"M-Maafkan a-aku.. C-Charles.. M-Maafkan aku.."
Entah kenapa kata maaf itu terucap dari bibir Haechan tetapi yang pasti apa yang sudah dilakukan dulu oleh Peter adalah sesuatu yang menyakitinya. Apa Peter sungguh adalah dirinya dimasa lalu? Apa Mark begitu membencinya hingga dia memutuskan untuk menunggu Peter kembali ke dunia dan membalas apa yang sudah Peter lakukan?
"Maaf? Apa kau merasa melakukan sebuah kesalahan?" Tangan Mark melepaskan cekikanya dan manik kelam itu menatap Haechan tajam saat ini.
"Aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun... apa kau bisa memberitahu kesalahan apa yang sudah ku perbuat sehinga kau memutuskan untuk mengacak-acak kehidupanku?" Air mata mulai mengembang dikedua sudut mata Haechan. Rasanya dipersalahkan atas apa yang tidak kau perbuat adalah hal yang paling menyakitkan. Meminta maaf tapi kau tidak melakukan apapun.
"..."
Mark hanya diam. Ia tidak menjawab pertanyaan Haechan dan lebih memilih berbalik lalu menghilang pergi. Sekali lagi pergi dan meninggalkan Haechan yang terus bertanya tanpa jawaban yang pasti.
BRAK
Jendela pada kamar besar ini terbuka dengan tiba-tiba. Haechan tidak merasakan hembusan angin yang kencang ataupun hujan diluar, lalu bagaimana bisa jendela itu terbuka dengan sangat kencang? Sedangkan seingatnya jendela itu selalu tertutup dan terkuci rapat.
Rasa penasaran membuat kakinya tidak berhenti melangkah, perlahan tapi pasti mendekat dan melihat ke arah luar. Hanya untuk mencari tahu ada apa dan mengapa jendela itu bisa terbuka.
Diluar sana terlihat sebuah taman kecil yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar serta danau. Disebuah dahan besar salah satu pohon terdapat ayunan kecil disana dan seseorang tengah menaikinya. Mata Haechan menyipit mencoba meperjelas siapa sosok yang berada disana karena aku bisa memastikan jika itu bukanlah Mark.
Sosok dengan rambut coklat dan tubuh kecil itu terlihat menggerakan ayunan itu dengan pelan.
DEG
Rasanya jantung Haechan berhenti berdetak ketika sosok itu menatap tepat ke arahnya lalu tersenyum. Mimpi! Ini pasti hanya khayalan bukan? Mustahil hal ini terjadi.
"I-Ini bohong! Pasti! Aku hanya salah melihat." Haechan memejamkan matanya dan kembali membukanya. Lalu sekali lagi menatap ke arah taman kecil itu dan sesuai dugaannya. Tidak ada siapapun disana. Sosok yang Haechan lihat itu sudah menghilang.
.
.
.
.
.
Tanpa disadari malam sudah kembali lagi datang. Cahaya bulan sudah menerobos masuk dari sela-sela jendela dan membuat penerangan yang hanya seadanya. Sejak kejadian siang tadi, Mark tidak menunjukan dirinya dihadapan Haechan.
Wuusssshhh
Desahan angin yang menyapu rerimbunan daun diluar dapat terdengar dengan jelas oleh telinga Haechan. Entah kemana Mark yang dengan se-enaknya membawanya ketempat ini dan meninggalkannya begitu saja. Sebenarnya selain Mark ada hal lain yang menggangu fikiran Haechan, ya sosok siang itu yang Haechan anggap hanya ilusi.
"Mengapa melamun?" Pelukan hangat yang tiba-tiba membuat tubuh Haechan berjengit kaget. Haechan sudah sangat hapal dengan lengan dan kehangatan ini namun tetap saja, Mark masih selalu mengejutkan disetiap kehadiranya.
"Apa kau sudah tidak marah?"
"Lupakan kejadian siang ini Dear, maafkan aku." Bisikan lembut dan kecupan singkat yang Mark tinggalkan diperpotongan leher Haechan membuat bulu-bulu halus tubuh Haechan berdiri. Hembusan nafas yang hangat itu semakin dalam dan menuntut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
RomanceAku tidak mengenalmu, kau yang tersembunyi didalam ruangan itu. Kau yang terkurung dalam kesepian namu selalu memberikan ku keajaiban. Aku tidak mengenalmu! Kau dengan bola mata akan sarat kerinduan untuk ku. Ya, aku tidak mengenalmu namun kerap kal...