Setelah kejadian paling drama kemarin sore, aku belum lagi bertegur sapa dengan Jeffrey. Dia pergi ke rumah sakit karena panggilan darurat setelah bertengkar denganku. Kepergiaannya kemarin tanpa meninggalkan penjelasan yang memuaskan untukku. Ia tidak pulang semalaman karena harus menyelesaikan beberapa urusan dan baru pulang pagi ini sekitar jam sembilan pagi.
Biar begitu, aku masih baik dengan menyiapkan segala keperluannya. Mulai dari makan siang hingga baju yang akan ia pakai untuk pergi bekerja. Jeffrey kembali berangkat ke rumah sakit sekitar jam dua sore setelah waktu seharian di rumah tadi ia habiskan untuk tidur.
Bukan tidak mau dengar, tapi aku seperti sudah tidak akan percaya lagi dengan semua penjelasannya. Jeffrey terus menerus bilang jika aku hanya salah paham. Tapi dia sama sekali tidak memberikan alasan yang pasti dimana letak kesalahpahaman itu. Alibinya selalu tidak logis untuk pikiranku.
Sekitar pukul sebelas malam aku kembali dihadapkan dengan Jeffrey setelah Aska tertidur di pangkuanku. Aku masih duduk di ruang tengah dengan televisi yang masih menyala saat Jeffrey masuk ke dalam rumah. Hatiku masih sama sakitnya setiap melihat Jeffrey, entah karena aku terlalu marah atau karena aku terlalu takut kehilangannya. Yang jelas, aku sedang merindukannya meski keadaan kita sedang tidak baik.
Aku berjalan ke arah kamar setelah mematikan telivisi. Jeffrey tidak berusaha memanggilku tapi aku bisa dengar langkah kakinya ia percepat untuk mengejarku. Sampai saat kakiku berusaha menutup pintu kamar, tangan Jeffrey menahannya.
"Kenapa? Mau mandi? Aku nggak siapin air, ku kira nggak akan pulang." Kataku lalu meninggalkannya di balik pintu.
"Ayo bicara." Katanya setelah memperhatikan aku yang sedang menidurkan Aska di atas tempat tidur.
Aku menghela napas, "bicara apa? Mau kamu jelaskan apapun, aku nggak akan percaya sekalipun itu kenyataan."
"Sya..."
"Percuma Jeff!" Aku sedikit meninggikan nada bicaraku tapi masih berusaha menahannya karena ingat Aska yang sudah terlelap. "Percuma, semuanya udah kamu buat hancur, termasuk aku."
Jeffrey diam sejenak. Ia menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan.
"Aku tahu, aku minta maaf." Jawabnya setelah mendekatiku dan berdiri di depanku yang membelakangi tempat tidur.
Aku tersenyum getir. "Maafmu nggak akan menyembuhkan apapun."
"Setidaknya hubungan kita masih bisa diperbaiki. Soal sembuhmu, biar aku yang cari cara." Jeffrey akhirnya meraih tanganku.
"Nggak bisa, kamu nggak bisa Jeff. Entah itu aku atau hubungan kita."
"Inget Aska, Nesya. Dia masih butuh aku sebagai ayahnya."
Jeffrey benar, tapi semuanya semakin berat untukku. Biar aku jadi jahat untuk membiarkan Aska tumbuh tanpa ayah. Tapi setelah itu aku bersumpah akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Aska. Lagi pula yang berakhir itu aku dan Jeffrey bukan hubungan Aska dengan Ayahnya. Aku tidak akan pernah menghilangkan fakta bahwa Jeffrey adalah ayah Aska.
Jeffrey ayah yang baik, tapi tidak begitu sebagai suamiku. Ketidaktegasan Jeffrey kepada Ibu saja sudah membuatku benar-benar mendapatkan begitu banyak luka. Apalagi soal wanita lain yang jadi gulma di kehidupan rumah tangga kami. Satu-satunya yang tidak bisa aku maafkan adalah soal dia yang terus berhubungan dengan wanita lain. Dari pada harus menahan sakit melihatnya dekat dengan wanita lain, aku memilih melepaskan yang seharusnya tetap jadi milikku.
Karena aku tidak bisa berbagi.
"Kamu sadar nggak sih, Jeff?"
Jeffrey menatapku dalam diam. Wajahnya datar menungguku melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE | Jaehyun
Fanfiction°kita dipaksa semesta untuk hidup di lingkaran takdir yang sama'' 18+