Mau kasih tau kalau part ini cukup panjang, sekitar 2600-an kata. Jadi kalau bosen segera cari cemilan ya 😅
Sekarang mari dengarkan versinya Jeffrey. Nggak etis kan menghakimi orang kalau kita hanya dengar dari satu sisi.
Enjoy, guys!
-------
Jeffrey
Belum sempat aku menikmati peran baruku menjadi seorang ayah, semesta sudah ingin merebut kebahagiaanku saja. Aku pernah berharap kehadiran Aska akan menjadi pagar pelindung untuk aku dan Nesya. Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata hal itu malah menjadi sumbu dari berkobarnya api masalah di rumah tanggaku.
Aku tidak menyalahkan Aska, aku masih waras karena dia hidup juga karena darahku. Yang aku sesali adalah, baik aku atau Nesya yang tidak cukup tanggap untuk beradaptasi dengan adanya Aska di tengah-tengah kami. Harusnya Aska menjadi salah satu alasan untuk aku dan Nesya semakin dekat.
Sekali lagi, itu seharusnya.
Tapi pada kenyataannya tidak. Aku dan Nesya sibuk saling menyalahkan bahkan hanya karena hal-hal kecil yang tidak berdasar. Kita terlalu mengkambing hitamkan lelah sebagai hal untuk saling menjatuhkan. Kita saling kekeuh dengan argumen masing-masing saat kita punya jalan pemikiran yang tidak sejalan. Kita selalu sibuk mendebat satu sama lain dan bukannya duduk bersama mencari jalan tengah.
Aku jengah, jujur saja. Aku dibuat muak karena sikap Nesya yang kadang begitu kekanakan. Aku sudah berusaha banyak mengalah untuk membuat rumah tangga ini tetap utuh. Tapi apa yang dilakukan Nesya?
Nesya selalu menyalahkan, mengeluh, dan menuduhku yang tidak-tidak. Ia terlalu menerka-nerka sesuatu yang belum pasti. Ia dibutakan dengan rasa cemburu yang seharusnya sudah tidak ada pada manusia dewasa. Nesya terlalu over thinking pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.
Lalu apa perasaanku berubah?
Tidak. Dengan tegas aku akan jawab tidak. Sejak bertemu dan mengenal Nesya aku sudah paham betul jika Nesya memang gadis yang perlu dilindungi. Cara mencintai Nesya bukan dengan cara melimpahinya dengan materi atau hal-hal romantis yang terlalu memuakkan. Nesya hanya perlu dicintai dengan rangkulan, dengan dikuatkan agar dia mampu menjadi dirinya sendiri. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa sikap bergantung Nesya yang dulu jadi daya tarik bagiku berubah menjadi hal yang begitu menyebalkan.
Salahku disini adalah, aku terlalu menganggap Nesya berubah padahal aku tidak menilik lebih dulu pada diriku sendiri. Aku juga tidak sadar jika perubahan yang terjadi pada dirinya disebabkan oleh beban yang ia pikul juga semakin banyak. Harusnya aku hanya perlu menguatkan, mendampinginya untuk tetap bertahan. Bukannya malah meninggalkannya mencari bahagia dari orang lain.
Sore tadi aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Aku membelokkan mobilku ke arah kos Jeno yang sudah pindah di daerah Jalan Afandi sejak sebulan yang lalu. Awalnya aku hanya ingin numpang mandi dan rehat sejenak. Namun karena terlalu letih, aku ketiduran hingga Jeno berteriak keras sambil menampar pipiku yang sekarang terasa begitu perih.
"Apa, anjing!" Aku mengumpat setelah loncat dari tempat tidur single kepunyaan Jeno ini.
Bukannya meminta maaf, Jeno yang tadi berdiri di seberang tempat tidur meloncat ke atas dipan kayu itu. Dengan tidak sopannya ia menampar pipiku sekali lagi. Ia sadar jika nyawaku belum terkumpul sepenuhnya saat ini.
"Mati aja ya kamu Mas kalo sampe Aska kenapa-kenapa!" Marah Jeno yang sudah bersiap menjambak rambutku. Namun aku cukup sigap untuk menahan tangannya yang ingin maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE | Jaehyun
Fanfiction°kita dipaksa semesta untuk hidup di lingkaran takdir yang sama'' 18+