Kegiatan ospek yang menjemukan akhirnya berakhir di pekan kedua. Aira sudah resmi menjadi mahasiswi di universitas ini bersama Rayya, sang kakak.
Kedua kakak beradik ini baru saja memasuki pelataran parkir ketika sebuah sepeda motor matic berwarna biru juga melesat di samping mereka.
Pengendara motor yang masih mengenakan helm di kepalanya hingga menutupi seluruh wajahnya tersebut menyamakan laju mobil, menoleh ke arah Rayya yang duduk di samping kursi driver.
Donghyuk. Dialah pengendara motor tersebut.
Sayangnya, Rayya yang sedang fokus dengan buku tebal di hadapannya tak sempat melihat sosok yang tersenyum dalam kaca helm berwarna hitam tersebut.
Aira menoleh ke arah Donghyuk sambil berdecak heran. Lelaki ini benar-benar memegang ucapannya beberapa hari yang lalu, saat Aira menanyakannya perihal Rayya, kakaknya, pada Donghyuk.
"Ngapain lo minta nomor hp kakak gue?" Tanya Aira tanpa basa basi saat bertemu dengan Donghyuk, disela-sela jam istirahat.
Yang ditanyai santai saja menjawab, "soalnya gue pengen deket sama kakak lo."
Gila.
Baru kali ini Aira melihat ada lelaki yang secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada kakaknya, selain seorang lelaki lagi yang sudah malas Aira bahas.
Maksud Aira, ia tak menampik jika kakaknya memang menarik, namun karena sifatnya yang menarik diri dari pergaulan, ia ragu jika ada lelaki yang akan betah pada kakaknya itu.
"Jangan macem-macem ya lo! Kakak gue bukan cewek sembarangan yang bisa lo mainin!" Aira mengancam. Tujuannya agar Donghyuk mengurungkan niat untuk mendekati kakaknya.
Donghyuk terkekeh pelan. "Bahkan sebelum lo bilang gini, gue tau kalo kakak lo bukan orang sembarangan yang bisa didekatin sembarang orang. Mangkanya, gue pengen banget lindungin dia dari orang-orang sembarangan."
Aira tertegun mendengarnya. Tak nampak kebohongan ataupun omong kosong di setiap ucapan yang terlontar dari bibir Donghyuk. Benaran tuluskah lelaki ini?
Aira memarkirkan mobilnya di bawah pohon rindang di pelataran parkiran fakultasnya, diikuti Donghyuk yang juga memarkirkan motornya di sebelah mobil tersebut.
"Dek, nanti kayaknya kakak pulang agak lambat deh, soalnya bakal ada kelas tambahan dari pak Dani. Kalo mau pulang duluan, pulang aja. Nanti kakak pulang pake ojek online bisa kok." Kata Rayya, seraya keduanya keluar dari mobil.
"Hai, kak! Hai, Aira." Belum sempat Aira membalas ucapan kakaknya, Donghyuk sudah nongol di antara mereka. Berjalan di belakang mereka dengan wajah cerah, mengalahkan sinar matahari yang sedang semangat menyinari dunia pagi itu.
Rayya hanya membalas sapaan Donghyuk dengan senyuman kecil, tak tau harus membalas bagaimana. Maklum, Rayya benar-benar jarang berkomunikasi dengan orang lain beberapa tahun belakangan ini.
"Nggak apa-apa kak, nanti aku tungguin aja. Sampe jam berapa emang?" Balas Aira pada Rayya, tidak mengindahkan sapaan Donghyuk, bahkan terkesan menganggap Donghyuk tak ada.
Posisinya sekarang Aira dan Rayya berjalan menuju gedung kampus, diikuti Donghyuk di belakang.
"Emm, mungkin jam empat atau jam lima sih. Kamu bukannya ada tugas kelompok sore?" Aira memang sudah bilang ke Rayya tadi pagi jika sore ini ia sudah ada kegiatan. Aira lupa sendiri dengan janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal The Broken Flower (Revisi Version)
FanfictionSelama ini, Rayya Pratista berjuang sendiri dalam hidupnya. Hidup hanya berdua dengan Aira Pratista, adiknya yang sudah menemaninya sedari kecil, membuatnya menjadi seorang gadis kuat yang bisa berdiri sendiri tanpa butuh bantuan siapapun. Namun de...