"KAMBEENNGG!!!" Teriak Lovata setelah melihat jam dinding menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Telaaat. Ia sudah sangat telat.
Dengan tergesa ia keluar menuju kamarnya agar segera bersiap.
Beruntung, Lovata hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk mempersiapkan dirinya, lagipula kantornya juga tidak terlalu jauh. Hanya butuh beberapa menit saja.
Karena itu ia memilih naik ojol daripada taxi untuk mempercepat waktunya sampai kekantor.
Mati sudah.
Setelah ia kemarin menolak perasaan si bos, hari ini ia telat. Paket komplit untuk membuat tanduk sang bos keluar.
Berdoa saja agar Ezra tidak memecatnya.
Begitu sampai lobi, semua orang memandangnya remeh. Biarkan saja. Lovata sudah tidak peduli.
Ia mempercepat langkahnya menuju lift yang langsung terbuka saat ia sampai didepan pintu, dan ia sangat bersyukur. Setelah memencet tombol menuju lantai paling atas, Lovata baru tersadar. Bukankah tadi malam ia tertidur bersama Arkana? Tetapi kemana pemuda itu, karena begitu Lovata terbangun ia hanya seorang diri.
Ia mendengus, miris rasanya. Kejadian saat pertama kali mereka bertemu terulang kembali. Dan dengan bodohnya ia menjatuhkan hati pada pria yang selalu meninggalkannya itu.
Lovata memegang kalung indah yang kemarin diberikan Arkana. Tidak, ia harus mempercayai kekasihnya. Mungkin Arkana sibuk.
Ya, seperti itu. Berpikirlah positif Lovata.
Setelah sampai dilantai teratas, Lovata langsung menuju meja kerjanya. Biasanya Ezra langsung memberikan secarik kertas berisi tugas yang harus ia selesaikan, tetapi hari ini nihil.
Karena itulah Lovata sekarang telah berada didepan pintu ruangan Ezra, jika biasanya ia langsung masuk tanpa mengetuk, hari ini ia mengetuk pintu si bos.
"Masuk."
Suara Ezra sangat tegas.
Lovata memasuki ruangan Ezra dengan kepala tertunduk. Daripada takut, Lovata lebih merasa gelisah. Takut keadaan menjadi canggung.
Lovata tersentak mundur begitu mengangkat kepalanya.
Ezra tidak duduk di kursi kebesarannya, melainkan di sofa bersama pemuda tampan yang duduk diseberangnya. Dan yang membuatnya terkejut adalah pemuda itu yang kemarin tidur bersamanya. Arkana.
Tidak berbeda dengan Lovata, Arkana juga terkejut. Apa kekasihnya mengikutinya kemari?
"Duduk."
"Y-ya?" Tanpa sadar Lovata duduk disebelah Arkana, mereka masih bertatapan tanpa menghiraukan Ezra yang menatap mereka tajam.
Ezra tidak tahan melihat mereka yang bertatapan terlalu lama menurutnya, "Kalian saling kenal?"
Barulah Lovata mengalihkan perhatiannya, karena suara Ezra terlalu dalam dan penuh penekanan. Lovata spontan berdiri, kemudian membungkuk untuk memberi tanda hormat sekaligus permintaan maaf.
"S-saya hanya ingin bertanya, apa yang harus saya kerjakan hari ini pak?"
Ezra mendengus, "Bukan itu jawabannya."
"Pacar gue." Arkana yang menyahut.
Detak jantung Ezra bekerja tiga kali lipat, seluruh tubuhnya terasa mendingin tapi ia berusaha untuk terlihat santai.
"Siapa?"Arkana berdiri, meraih pinggang Lovata dengan lembut dan mesra, "Lovata lah. Ya kali Lo yang gue pacarin. Disini cuma ada kita betiga kan?"
Melihat ada yang tidak beres diwajah keduanya membuat Arkana berasumsi sepertinya Ezra menaruh hati pada kekasihnya. Terbukti dengan tatapan kesedihan yang terpancar diwajahnya, sedangkan Lovata terlihat seperti ketakutan. Kekasihnya tidak selingkuh kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Go [Home]
RomanceKisah cinta seorang gadis yatim piatu. Semenjak ditinggal tanpa kabar oleh sang pacar, Lovata memutuskan tidak terlibat dengan cinta dan lelaki. Baginya itu musibah. Bersikap cuek dan masa bodo, solusi tepat untuk menjadi prinsipnya. Tapi apa jadi...