Happy Reading
"Kak Alva sayangku cintaku!" teriak Raina berlari kecil menghampiri Alva yang sedang bermain basket.
Alva sekarang sedang bermain basket namun mendengar teriakan Raina membuatnya jadi tidak bersemangat bermain basket.
Ia pun bersandar di Tiang bersama dua orang temannya Leon dan Dimas.
"Kak Alva, kak Alva capek kan? Sini Rain lapin keringatnya," ucap Raina lagi lalu mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya.
"Ga usah! Ganggu tau ga!" ketus Alva.
"Kalau gitu nih Rain bawain bekal dari minuman buat kak Alva," ucap Raina menyodorkan kotak bekal di depan Alva dan sebotol air mineral.
"Buat kita aja Rain, Alva mah orangnya ga asik, ya ga dim?" ucap Leon menaik turunkan alisnya.
"Besok deh, aku buatkan buat kak Leon sama kak Dimas," balas Raina.
"Seriusan nih? Wah makasih loh," ucap Leon dan Dimas.
Raina pun kembali menatap Alva dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya.
"Kak, kok kotak bekalnya ga diambil?"
Tanpa sepatah kata Alva langsung menepis kotak bekal itu dengan kasar, dan kotak bekal terlepas dari tangan Raina itu berakhir terhamburan di lapangan.
"Yah, Kak Alva kok gitu sih? Yaudah nanti Rain bikinin lagi yah! Bye Kak Alva! I lop youuu!" teriak Raina pergi meninggalkan Alva.
"Parasit!"
"Awas lo kena karma baru tau rasa lo," celetuk Dimas.
"Al, lo kalau ga mau kotak bekalnya, ambil aja buat kitaa, kasihan kan Raina lo bikin kek gitu padahal Raina cantik banget loh, sayang kan kalau dia suka sama manusia batu kek lo ini," jelas Leon.
"Cantik darimana, kek cabe sih iya," balas Alva.
"Astagaa Al!! Gue makan juga lo baru tau rasa," ucap Leon gemas melihat tingkah Alva.
"Cuma lo ga nyadar aja anjing, Raina tuh banyak yang suka, kalau dia mau tuh tinggal pilih aja, tapi sayangnya Raina sukanya sama lo yang batu ini!" ucap Dimas gemas terhadap sahabatnya.
"Bodoamat!"
***
"Rain lo gimana?" mau pulang sama gue ga?" tawar Diana.
Bel tanda semua pelajaran telah berakhir sudah sedari tadi berbunyi. Namun sopir Raina belum ada tanda-tanda kedatangannya.
"Ga usah Na, bentar lagi gue di jemput kok," tolak Raina tersenyum.
"Seriusan? Sudah mau hujan loh," ucap Diana tak yakin dengan perkataan Raina.
"Serius ih, udah sana pulang," balas Raina, ia sangat tidak ingin merepotkan sahabatnya itu, karena rumahnya tak searah dengan rumah Diana.
Raina pun duduk halte depan sekolah sembari menunggu sopirnya. Ia ingin menelpon Mamanya tetapi Handphone nya mati.
Tak lama hujan pun turun sangat lebat, membuat Raina menggigil kedinginan.
"Anjir kok turunnya langsung lebat gini sih?! Mana gue ga bawa jaket!" gerutu Raina sembari memeluk dirinya sendiri.
Sisi lain, Alva baru saja keluar dari gerbang sekolah, untungnya Hari ini dia membawa mobil, jika tidak ia akan kehujanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should You?
Teen FictionKarena Ini cerita pertama aku, jadi Mohon bantuannya:) • • • Berkisah tentang seorang gadis dengan sejuta senyuman diwajahnya yang ternyata memiliki beban hidup yang sangat besar bertemu dengan lelaki dingin yang tak punya hati yang selalu menyakiti...