27

3.8K 433 79
                                    

"Ini aku, Doren. Nggak usah teriak-teriak."

Aku hampir pingsan saat tubuhku dibalik Doren. Tubuhku lunglai karena terlalu terkejut dengan kehadiran Doren yang tiba-tiba. Pasalnya keadaan basement saat ini sedang sepi. Hampir tidak ada orang di parkiran mobil selain aku dan dia.

Doren tertawa melihat wajahku yang sudah pucat pasi. Aku menggerutu sambil memukul lengannya sekali. Untung saja aku tidak punya riwayat sakit jantung. Bisa-bisa Jeffrey jadi duda dan menikah dengan Mbak Raya. Amit-amit.

"Kenapa sih?" Tanyanya yang belum berhenti tertawa.

Aku mendengus, "kaget. Aku kira penjahat kelamin."

"Astagfirullah."

Kali ini aku yang tertawa.

"Sendirian?" Tanyanya saat aku baru mengambil tas dari dalam mobil.

Aku mengangguk setelah memastikan pintu mobilku terkunci kembali. "Kamu juga sendiri?"

"Emang siapa juga yang mau nemenin? Jomblo begini." Jawabnya panjang lebar sambil berjalan menjauh dari ku.

Aku mengikutinya. Langkah kakinya yang lebar itu membuatku sedikit berlari kecil untuk menyamakan langkah. Kami berjalan dalam diam sampai akhirnya masuk ke dalam lift untuk naik ke Mall.

"Mau cari apa?" Tanyaku saat suasana tiba-tiba jadi canggung.

Doren tidak langsung menjawab. Ia menunggu pintu lift terbuka dan berjalan keluar. Tinggi badannya yang hampir sama dengan Jeffrey itu membuat ku sedikit mendongak.

"Mau cari peralatan dapur. Aku baru pindah ke apartemen." Jawabnya yang sekarang berjalan lebih santai. Sepertinya dia tahu kalau aku sedikit kewalahan untuk menyamakan langkah dengannya.

Aku hanya mengangguk. Tidak menanggapi jawaban Doren. Namun saat aku masuk ke dalam toko khusus untuk bayi, Doren mencekal tanganku.

"Mau beli apa?"

Aku tidak langsung menjawab namun malah milirik tangan Doren yang masih menggenggam pergelangan tanganku. Dia buru-buru melepaskan genggamannya saat paham aku tidak nyaman dengan hal itu.

"Mau beli botol susunya Aska."

"Aku temenin."

Aku mengerutkan dahiku. "Gimana?"

"Aku temenin. Tapi sebagai gantinya kamu temenin aku beli peralatan dapur. Ya tau lah, cowok kayak aku gimana bisa pilih peralatan dapur yang bagus."

Aku menatap Doren curiga. Aku takut ada maksud tersembunyi di balik tingkahnya ini. Kenapa tiba-tiba jadi ingin aku membantunya membeli peralatan dapur?

"Nggak usah su'udzon. Serius cuma minta tolong ini mah."  Ujarnya malas saat melihatku menatapnya dengan was-was.

"Yakin cuma nemenin beli peralatan dapur?" Aku mengintimidasi Doren agar bisa mengaku apa sebenarnya yang dia maksud.

"Kalau mau nemenin aku ngopi dulu juga boleh."

Tuh kan. Dasar!

Aku merengut, membuat Doren tertawa.

"Aku izin Jeffrey deh." Katanya sambil mengeluarkan ponselnya.

Aku menahan tangannya yang hendak meraih ponsel dari saku celana belakang. Doren melihatku bingung.

"Kayak sama siapa aja. Udah ayo aku temenin. Tapi aku beli botolnya Aska dulu."

Doren mengangguk. Lalu mengikutiku untuk masuk ke dalam toko. Tujuanku langsung ke jejeran alat makan yang terletak di paling belakang. Takutnya kalau tidak segera, aku bisa teracuni oleh baju-baju lucu yang di panjang ini. Bisa-bisa diceramahi Jeffrey karena beli barang yang tidak perlu.

CIRCLE | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang