Pagi datang bersamaan dengan hujan yang turun namun seperti debu yang berada pada jendela, ia melebur bersama rinainya lalu menghilang. Begitupula kau yang berhasil mengacak-acak dunia ku namun dengan seenaknya pergi dalam sekejap, tidak meninggalkan jejak satupun. Menghilang dan membiarkan ku terkurung dalam tanda tanya besar.
.
.
.
.
.
Tepat saat membuka mata pagi ini, Haechan mendapati dirinya sudah berada didalam kamar miliknya dan tertidur dengan tenang. Haechan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang ada, tidak dia temukan Mark dimanapun. Dengan tergesa langkah kakinya mengayun menuju ruangan itu, membukanya dengan cepat namun yang Haechan dapati hanya ruang kosong seperti gudang. Tidak ada lagi piano disana. Tidak ada lagi kasur dengan ukuran besar dan tidak ada lagi Mark. Semua bagaikan ilusi dan menghilang.
Kemana?
Bukankah terakhir kali Mark berkata jika dia dan Haechan terikat sangat kuat? Bahkan Haechan masih jelas mengingat bagaimana Mark menjamah tubuhnya dan membuatnya merasakan sentuhan yang sepertinya sudah sangat Haechan kenal. Haechan masih bisa merasakan sentuhan tangan dingin Mark ditubuhnya.
"Chan.. Haechan." Nyonya Lee berdiri dibelakang Haechan dan berlari memeluk Haechan dengan sangat erat. Bahkan sepertinya Nyonya Lee tidak menyadari jika Mark sudah mengembalikan Haechan kedalam kamarnya.
"Kau baik-baik saja bukan? Mark tidak menyakitimu?" Nyonya Lee membalikan tubuh Haechan lalu mengecek setiap jengkal. Ya, Mark tidak pernah menyakiti Haechan sama sekali karena yang terakhir Haechan ingat adalah pelukan hangat serta ciuman sarat akan rasa rindu yang ia berikan padaku.
"...." Mulut Haechan hanya bisa diam terkunci tidak bisa mengatakan apapun. Rasanya bukankah seharusnya dirinya merasa senang jika Mark menghilang? Lantas mengapa seperti ada bagian dari dirinya yang ia bawa pergi.
Kosong.
Rasa sepi yang sempat terisi itu kini kembali.
Nyonya Lee menarik tangan Haechan keluar dari ruangan itu dan membawanya turun kelantai bawah. Disana Tuan Lee sudah menunggu dengan wajah yang terlihat lega. Baru kali ini Haechan melihat ekspresi wajah khawatir orang tuanya terhadap dirinya. Bukankah selama ini dirinya selalu mereka tinggalkan tanpa rasa peduli sedikit pun? Lantas mengapa semua berubah?
"Apa kalian akan menjelaskan sesuatu padaku?" Suara Haechan terdengar dingin, seharusnya dirinya tidak melakukan ini pada mereka namun apa yang terjadi belakangan ini membuat Haechan tidak bisa berfikir dengan jernih.
"Seberapa banyak kau sudah mengetahuinya?" Tuan Lee menatapnya, muak rasanya.
"Mengapa kalian membakar Mark? Bukankah ia darah daging kalian? Lantas... mengapa kalian tega melakukan itu pada Mark kecil?" Suara Haechan parau, rasanya sangat sulit menerima kenyataan yang ada. Haechan tidak ingin mendengar jawaban mereka, namun dirinya harus tahu! Karena kini dirinya berada dalam permainan yang sama sekali tidak Haechan ketahui.
"Aku adalah wanita mandul Chan." Pernyataan Nyonya Lee sontak membuat dahi Haechan berkerut. Mandul? bagaimana bisa ia mandul disaat ia bisa melahirkan Mark?
"Kau tau bagaimana bisa aku mengandung Mark? Ketika dokter manyatakan bahwa aku mandul, aku merasa frustasi bahkan nyaris gila karena tidak bisa memiliki anak hingga dengan kebodohan yang ada tanpa melalui fikir panjang... aku berurusan dengan iblis." Rasanya saat topic ini mulai masuk menjadi bahan pembicaraan, jantung Haechan berdegup kencang.
"Aku melakukan perjanjian dengan iblis, melakukan ritual selama enam bulan lamanya dengan bantuan bibi Yoon.. tentu saja bibi Yoon bukanlah pengasuh biasa, ia adalah salah satu orang yang bisa membantu ku berhubungan dengan dunia iblis."
![](https://img.wattpad.com/cover/215101591-288-k310818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
RomansaAku tidak mengenalmu, kau yang tersembunyi didalam ruangan itu. Kau yang terkurung dalam kesepian namu selalu memberikan ku keajaiban. Aku tidak mengenalmu! Kau dengan bola mata akan sarat kerinduan untuk ku. Ya, aku tidak mengenalmu namun kerap kal...