska" ucap suster berseragam layaknya suster dengan rambut di Gelung,di angguki oleh farhan dan miska
"Makasih sus"
"Kalo begitu saya permisi" suster itu pun pergi meninggalkan Farhan dan Miska di ruangan rumah sakit
"Eh, mau kemana Lo" miska yang ingin bangkit dari berbaringnya di atas matras di cegah oleh farhan
"Pulang" ucapnya
"Yaudah gua anterin"
Pikiran Miska bercabang, ternyata cowok ini baik juga bukan dia yang menyerempet miska tapi dia bertanggung jawab layaknya dia lah yang menyerempet, tapi Miska juga jangan dulu mengambil kesimpulan seperti itu bisa saja kan cowok ini hanya modus
"Sini gua papah"
"Ga, gua bisa jalan sendiri" bukannya Miska tidak menghargai pertolongan dari orang, tapi Miska tidak mau merepotkan lebih jauh farhan dan miska takut farhan hanya modus saja.
"Bisa jalan sendiri gimana, jalan aja pincang kaya gitu. Udah deh jangan keras kepala" tanpa persetujuan dari Miska Farhan pun memegang tangan Miska untuk di rangkulkan ke pundaknya, dan farhan melingkarkan tangannya ke pinggang miska untuk memapahnya
*
Siang ini di kelas X IPA 2 hening di karenakan mereka di sibukkan dengan soal matematika yang di berikan oleh guru mata pelajaran tersebut. Dari semua penghuni kelas di sana, tidak semua yang bisa dan suka pelajaran matematika ada juga yang tidak bisa dan tidak pun menyukainya contohnya arsha dia begitu pusing untuk mengerjakannya tapi kali ini ada sedikit yang ia bisa walau tidak semua setidaknya dia sudah berusaha
Tapi lain lagi dengan rama dia begitu santai tanpa ada beban mengerjakan soal itu, ya jangan di tanya kemampuan Rama mengerjakan soal matematika dia begitu lihai tidak hanya dia karim sahabat nya juga tidak kalah pintar nya dengan rama dan juga sahabat rama yang lainnya
"Yang sudah mengerjakannya boleh di kumpulkan di meja ibu" ucap Bu Santi yang sedang mengawasi semua muridnya di depan yaitu di mejanya
Tidak berselang lama, rama dan Karim maju ke depan untuk memberikan jawaban dari soal tadi, semua orang yang ada di kelas itu menatap kagum kepada dua cowok itu, soal nya bahkan sangat susah di tambah lagi banyak sekali anaknya alias dari satu nomor ada lagi tambahan seperti a,b,c bahkan d
Bu Santi yang ada di mejanya tersenyum hangat saat Rama dan karim meletakkan kertas jawaban dari soal yang ia berikan, setelah itu mereka berdua berbalik ketempatnya Karim sudah duduk di tempatnya tapi rama dia berhenti di sebelah kursi arsha, arsha kelihatan kesulitan mengerjakan soal-soal itu tapi jika di perhatikan arsha lucu jika sedang frustasi seperti itu tanpa di sadari senyum tipis terbit di wajah rama, rama tersadar dari lamunannya saat arsha menatapnya bingung, senyum tipis yang hampir tidak terlihat itu pun sudah tidak ada lagi rama pergi duduk ketempatnya di barengi tangannya yang meletakkan kertas di meja arsha
Arsha menatap Rama tapi rama tidak melihatnya balik ia hanya melihat kedepan entah apa yang dilihatnya, arsha membuka kertas itu di bawah mejanya ia berfikir macam macam, apa surat cinta? Tapi kenapa harus di kasih sekarang apa Rama tidak malu?, Tidak tentu saja tidak mungkin cowok nyebelin kaya Rama emang bisa melakukan hal seperti ini tapi jika bukan surat cinta lalu apa, oh yaa arsha tahu pasti ini surat adalah surat tagihan karena Rama sudah mengajarkannya bahkan soal yang ini saja arsha tidak mengerti Rama sudah meminta bayaran saja dasar matre, gak tulus banget cuma ngajarin aja harus pake bayar. Perlahan arsha membuka kertas itu walau sudah tahu apa isi dan maksudnya tapi dia harus tetap membukanya agar bisa menghormati gurunya itu!, dan saat arsha membukanya dia tertegun melihat isinya itu..
"Anak anak waktunya tinggal 7 menit lagi ya" mendengar waktu yang tinggal sedikit lagi arsha langsung mengerjakan soal itu dengan terburu buru
*
Rama melihat soal yang ada di white board dan diapun menyalinnya di buku khusus matematika, dia mengerjakan dengan santai
"Lah anjir bolpoin gua abis, ck ah elah" Karim mengoceh sendiri kebiasaan lama dia selalu tidak menyiapkan bolpoin cadangan, pasti sebentar lagi dia akan meminjam bolpoin kepada rama, ralat bukan meminjam tapi meminta
"Ram" panggilnya, dengan senyum andalannya yang membuat semua kaum hawa histeris, tapi senyum itu malah membuat Rama jijik "pinjem bolpoin dongg" ucap karim, sambil mengedip ngedipkan matanya seperti cacingan
Rama memutar bola matanya malas, apa dia bilang. Rama mengambil bolpoin di tas nya, tanpa di sengaja kertas jatuh dari tas Rama ke lantai rama mengambilnya awalnya dia akan langsung memasukkannya ke dalam tas nya lagi tapi tidak tahu kenapa mata nya mendorong agar melihat isi dari kertas tersebut, mata Rama membelalak, kertas ini adalah soal yang harus ia ajarkan kepada arsha tapi ia lupa untuk mengajarkannya waktu itu, terus bagaimana sekarang?, muridnya itu pasti tidak akan bisa mengerjakannya
"Ram mana sih bolpoin nya gua mau ngerjain ni" Karim sudah protes karena waktu nya terbuang sedikit banyak untuk mengerjakan soal matematika ini
"Nih" Rama menyodorkan bolpoin tepat di hadapan matanya karim, Karim bahkan harus memundurkan kepalanya ke belakang
Karim menatap Rama tajam dan mengambil bolpoin itu dengan kasar, Rama hanya tersenyum sinis
Rama menyiapkan kertas dan menulis rumus soal yang sedang semua orang kerjakan termasuk dirinya, dia menyalin rumus itu dari bukunya.
"Yang sudah mengerjakannya boleh di simpan di meja ibu" saat Bu Santi mengatakan itu saat itu juga Rama dan Karim selesai mengerjakan tugasnya
"Alhamdulillah beres juga gue, ram lu mau di barengin ama gue ga? Gue mau kedepan nih" ucap karim menawarkan. Tumben baik
"Ga, gausah gua sendiri aja"
Rama pergi untuk meletakkan jawaban dari tugas yang di berikan Bu santi, Bu Santi tersenyum hangat saat Rama dan karim meletakkan soal Jawabannya, Rama berbalik untuk duduk sekalian mengasih kertas jawaban ini kepada arsha ya ini memang tidak boleh tapi bagaimana lagi rama agak tidak tega untuk melihat arsha di remedial nantinya. Karim sudah duduk di tempatnya tapi rama dia berhenti di sebelah kursi arsha, arsha kelihatan kesulitan mengerjakan soal-soal itu tapi jika di perhatikan arsha lucu jika sedang frustasi seperti itu tanpa di sadari senyum tipis terbit di wajah rama, rama tersadar dari lamunannya saat arsha menatapnya bingung, senyum tipis yang hampir tidak terlihat itu pun sudah tidak ada lagi rama pergi duduk ketempatnya di barengi tangannya yang meletakkan kertas di meja arsha berharap Bu Santi tidak melihatnya
Saat duduk di tempat duduknya rama menyadari bahwa arsha sedang melihatnya, ia sengaja tidak melihat nya balik entah apa untungnya tapi rama ingin saja melakukannya, Rama sampai salting di lihat lama seperti itu oleh arsha kenapa dia tidak membuka kertasnya, dia malah melihat Rama seperti rama melakukan kesalahan yang fatal terhadap nya, setelah arsha tidak melihat Rama lagi dia membuka kertasnya dan lagi lagi bukannya langsung mengerjakan arsha malah melihat kertas itu seperti membaca novel di di perhatikan sekali, saat mendengar waktu yang tinggal sedikit lagi arsha baru mengerjakannya," dasar cewek bar bar" batin Rama dengan senyum dan kepala yang menggeleng geleng, seperti tidak habis fikir
Okee guys kembali lagi sama author amatiran.😅 kalo kalian punya saran dan kritik boleh banget buat coment ya, tapi kalo coment tanpa vote si bagaikan aku tanpa mu ciaaelah eh typo maksudnya bagaikan nasi tanpa lauknya kurang lengkap di lihatnya maupun di rasanya juga😅
Happy reading 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Puitis and si otak Rumus
Teen FictionBagaimana rasanya di ajarkan oleh siswa ganteng juga pintar, yang sangat di sayangi oleh guru guru. Mungkin kalian akan menerima nya dengan senang hati. Tetapi justru itu suatu mimpi buruk bagi Arsha Arsha siswi SMA yang berasal dari kelas X IPA 2...