"Luna, aku jijik." katanya kemudian sambil tersenyum kepada gadis itu. Mello menunjuk ke layar tv yang sedang memutar sinetron. Nampak seorang wanita yang menolak didekati oleh suaminya yang selingkuh.
"Oh, tidak. Jangan bilang kau nonton sinetron ini semalaman." kata gadis itu sambil menepuk dahinya.
~>Y<~
Gadis itu mengambil remote kemudian mematikan tv yang sudah menyala semalaman.
"Lebih baik kau tidur sebentar lagi Mello. Nanti kita jalan-jalan ke luar jika kau mau." katanya sambil menidurkan pria itu kembali.
"Luna tidur di sini. Temani Mello." kata pria itu sambil bergeser menyisakan sedikit tempat lalu menarik gadis itu berbaring di sisinya dan memeluknya. Luna yang terkaget hanya bisa diam sejenak kemudian kembali mendudukkan dirinya di pinggir sofa dengan muka bersemu merah.
"Aku bisa jatuh kalau begitu. Kau tidurlah, aku temani di sini." katanya kemudian sambil mengusap kepalanya. Mello kembali tertidur dengan cepat tanpa melepaskan pegangan pada baju gadis itu, seolah enggan kehilangan. Terpaksalah gadis itu menemani tidurnya sambil terus mengusap rambutnya.
Luna terbangun hampir dua jam kemudian. Dia merasakan sesuatu yang berat di perutnya dan hembusan nafas di dekat telinganya. Ia membuka matanya perlahan dan melihat wajah pria itu di sisinya dan tangannya di atas perut, memeluknya. Nampaknya akhirnya ia tertidur juga di sofa saat menemani Mello. Ia kemudian memindahkan tangan pria itu dan beranjak ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka.
"Mello. Bangun. Kau mau main di luar?" tanyanya sambil membangunkan pria itu. Mello terbangun sambil mengusap matanya dan mengangguk pelan.
"Cuci mukamu dulu." kata gadis itu kemudian sambil membimbingnya ke kamar mandi. Mereka berjalan pelan ke taman yang ada di kompleks apartemen itu setelah mengunci pintu. Mereka lalu berlari kecil di sekitar jogging track yang tersedia. Atau lebih tepatnya, Luna berlari dan Mello berjalan mengikutinya dengan langkahnya yang panjang. Belum sampai 10 menit mereka berlari, Mello berhenti dan menarik baju Luna dari belakang, membuatnya terhuyung dan jatuh ke pelukan pria itu.
"Mello bosan. Mello capek." katanya. Luna melihat tempat bermain untuk anak-anak di dekatnya.
"Mello mau main saja?" katanya sambil menunjuk ke arah taman bermain. Mello melihatnya dengan mata berbinar dan mengangguk senang. Ia berlari mendekat dan mengamati anak-anak bermain sebelum akhirnya mengambil ayunan untuk dipakainya.
"Mello main di sini. Tunggu Luna kembali. Jangan pergi kemana-mana." kata gadis itu yang dijawabnya dengan anggukan. Luna belum lama melanjutkan olahraga paginya saat ia mendengar seorang anak menangis kencang dengan Mello berdiri di dekatnya. Ia segera menghampiri mereka dan menanyakan tentang apa yang terjadi. Nampaknya Mello memonopoli mainan sehingga anak-anak yang lain tidak mendapat giliran bermain. Luna segera meminta maaf dan membawa Mello menjauh.
"Mello, kau tidak boleh melakukan hal seperti itu. Apa kau senang jika tidak diberi giliran untuk bermain?" Mello menjawabnya dengan menggeleng pelan.
"Jadi, kau juga harus memberi kesempatan yang lain untuk bermain. Oke?" Mello menjawab dengan anggukan.
"Sekarang, apa yang harus kau lakukan jika melakukan kesalahan?" tanyanya lagi.
"Maaf." kata pria itu sambil menundukkan kepala. Luna kemudian mengusap kepalanya.
"Anak pintar. Sana, pergi minta maaf kemudian kita pulang. Aku harus ke toko hari ini." katanya lagi. Mello kemudian berlari mendekati anak-anak yang tadi bermain bersamanya dan meneriakkan permintaan maafnya sebelum kembali ke sisi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Big Baby
FanfictionLuna menemukan seorang pria yang pingsan di sebuah jalan yang gelap. Akankah pertemuan aneh ini mengubah takdirnya?