Eps. 14

25 4 0
                                    

"Selesai"

Wanita cantik dengan rambut sebahu itu menutup bukunya setelah menyelesaikan tugas yang di kumpulkan besok, matanya menatap langit di luar jendala.

Cardigan soft pink ia tarik pelan kedepan untuk menyelimuti tubuhnya yang ramping.

Jihyo menatap langit malam di luar sana, dia sedang berdiri di kamarnya dengan jendela yang ia buka lebar-lebar membiarkan angin malam masuk, membiarkan matanya melihat-lihat taburan bintang yang di temani sang bulan di langit yang gelap.

Wanita itu memikirkan kembali soal pernyataan cinta Sungjin dan sedari tadi Jihyo menanyakan teman-temannya yang pernah mempunyai hubungan seperti ini.

Rata-rata jawabannya adalah : tidak apa-apa, jalanin aja dulu, semua balik lagi ke lo, santai yang penting lo tetap dengan keyakinan lo.

Jihyo jadi pusing, apa dia akan menerima Sungjin?.

Tapi Jihyo juga takut kalau 'dia' marah karena salah satu umat-nya mempunyai hubungan dengan seseorang yang berbeda.

Jihyo ingin sekali merasakan apa itu pacaran? Bagaimana jalan bergandengan tangan? Tertawa karna hal kecil, berboncengan dan hal-hal lain yang pernah di lakukan oleh pasangan lain.

Sedari dulu Jihyo memang tidak pernah memiliki hubungan yang namanya pacaran dan apakah ini saatnya?.

Jendela ia tutup begitupun dengan tirai yang ia buka dan kembali kepada ranjang empuknya yang nyaman tentu di temani dengan langit-langit kamar yang indah.

Kejadian di sekolah kembali terulang di otaknya membuat Jihyo memejamkan mata ketika kepalanya berdenyut, rasanya Jihyo ingin teriak saja dan dia pikir dia sudah gila karena perkataan Sungjin terus mengalun bagai melodi, suaranya yang merdu membuat Jihyo menghangat.


Ini tidak bisa, Jihyo harus mengambil tindakan karena besok Sungjin menjemputnya dan pasti akan terasa canggung seperti tadi sore.

Mereka diam-diaman sampai di rumah Jihyo tidak ada obrolan, tidak ada kata-kata yang keluar, tidak ada canda tawa seperti biasa.

Bagaimana dengan besok?.

Jihyo menggeleng pelan lalu mengubah posisinya menjadi tengkurap, matanya belum mengantuk padahal sudah jam 10 malam.

"Apa aku terima aja?"

***

Sungjin membuka kelopak matanya perlahan setelah beberapa menit dirinya memejamkan mata untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

Entah, dirinya sudah biasa dengan rasa sakit di kepala ini yang seperti di tusuk-tusuk oleh benda tajam.

Pikirannya kembali kepada Jihyo, dia tau ini sungguh mengejutkan, dia tau ini terlalu cepat, tetapi dia tidak tahan dengan rasa sesak yang menyerang dadanya ketika senyum itu untuk orang lain, tawanya untuk orang lain, tatapannya untuk orang lain dan pokonya Sungjin tidak rela.

Dia tau dia possesive padahal Jihyo bukan miliknya tetapi darah selalu berdesir ketika senyumnya mengembang untuk dirinya, bukan untuk orang lain.

Apa ini obsesi atau cinta?.

Sungjin tidak peduli akan hal itu, kini yang terpenting dirinya harus memiliki Jihyo secepatnya yang mungkin terkesan memaksa dan egois tapi Sungjin tidak mau wanitanya kembali direbut atau lebih parahnya dia kehilangan lagi.

Lagi-lagi saingannya temannya sendiri yaitu Brian.

Sudah muak sekali ketika Sungjin harus berurusan dengan temannya itu, dia tidak ingin pertemanannya hancur tetapi dia juga tidak ingin menyerah.


"Egois karena gue mau milikin dia, padahal gue tau kalau kita gabisa di satuin"

Sungjin mengusap wajahnya kasar.

Jihyo tidak akan memilih Brian karena Sungjin dan Brian sama, pikir Sungjin.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LDR 'Park Sungjin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang