Menikah adalah sesuatu yang teramat besar bagiku. Sebuah hal yang tidak pernah terbayangkan akan aku dapatkan di umur yang masih dua puluh tahun. Aku berkeinginan menikah, namun jika bisa ku memilih aku akan menikah empat atau lima tahun lagi.
Namun ternyata takdir berkata lain. Aku menikah bahkan disaat aku belum sepenuhnya siap menanggung segala lika-liku berumah tangga. Ditambah lagi aku akan segera punya bayi dalam beberapa bulan.
Rasanya aneh. Aku merasa masih terlalu muda. Aku merasa bahwa diriku masih belum mampu menjadi orang tua. Namun dia yang ada di dalam diriku memaksa aku untuk bertahan. Kehadirannya yang tidak ku harapkan membuatku menyadari beberapa hal, termasuk bahwa hidupku bukan hanya milik ku. Tapi milik orangtuaku, Kak Johnny, dan yang lainnya.
Semua yang aku alami sekarang memang buah dari perbuatanku. Aku menerimanya dengan mudah karena aku mengakui jika aku salah. Ditambah lagi Jeffrey yang Tuhan kirimkan untuk mendampingiku. Aku tidak tahu jika itu bukan Jeffrey, apakah aku bisa bertahan sejauh ini.
"Hai." Sapa Jeffrey siang tadi.
Aku menarik sedikit sudut bibirku saat aku baru saja tiba di kursi dan meja serba putih. Jeffrey tersenyum ramah dengan kemeja dan jas putihnya. Aku sempat melirik Ayah yang duduk di depan Jeffrey dan di samping Pak Penghulu. Lalu aku duduk di tempatku, di samping Jeffrey.
Aku tidak bisa berkata-kata saat Pak Penghulu menjabarkan beberapa hal sebelum menyuruh Ayah untuk menjabat tangan Jeffrey. Aku meremas kain jarit yang ku kenakan saat aku mendengar dengan samar tarikan napas Jeffrey sebelum menjawab ijab dari bapak.
Aku bernapas lega saat semua orang berkata dengan semangat bahwa aku sudah sah menjadi istri seorang Jeffrey. Namun hatiku bergetar hebat. Di satu sisi aku merasa ada yang baru saja direnggut dariku entah apa itu. Di sisi lain aku juga merasa bahagia bahwa Jeffrey lah yang menemaniku hingga akhir.
Aku mencium tangannya di tengah tangis ku yang belum mereda. Cincin pernikahan kami sudah tersemat di jari manis ku dan dan jari manisnya. Jeffrey mencium keningku cukup lama. Membuat suasana disini sedikit mellow.
"Maaf dan terimakasih." Bisik nya setelah selesai mencium keningku. Aku tidak bisa menatapnya. Rasanya aku benar-benar campur aduk.
Tidak ada yang istimewa setelah itu. Tidak ada resepsi besar yang ku impi-impikan. Semua berkahir setelah Ijab Qobul. Hanya ada makan bersama dengan keluarga dan tetanggaku yang begitu sederhana.
Pernikahan ini bukan sesuatu yang dapat dibanggakan oleh Ayah dan Mama. Alasan dari sebab aku menikah lah yang membuat orang tua ku tidak menggelar sesuatu yang besar. Bahkan dengan membuat acara kecil di rumah saja itu susah cukup membuat Ayah dan Mama menahan malu. Meskipun sejak tadi aku bisa lihat mereka menutupinya dengan senyuman.
Aku bersyukur karena orang tua ku adalah Ayah dan Mama. Aku sangat berterimakasih dengan semua hal baik yang masih Ayah dan Mama berikan setelah hal kotor yang aku lemparkan ke wajahnya. Jika itu bukan mereka mungkin aku tidak ada disini. Mungkin saja aku sudah di usir dan menjadi orang yang tidak berguna.
"Udah nangisnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE | Jaehyun
Fanfiction°kita dipaksa semesta untuk hidup di lingkaran takdir yang sama'' 18+