1. Rayya Pratista

478 32 12
                                    

       "Dek, cepetan. Hari pertama loh ini." Teriakan seorang wanita sudah menggaung di sekitaran rumah tersebut, sambil mengolesi mentega di roti tawar juga menyiapkan dua gelas susu hangat. Seperti biasa, wanita tersebut menyiapkan dua porsi sarapan pagi ini. Untuknya, dan untuk seorang yang ia teriaki tadi.

      Tak lama, gadis yang dimaksud muncul dengan langkah gaduh sambil menenteng tas ranselnya. "Bukan aku yang kelamaan, Kak Rayya yang kecepetan bangunnya." Elak perempuan yang lebih muda yang langsung duduk di meja makan dan menyantap roti tawar berlapis strawberry jam yang sudah tertata rapi di piring.

      "Memang harusnya seperti ini. Kamu bukan anak SMA lagi, Aira. Dunia perkuliahan nggak segampang yang kamu kira." Gadis muda bernama Aira hanya mengangguk-angguk. Ia tidak ingin mendebat kakaknya sepagi ini.

       Hari ini adalah hari pertama bagi Aira menapaki dunia kampus. Dan kebetulan Aira diterima di kampus yang sama dengan Rayya, kakaknya, hanya saja memilih fakultas yang berbeda.

       "Sini, aku aja yang bawa mobilnya kak." Aira mengambil kunci mobil dari tangan Rayya dan bergegas menuju mobil mereka yang terparkir di garasi, siap untuk membalah lautan kendaraan yang sudah pssti tumpah ruah di jalan raya sepagi ini.

      Rayya Pratista, gadis manis berusia 22 tahun yang... biasa saja. Tak ada yang bisa ditonjolkan darinya, setidaknya itu menurut dirinya sendiri. Rayya memang tidak terlalu suka terlihat, bahkan cenderung anti pada kegiatan yang melibatkan banyak orang.

     Selama 3 tahun kuliah, Rayya benar-benar tidak mempunyai teman. Hanya teman dalam diskusi, atau teman duduk. Selebihnya, bisa dibilang hanya sekedar basa-basi saling menyapa.

     Padahal, dahulu dia tidak seperti ini.

     "Kak, aku seneng deh, akhirnya bisa sekampus sama kakak." Ujar Aira, yang masih mengendarai mobil. Rayya membalasnya dengan tersenyum, "kakak juga seneng. Akhirnya kakak punya temen di kampus."

     Aira menghela pelan, namun cepat ia menyamarkan kesedihan di rautnya itu dengan senyym terbaik yang ia punya. Ia tahu benar mengapa kakaknya ini tak mau berteman dengan yang lain. Rayya juga alasan mengapa Aira bersusah payah masuk di kampus idaman semua orang ini. Agar ia bisa menjaga dan melindungi kakak yang amat ia sayangi dari kejahatan apapun yang mungkin saja menyerang.

      Tak terasa, mobil matic mereka sudah terparkir di parkiran kampus. Keduanya bergegas turun dan menuju ke lokasi masing-masing. Rayya menuju kelas, dan Aira menuju lokasi ospek.

     "Nanti kalo udah kelar aku whatsapp ya kak." Kata Aira, yang dibalas dengan anggukan kecil dari sang kakak. Ia kemudian pergi meninggalkan Rayya yang masih sibuk dengan buku-buku tebal di tangannya.

*******

      Tidak ada hal istimewa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Cenderung membosankan, malah. Rayya mulai merindukan kantin dan tempat duduk andalannya di ujung jendela. Juga menantikan cerita adik kesayangannya tentang ospek di hari pertama ini.

     Akhirnya, kelaspun berakhir. Rayya segera membereskan peralatan tulis ke dalam tas biru gelap yang sudah menemaninya selama setahun ini. Tapi, ia tidak langsung keluar kelas. Seperti rutinitas, Rayya menunggu semua teman kelasnya keluar terlebih dahulu, lalu dia menjadi yang terakhir keluar. Selalu seperti itu. Rayya terlalu malas untuk mengantri keluar bersama yang lain.

     Sesampainya di kantin, gadis itu masih sempat mengirimkan pesan singkat ke Aira sebelum menuju meja pojokan yang selalu ia duduki setiap kali berkunjung ke kantin kampus tersebut.

Heal The Broken Flower (Revisi Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang