Sungjin membuka matanya secara perlahan, penglihatannya buram, tenggorokannya sakit dan kepalanya berdenyut, sudah berapa lama dirinya tertidur?.
Nuansa berwarna putih menyapa indera penglihatannya, wangi-wangian infus juga obat menyeruak kedalam indera penciumannya dan matanya melirik kesana-kemari untuk mencari seseorang yang mungkin dirinya kenal.
Ceklek
Bola matanya bergulir kearah pintu yang terbuka, bibirnya ingin menciptakan seulas senyum, tetapi tidak bisa.
Jae dan Dowoon mematung di ambang pintu, ketika melihat Sungjin membuka matanya lalu kaki kecil namun panjang milik Jae itu berjalan mendekati Sungjin yang masih terkulai lemas dan menekan tombol berwarna merah di atasnya, memanggil dokter.
"Hai"
Sungjin ingin membalas sapaan Jae tetapi bibirnya sangat sulit untuk bergerak.
"Dikit lagi dokter kesini, sabar ya?"
Jae dan Dowoon tersenyum lebar.
Ceklek
Dokter masuk dan langsung memeriksa Sungjin.
Jae dan Dowoon hanya melihat di belakang sang dokter, alat pernafasan Sungjin di buka, ketiga kancingnya di buka untuk mendengar keadaan jantungnya, juga infusnya di mainkan.
"Puji tuhan keadaanya semakin membaik"
Jae dan Dowoon menghel nafas, lega.
"Terima kasih dok"
"Sama-sama, saya permisi"
Jae dan Dowoon mengangguk dan mulai duduk di kursi yang tersedia.
"Kita berdua doang nih, Young K sama Wonpil lagi beli makanan dulu baru kesini dan orang tua lo kesini juga kok nanti, sabar ya?"- Dowoon.
Sungjin mengangguk lemah, badannya kaku tetapi dia senang mendengar suara Dowoon dan Jae.
Sangat banyak pertanyaan yang ingin Sungjin lontarkan tetapi sangat sulit untuk mengucapkan 1 huruf saja.
"Jangan banyak gerak, istirahat aja"- Jae.
Ceklek
Pintu kembali terbuka menampilkan sosok Young K, Wonpil dan Yeon.
"Ketemu Yeon di jalanan nih ta-"
Ucapan Wonpil terhenti ketika melihat Sungjin tengah menatapnya.
"Eh udah sadar"
Wonpil berjalan cepat kearah Sungjin dan berdiri disana.
"Bener kan prediksi gue dia bakalan sadar bulan ini"- Young K.
Bulan ini?.
Berapa lama dia tertidur?.
Apakah selama itu?.
"Udah jangan banyak omong lo, Sungjin baru bangun"- Yeon.
Sungjin menatap teman-temannya tetapi hanya 1 orang yang belum ada kabar, dia Jihyo.
Kemana wanita itu?.
"Sayang"
Bola matanya kembali bergulir, kesadarannya kembali dari acara melamun ketika sang Mamah dan Papah masuk ke ruangannya.
Mamah menangis, bersyukur.
Sungjin sampai tidak mendengar pintu terbuka tadi, Jihyo selalu menghipnotis dirinya.
"Sayang... gimana? Masih sakit ya?"
"Mah jangan di tanya dulu, anaknya baru sadar"
"Kangen Pah"
"Kita semua kangen Mah, ngeliat Sungjin buka mata aja bersyukur"
Jae menatap teman-temannya satu persatu untuk mengisyratkan kalau mereka harus pulang, bagaimanapun Sungjin masih harus istirahat.
"Om tan, kita pamit ya? besok kesini lagi buat jenguk Sungjin dan lo cepet sembuh kangen nih nge-band"
Jae terkekeh melihat bola mata Sungjin yang sedikit melotot, mungkin maksudnya Sungjin kalau dia juga kangen.
"Yaudah ya om tan, kita duluan"
Satu-persatu keluar meninggalkan keluarga itu di dalam ruangan yang membuat Sungjin sedikit tidak betah.
"Mah"
Kecil sekali, bagaikan angin lewat.
"Iya sayang?"
Mamah mengerti dan menajamkan pendengarannya begitu juga dengan Papah.
"Ji..."
"Iyaa Ji apa?"
"Ji-Jihyo ke-kemana?"
.
.
.
.
.
Bersambung...