0.1

25.6K 2K 362
                                    

Mobilku terhenti didepan sebuah sekolah, Yujin segera memakai tasnya dan mencium pipiku. "Dadah, Ayah. I love you."

"I love you too, Princess," ujarku lalu mencium balik Yujin gemas. "Rowoon, noona mau pergi sekolah, ucapin apa?"

"Bayi-bayi, Una."

"Baibai," ujar Yujin lalu keluar dari mobil dan mulai masuk ke gerbang sekolah, aku memperhatikan Yujin pergi hingga punggung gadis kecilku itu tidak terlihat lagi baru aku mengemudikan mobilku menuju ke restoranku.

"Mimu."

"Hm? Kenapa, Rowoon?" tanyaku melirik Rowoon yang duduk dikursi belakang lewat kaca spion.

"Mimuuu~ mimuu," katanya dengan tangan yang diletakkan dimulut.

"Oh, susu. Eh tadi kan udah makan biskuit di rumah, masih harus minum susu?"

"Mimuuuu! Mimuuuuu!" kalau Rowoon sudah begini artinya harus, tidak boleh tidak.

"Tunggu sampai di restoran yah. Nanti ayah buatin susu, oke?"

"Mimu?"

"Iya, nanti mimunya di restoran. Oke?"

"Mimu, mimu, mimu."

"Iya, iya."

🍳

Sampai di restoran, aku segera membawa Rowoon ke ruanganku dan mendudukkannya di sofa. Aku lalu membuatkan susu untuk Rowoon, sementara Rowoon sudah terus meneriaki 'mimu, mimu, mimu'.

"Ini, sekarang stop teriak-teriak yah?" kataku sambil duduk disamping Rowoon yang sudah menyedot susu dalam botolnya dengan terburu-buru.

Rowoon lalu menjatuhkan dirinya ke pahaku sambil tetap menyedot susu dalam botolnya. Aku mengusap-usap kepala Rowoon lembut, sementara sepasang mata bulat itu menatapku dalam sampai-sampai aku bisa melihat bayangan diriku didalamnya.

Tapi ada sosok lain.

Ada sosok lain yang terlihat didalam manik mata itu. Sosok yang menghilang tanpa jejak dua tahun lalu dan hanya meninggalkan sederet kata di aplikasi chat; aku pergi.

Aku menghela nafas.

"...Yah .... Ayah!"

"Hm?" ujarku kaget ketika Rowoon menarik-narik kemejaku.

Rowoon lalu menyodorkan botol susunya yang sudah habis padaku. Kok cepet banget minumnya?

Aku lalu mengambil botol susu tersebut dan menggendong Rowoon. Kuletakkan botol susu itu dimejaku, lalu menggendong Rowoon mendekati jendela ruang kerjaku.

"Rowoon, hari ini langitnya cerah," ujarku.

Rowoon menunjuk pesawat yang melitas di langit. "Ulung!"

"Itu pesawat, bukan burung," kataku mencubit hidungnya gemas.

"Awat? Awan?"

"Bukan. Pesawat itu kendaraan mirip burung, bisa terbang. Kalau awan itu benda putih lembut yang empuk kaya bantal."

"Bantal! Bobo!" ujarnya mempraktikkan cara tidur dengan kedua tangannya yang disatukan diletakkan disamping kepalanya.

Daddyable | Kim MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang