Jihyo menunggu Sungjin di depan gerbang sekolah sekitar 10 menit yang lalu, Jihyo hanya takut kalau Sungjin kesiangan karena tadi pagi-pagi sekali Sungjin pulang untuk beres-beres sekolah.
Banyak yang Sungjin tahu tadi malam, Jihyo kalau udah ngambek susah si bujuk, Jihyo penakut, Jihyo manja, Jihyo sangat lembut maksud dari lembut adalah dia sangat mudah menangis (bukan cengeng) dan Jihyo sangat polos.
Senyum Jihyo mengembang ketika Sungjin terlihat, kenapa terlihat? Karena hari ini Sungjin membawa motor besarnya yang berwarna merah.
Sungjin membuka helm fullface-nya kemudian menyugar pelan rambutnya kebelakang dan menatap Jihyo.
"Lo ngapain disini?"
"Nungguin kamu"
"Ck! Ada-ada aja deh"
Gemas, Sungjin mencubit pelan pipi Jihyo.
"Ayo naik"
"Ngapain?"
"Ke parkiranlah masa gue parkir motor di gerbang?"
"Masa aku naik motor kamu pake rok?"
"Terus maunya gimana?"
"Gatau"
"Yaudah tunggu sini"
"Kamu mau kemana?"
"Pulang"
"Ishh ngapain pulang?"
"Engga Jihyo, gue mau parkir ini motor, oke?"
"Ohh oke"
Sungjin tersenyum sebentar lalu melanjutkan perjalanannya menuju parkiran yang sebenarnya tak jauh dari Jihyo berdiri lalu Jihyo inisiatif untuk mendekati Sungjin dan berdiri di sampingnya.
"Dih kok ada disini?"
"Abis lama hehe"
"Nyebelin"
Sungjin turun dari motornya lalu merapihkan poni Jihyo yang tertiup angin.
"Yuk ke kelas"
"Yuk"
"Itu totebag buat apa?"
"Ohh ini bekal aku dan bekal buat kamu"
"Kok tapi kayanya keliatan banyak banget?"
"Ada mukenanya"
"Mukena?"
"Kenapa?"
"Gapapa, kemarin kenapa ga bawa?"
"Aku lagi 'datang bulan' kemarin hehe"
"Hemm jadi sekarang mulai nih ibadahnya?"
"Iyaa sekarang mulai ibadahnya, kamu mau ikut?"
Sungjin menggeleng sambil tersenyum.
"Kenapa?"
Tangannya kembali bekerja, kali ini mengusap pelan pipi Jihyo.
"Kita 'beda' Jihyo"
"Maksudnya 'beda' ?"
"Ibadah gue hari sabtu atau minggu, ngerti?"
"Kenapa? Kamu bukan seorang muslim?"
Sungjin menggeleng pelan-pelan, membuat Jihyo terdiam.
"Kepercayaan kita, cara kita ibadah, cara kita berdoa, kiblat kita tak sama, kitab kita tak sama, kita 'berbeda'..."
"... paham?"
Jihyo mengangguk kemudian tersenyum bahkan menggenggam tangan Sungjin yang masih berada di pipinya.
"Gapapa, temanku banyak yang 'beda' sama seperti kamu, tapi aku nyaman, aku ga pilih-pilih teman, semuanya temanku hehe kamu juga"
"Untuk saat ini kita hanya teman, gatau besok"
Setelah itu Sungjin meninggalkan Jihyo di koridor, sendirian dengan tatapan tak mengerti.
"Apa maksudnya?"
.
.
.
.
.
Bersambung...