Bagian 7

111 48 7
                                    

Arkana membaringkan Lovata yang sudah tertidur ke sofa, kemudian mengangkat kepala gadisnya agar menjadikan paha Arkana sebagai bantalan. Lovata tertidur saat Arkana masih berperang melawan gairah yang sudah diujung. Arkana bahkan bingung harus gemas atau sebal terhadap Lovata yang bisa-bisanya tertidur disela temu kangen mereka. Tapi Arkana juga mencoba mengerti, mungkin gadisnya terlalu lelah.

Arkana mengelus kepala Lovata dengan senyum tercetak jelas di bibirnya, Lovata terlihat sangat cantik walaupun hidungnya memerah akibat menangis dan mata yang nampak sembab.

Arkana menahan mati-matian hasratnya agar tidak mencium gadisnya, karena demi Tuhan ia sangat bahagia saat Lovata menangis karena rindu dengan dirinya. Padahal awalnya ia berpikir mungkin Lovata akan menamparnya karena telah lama menghilang, atau menghindarinya. Karena itu ia sudah mengumpulkan banyak kata-kata untuk membujuk gadisnya.

Pikirannya tentang Lovata buyar saat pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok gadis dengan kening mengernyit.

"Ngapain lo disini?" Kata sambutan Ika yang diiringi wajah juteknya.

Arkana hanya berdeham sambil mengalihkan wajah, malas berurusan dengan teman Lovata. Toh, gadis itu juga tahu kalau Arkana adalah kakak Kelvin.

Seolah tidak peduli, Ika kembali berseru, "Kelvin belum pulang, jadi mending lo keluar deh sekarang. Gak enak juga diliat tetangga."

Begitu Ika berdiri mendekati sofa, seketika ia tersadar bahwa ada sosok lain yang menemani lelaki itu. Penampilannya seperti Lovata, tapi kapan pula gadis itu pulang? Batinnya.

"Itu, Lovata?"

Menghela napas sabar, ternyata teman Lovata satu ini sangat menyebalkan. Tidak peduli berapa kali ia menyueki gadis itu tetap saja bertanya.

"Iya"

"Ngapain dia tidur dipangkuan, Lo?! Patah tulang dia?!"

"Bisa tidak kalau bicara disaring dulu?"

"Lah, lo pikir mulut gue bubuk kopi pakai disaring?" Kemudian Ika beranjak berdiri didepan Arkana, ia menyenggol bahu Lovata sedikit kasar untuk membangunkan sahabatnya, "Heh, bangun lo!"

Cewek kasar yang sembarangan, Arkana menepis cepat tangan gadis didepannya ini, "Dia lelah, butuh istirahat." Bisiknya agar Lovata tidak terbangun.

"Dan kamarnya disana" Ika menunjuk kamar Lovata sembari melototi pemuda itu dengan tajam.

Lovata sedikit bergerak mungkin pengaruh dari suara Ika yang tidak bisa dikatakan pelan. Ia berbalik arah, masih tertidur dan tidak sadar bahwa sekarang wajahnya berada didepan perut Arkana. Bahkan pemuda itu sekarang menutup mata dan melipat bibirnya kedalam karena  gairah yang sempat terendam kini kembali naik kepermukaan.

Ika melihat wajah pemuda itu memerah semakin membuat amarahnya meledak, ia tahu bahwa lelaki ini sudah terpancing dan Lovata harus menjauhinya.

Ika menarik napas dalam, dan kemudian... "LOVATAAAAAAAAA...."

Lovata langsung terlonjak, ia terjatuh dari sofa dengan terduduk dilantai. Memijit kepalanya yang sedikit pening.

"Sejak kapan gue ajarin lo begitoo?!"

"Apaan sih lo" Masih belum paham mengapa sahabatnya mendumal, ia bangkit untuk duduk disofa dan berakhir terduduk dipangkuan Arkana.

"Aaahhh"

Suara desahan itu, Lovata langsung berbalik, dan..

"Aaaaaa" Lovata menjerit dan langsung berdiri.

"Kok.. kok..." Lovata tergagap, bingung dengan keadaan sekarang.

"Ayam lo!" Samprot gadis disebelah Lovata

Let Me Go [Home]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang