Bila ada rasa lelah kaki kita saat berdiri memperjuangkan harapan, jangan menyerah. Karena hanya harapan yang mampu melihat bahwa ada seberkas cahaya dibalik pekatnya kegelapan.
Terkadang, HATI melihat apa yang tidak terlihat oleh MATA.
Terkadang, ketika angin berhembus diam-diam. Berbisik ditelinga, sembari menertawakan kebodohanku. Aku hanya bisa bersyukur bahwa aku masih bisa hidup.
Namun kini suara angin itu berbeda. Ia terdengar lembut dan bersahabat. Biasanya, angin ini datangnya tak terduga. Bersamaan dengan langkah kaki orang lain. Perlahan, namun nyata.
Ketika aku melihatmu, aku malah meneteskan air mata.
******
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat itu, ketika mata tak lagi mampu melihat Dan kedua kaki tak mampu lagi melangkah Serta suara yang hilang tak lagi terdengar Aku tetap bisa merasakan segala hal, karenamu
Ketika langit pagi tak lagi cerah Saat dunia bagiku hanyalah kegelapan Disanalah aku ingin merasakan kehadiranmu Tak lagi ku rindu pada keramaian
Ketika kau lelah karena kerinduan yang kau tahan Aku masih memiliki kedua tanganku Genggamlah tanganku Bersama-sama bertahan melalui hari
Terlalu berat untuk sendirian Terlalu mudah untuk menyerah Terlalu indah untuk di lupakan Terlalu menyakitkan jika di ingat
Tapi aku sampai saat ini masih baik-baik saja Sampai saat ini aku bisa melewatinya
tta ta tta ta tta tta ta tta ta tta tta ta tta ta tta
Andai kau tahu, aku bisa melaluinya Karena bukan aku yang kuat Tapi karena kamu yang mampu
Menatap masa depan dalam kegelapan nan indah Berteman dengan gelap tak lagi menakutkan Karena kamu berikanku indahnya kegelapan Sesuatu yang tak mampu ku lihat dengan mata terbuka.
Hanya kau yang melihatnya.
Sampai bertemu lagi. Sampai aku menemukanmu.
tta ta tta ta tta.
*****
"Wah Nizam! Ceritain sedikit dong kisah dari lirik lagu itu tentang apa?"
Saat ini, aku berada di sebuah ruangan dengan kaca besar disekeliling sebagai batasan. Di hadapanku telah ada sebuah alat yang terbilang sangat penting. Kenapa, karena output dari ruangan ini adalah audio, sehingga jika tidak ada alat ini, maka tidak akan ada siaran.
Ada beberapa macam istilah untuk salah satu benda yang ada di hadapanku ini, ada yang mono dan stereo, berkaki dua dan empat, basic dan wireless, classic dan modern, untuk rekaman hingga yang sering dipake tukang bakpau keliling. Microphone.
Benda yang ada di hadapanku ini sudah berteman denganku sejak di bangku menengah atas, saat Band sekolahku di undang ke salah satu radio yang terkenal di Jakarta. Saat itu rasanya sangat menegangkan. Tanganku dingin, dan kakiku tak mampu diam. Teman-temanku tak jauh berbeda.
Bahkan saat pertanyaan pertama muncul, aku hanya terdiam. Takjub dengan isi ruangan, takjub bahwa aku bisa ada di dalam ruangan. Meskipun hanya beberapa belas menit, rasanya seperti setahun, dan seperti memenangkan mendali emas, bukan mewakili sekolah, melainkan mewakili Negara. Berlebihan memang.