Prolog

337 93 49
                                    

Lovata berlari dengan napas tersengal setelah turun dari taksi yang mengantarnya menuju kantor polisi, tempat yang belum pernah di kunjunginya. Panik setengah mati ketika mendapat telpon dari temannya yang berkata ia masih diselidiki atas masalah yang tidak ia perbuat.

Lovata mengedarkan pandangan begitu sampai dikantor polisi dan menghela napas lega ketika melihat temannya yang menundukkan kepala.

"Dar," Panggilnya. Pemilik nama asli Masdar temannya itu langsung melihatnya, ia bisa melihat pandangan sendu itu terarah kepadanya. Lovata yakin temannya pasti merasa bersalah karena memanggilnya ketempat ini pada tengah malam.

Masdar berdiri dan langsung memeluk sahabatnya itu. "Maaf" Gumamnya yang dibalas Lovata dengan anggukan.

Lovata melepas pelukannya walaupun masih memegang lengan masdar sambil melihat sekitar. Barulah menyadari ada tiga orang perempuan yang menelitinya, salah satu dari mereka ia pernah melihatnya walaupun ntah dimana. Ia pelupa jadi wajar saja. Mereka pasti teman kerja dari sahabatnya ini.

Masdar memberikan tempat duduknya untuk diduduki Lovata, dan beralih berdiri dibelakang Lovata seperti ingin berlindung.

Memutuskan beralih menatap polisi didepannya untuk bertanya, "Jadi, ada apa ya pak?"

"Sebelumnya, bisa jelaskan siapa kamu?" Si polisi bertanya balik.

"Saya Puri Lovata, wali sekaligus jaminan mereka. Sekarang bisa jelaskan?" Tanyanya tidak sabaran.

"Mereka menyerang seseorang atau lebih tepatnya mengeroyok anak dibawah umur. Mendorong, mencaci, dan memukul adalah jelas tindakan kriminal." Jelas polisi tersebut.

Lovata langsung mengernyit, apa tadi? Maksudnya sahabatnya yang anggun ini memukuli bocah? Bukankah itu diluar logika? Maksudnya, Masdar anak yang paham dan patuh terhadap norma dan pancasila. Lagipula, ia cukup yakin temannya bukanlah tipe cewek yang brutal dan liar, Masdar cewek yang lembut dan penyayang, bahkan ini kali pertamanya ia mendengar Masdar membuat masalah sepanjang hidup mereka bersahabat.

Lovata langsung menoleh ke belakang ketika merasakan lengannya di colek sahabatnya, sahabatnya hanya menggeleng kencang. Ia tahu artinya bahwa Masdar tidak melakukan yang disebutkan oleh polisi tersebut.

"Saya cukup yakin teman saya tidak pernah melakukan tindakan kriminal, lagi pula apa Bapak sudah mendengar penjelasan mereka?" Dengan sedikit memberikan pandangan sinis pada polisi itu.

"Anda bisa tanya kejadian ini pada korban dan saksi. Akan berbeda cerita jika anda bertanya pada teman anda. " Jawab polisi itu tenang.

"Pak, saya hanya tidak sengaja menabrak bocah tengil itu pak. Dan diwajahnya itu sebelumnya memang sudah ada memar. Saya yakin sebelum bertemu dengan saya, anak itu sudah berkelahi diluar sana. Dia hanya mengubah alur cerita dan membuat kami menjadi dalangnya!!" Pekik gadis disebelah Lovata dengan marah. Bagaimana tidak marah, ia sendiri sudah menjelaskan berkali-kali kronologi kejadian tersebut.

Polisi itu beralih menatap gadis disebelahnya dengan pandangan tajam dan menghakimi, "Kalau begitu bisa jawab saya kenapa semua orang yang berada disekitar kejadian mengatakan bahwa kalian melakukan tindakan kekerasan pada korban?"

"Karena mereka melihat dari kejauhan pak. Kami terlihat seperti memukuli anak licik itu karena kami menunduk untuk membantunya berdiri. Demi Tuhan, sebenarnya apa yang diinginkan bocah berengsek itu?!" Gadis lainnya menimpali.

"Oke, kalian bisa tanya itu nanti pada korban apa sebenarnya yang diinginkannya. Sekarang waktunya kalian menyelesaikan masalah ini."

"Baiklah, jadi apa yang harus saya lakukan?" Lovata akhirnya mengangkat suara setelah sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan itu.

Let Me Go [Home]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang