7. DEPEND ON YOU

99 15 3
                                    

"Kenapa bisa sakit sih, kak?" Baru lima menit lelaki itu memasuki rumah Rayya, namun omelan serta wajah yang bersungut tak suka sudah ia berikan pada Rayya.

Rayya yang baru saja menutup pintu setelah Donghyuk masuk ke dalam rumah hanya bisa berjalan mengikutinya di belakang, sementara Donghyuk berjalan menuju meja makan dan menyiapkan makan siang yang ia bawa. Untuk Rayya dan untuknya sendiri.

"Makan dulu, yuk. Aku bawain bubur ayam nih." Kata Donghyuk udah makanan te4saji di meja makan. Rayya sudah duduk di depannya. Bubur ayam untuk Rayya, dan nasi padang rendang untuk Donghyuk. Tidak adil.

"Aku nggak suka bubur."

Donghyuk mengerut, "Jadi mau makan apa, kak?"

"Aku nggak laper. Kamu makan aja sendiri." Iya, benar. Kalau Rayya sedang pusing begini, rasanya malas sekali membuat rahangnya mengunyah makanan.

"Tadi sarapan apa?"

Rayya memutar otak cepat. Seingatnya, setelah Donghyuk menelepon tadi pagi, Rayya langsung membaringkan diri di tempat tidur, lalu terlelap sampai jam sebelas, artinya Rayya memang tidak sempat sarapan tadi.

"Aku cuma butuh istirahat aja, Donghyuk. Jangan perlakuin aku kayak anak kecil. Aku lebih tua empat tahun ya daripada kamu." Protesnya.

Namun bukan Donghyuk namanya jika ia mendengarkan setiap protes yang keluar dari bibir Rayya, apalagi berkaitan dengan kebaikan gadis itu sendiri. Ia lalu menyiapkan nasi padang yang tadinya untuk ia makan, lalu menyodorkannya ke hadapan Rayya.

"Aku tau kakak pasti nggak sarapan, kan?" Tebaknya. "Makan dulu ya, kak. Beberapa suap aja juga nggak apa-apa. Yang penting ada yang bisa diolah di lambung kakak."

"- atau mau aku suapin aja?" Donghyuk sudah siap mengambil sendok di piring berisikan nasi padang yang sebenarnya untuknya untuk disuapkan ke arah Rayya, tapi cepat-cepat direbut oleh sang gadis.

"Aku cuma demam, ya. Bukan lumpuh."

Rayya kalah pokoknya kalo berdebat sama Donghyuk. Pria muda punya power sendiri sampai-sampai Rayya selalu kalah setiap berdebat sesuatu dengannya.

Rayyapun menyendokkan nasi tersebut ke dalam mulutnya. Satu suap. Dua suap. Hingga beberapa suap telah raib masuk ke dalam rongga pencernaannya tersebut.

Donghyuk tersenyum melihat Rayya mengunyah makanan yang ia bawakan.
Rayya yang kemudian sadar bahwa Donghyuk sedang melihat ke arahnya, lalu menawarkan makanan tersebut ke Donghyuk. Rayya merasa menjadi orang yang tida tahu diri. Sudah mengambil makanan orang, keasikan lagi makannya sampai lupa yang punya nasi belum makan.

"Nyesel ngasih makanan ke aku, ya? Sampe diliatin segitunya."

"Aku seneng liat kakak makan lahap." Ujarnya, dengan senyum manis khasnya tentu saja.

Dan Rayya tahu pipinya sudah memerah lagi.

"Kak..."

"Hm?"

"Suapin dong. Laper."

Rayya hampir tersedak. Astaga, benar-benar bikin malu.

"Nih, makan sendiri. Yang sakit aku, kok kamu yang disuapin."

Lagi-lagi Donghyuk seakan tak mendengar. Mulutnya sudah terbuka minta disuap.

"Asli ya, kamu tuh...." Walau sambil mendengus, Rayya tetap menyuapi lelaki tersebut.

Donghyuk tersenyum lagi sambil mengunyah makanan yang sekarang sudah di mulutnya. "Nasi padangnya tambah enak kalo kakak yang suap."

Rayya tak tahu lagi bagaimana cara menjaga jantungnya agar tetap baik-baik saja.

Heal The Broken Flower (Revisi Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang