23 The story

11 0 0
                                    

Hari ini Satria mengantarku ke rumah sakit untuk cek up kerena Oma Eni yang biasa mengantar ku sedang pergi bersama bik Yayah entah kemana, katanya sih urusan ibu-ibu.Setiap hari Satria datang mengunjungi ku bahkan dia sudah sangat akrab dengan Oma Eni, ku akui Satria memang pandai mengambil hati orang termasuk aku. Rasanya jadi tidak sabar untuk memperkenalkannya pada mamah dan kakak ku di Jakarta.

"Sudah siap?."
Tanya Satria yang datang dengan motornya.

"Aku selalu siap." Jawabku mengambil helm yang diberikan nya.

"Kenapa kau selalu terlihat cantik di pagi hari seperti ini." Ucapnya menggoda ku.

"Dan kau selalu terlihat tampan sepanjang hari." Balasku.

Gombalan-gombalan seperti ini sering kami lontarkan, sejak kami saling menyatakan cinta Satria jadi sangat asik dia bukan dia yang aku kenal dulu, garang dan sombongnya sudah tidak ada lagi dia benar-benar sudah kembali ke sifat awalnya. Aku telah berhasil.

"Cepatlah sembuh agar aku bisa melamarmu." Ucapannya saat kami sedang berjalan di lorong rumah sakit.

"Memangnya kenapa kalau melamar sekarang?."

"Aku tidak bisa melamar seseorang yang kehilangan ingatan, aku ingin kau menerima lamaranku saat kau benar-benar sembuh dan mengingat segalanya."

"Kau yakin sekali aku akan menerima lamaranmu, pak Satria Bhaskara?."

"Tentu saja,kau sangat mencintaiku bukan?."

"Bagaimana jika ada seseorang dimasa laluku? mungkin saja aku mencintai orang lain sebelum bertemu dengan mu."
Ucapku membuat wajahnya berubah garang.

"Hei kau ini."
Aku berhasil membuatnya panik,dia selalu marah kalau aku dekat dengan laki-laki lain selain dirinya bahkan dia pernah cemburu pada mang Diman.

Dokter bilang kondisiku sangat baik dan aku sudah bisa mendengar tentang masa laluku, tidak akan ada lagi rasa sakit di kepala seperti dulu. Ini sudah tiga bulan lebih tapi aku tidak mengingat apapun, setelah ini aku ingin tahu tentang kehidupanku sebelum amnesia.

Rasa khawatir mulai menghampiri ku, bagaimana jika aku tidak bisa mengingat selamanya atau bagaimana jika semua akan berubah jika ingatanku kembali, entah kenapa naluri ku mengatakan kalau ada seseorang di masa laluku yang mungkin saja kekasihku atau siapapun itu yang jelas aku merasa ada yang mengganjal di hati ku, tapi kalau memang aku punya kekasih kenapa dia tidak pernah datang mengunjungiku, entahlah atau mungkin aku memang tidak punya kekasih.

"Bagaimana jika aku tidak bisa mengingat juga setelah mendengar cerita masa laluku dok?."
Tanyaku sedikit cemas.

"Saya tidak bisa menjamin itu, tapi dari pasien-pasien saya sebelumnya mereka berhasil mengingat masa lalunya setelah pengobatan jadi saya yakin kamu juga akan seperti mereka." Jelas dokter.

"Dokter benar kau akan segera sembuh,  tenang saja."
Satria memberi semangat di sampingku.

Sebelum mengantarku pulang ke rumah Oma Eni, Satria membeli makanan dan mengajakku makan di tempat favorit kami yaitu di markas cinta sejati alias roof garden buatan kami, hampir setiap bertemu kami menghabiskan waktu di tempat itu.

Satria sedang mempersiapkan tempat makan kami yang di buat seperti piknik sedangkan aku bukannya membantu malah melamun sambil menatap langit, memikirkan apa yang selama ini menjadi keresahan ku. Aku merasa Satria datang menghampiri ku yang berdiri lumayan jauh darinya.

"Ada apa?."
Ucapnya di telingaku sambil memelukku dari belakang.

"Entah kenapa aku menjadi cemas ketika akan mendengar tentang masa laluku."

Endless Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang