(23) Rumah Nenek

29 4 2
                                    

Bahkan ketika aku belum sempat menyampaikan rasaku, kamu lebih dulu memberiku aba-aba untuk aku mengurungkan niatku. Kamu menolak ku dengan sangat jelas dan aku masih saja mengharapkanmu dengan sangat keras.

-Alifbiandito

✨✨✨

Starla menuruni motor Dito cepat hingga membuat Dito berdecak. "Hati-hati dong La."

"Starla kangen tempat ini to," Starla merentangkan tangannya, menikmati setiap desiran angin yang berhembus memeluk kulitnya.

Dito menuruni motornya dan berjalan masuk di belakang Starla "La, lo tau gak?" Tanya Dito membuka percakapan.

"Engga," sanggah Starla cepat tanpa melihat ke arah Dito.

"Ish dengerin dulu napa," Dito memutar bola matanya malas.

Tak ada jawaban dari Starla, gadis itu masih menelusuri bangunan tua dengan arsitektur yang kental akan nilai tradisional. Benar-benar sama. Tak ada yang berubah.

Walaupun beberapa cat tembok mengelupas, debu berlumuran, namun tak pernah merubah nilai estetika didalamnya. Ini yang membuatnya dan Dito betah berlama-lama disini. Rumah nenek.

Meskipun nenek sudah pergi namun mereka masih bisa mendapatkan akses masuk dari cucunya, ya siapa lagi kalo bukan Dito.

Semenjak nenek meninggal, memang Starla dan Dito tak pernah lagi datang kemari. Sudah tidak ada lagi yang membela ketika kedua anak ini membolos. Nenek memang pahlawan yang akan selalu membela cucunya entah itu benar maupun salah, bukankah begitu?

Starla duduk di salah satu kursi panjang yang terletak di belakang memandang ke arah taman mungil dengan bunga yang kini layu, bahkan beberapa sudah gundul tanpa mahkota.

Dito duduk di samping Starla sambil meletakan salah satu tangganya di pinggiran kursi di belakang gadis itu. "Kalo ada orang ngomong tuh dengerin."

"Ululu iya Dito, apa? Starla dengerin nih," ucap Starla bertopang dagu sembari menatap Dito lembut.

'Aduh jantung gue' Dito segera mengalihkan tatapannya.

"Lah giliran Starla mau dengerin Dito malah gak ngomong, gimana sih?" ujar Starla kesal.

"Ya lo jauhan dikit napa," pasalnya jarak antara Starla dan Dito hanya beberapa centi saja, 'kan gue bisa khilaf juga La..'

"Hehe iya deh iya," Starla menggeser badannya dan mulai memakan snack yang mereka beli tadi.

"La, dulu kita sering banget kesini kalo lagi banyak banget masalah. Gue juga bingung kenapa lo gak takut ya dibangunan angker kayak gini? Lo kan penakut."

"Ewmwoane-"

"Telen dulu napa," cibir Dito.

"Lah Dito gimana sih, ini kan rumah nenek. Lagipula Dito kan cucu satu-satunya, bukannya ngerawat nih rumah malah dibiarin kosong kayak gini. Kasian tau To, mana rumah bagus ditinggalin kayak gini gak baik. Gak sadar apa, kalo rumah ini antik To?"

Starla tak habis pikir, Dito ini memang cucu laknat ternyata. Harta warisannya aja mau, giliran ngerawat rumah bekas neneknya ogah-ogahan. Cucu macam apa dia.

'Lo juga gak sadar kalo gue suka sama lo, dasar bocah'

"Lah bukannya di jawab malah ngelamun, ah jangan ngelamun di sini dong To," Starla menepuk pundak Dito kasar namun Dito hanya diam. "To, meskipun kita udah lama main kesini tapi jangan kesurupan juga dong To, ishh gak lucu ah."

Little Star (Akan Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang