Part 7

2.5K 129 3
                                    

Mello berbaring sambil menjaga jaraknya dengan Luna, namun tangannya tidak melepaskan genggamannya dari tangan gadis itu.

"Selamat tidur, Mello."

"Selamat tidur, Luna. Saranghae."

~>Y<~

Luna terbangun di pagi hari karena bunyi alarm kemudian meregangkan tubuhnya seperti biasanya. Tempat tidur di sisinya yang semalam dipakai Mello sudah kosong. Kenapa ia bangun sangat pagi, pikirnya. Ia kembali mengikat rambutnya dan berjalan keluar kamar mencari pria itu. Mello berdiri di dapur sambil menuang air ke dalam teko untuk dipanaskan sambil menyanyikan sesuatu dalam bahasa yang asing bagi gadis itu.

Niga animyeon andwae
Neo eobsin nan andwae
Na ireoke haru handareul tto illyeoneul
Na apado joha
Nae mam dachyeodo joha nan
Geurae nan neo hanaman saranghanikka

Luna tanpa sadar berjalan perlahan menghampirinya. Suaranya ternyata sangat menawan dan ia bisa menyanyi dengan baik, pikirnya lagi.

"Mello?" panggilnya perlahan. Pria yang dipanggilnya kaget, berhenti menyanyi dan membalikkan badannya.

"Luna? Kau mengagetkanku." katanya sambil kembali menyiapkan kopi.

"Apa yang kau nyanyikan tadi?" tanya gadis itu.

"Aku sendiri tidak tahu. Aku hanya tiba-tiba ingin menyanyikannya." katanya sambil menaikkan bahu.

"Suaramu sangat bagus dan kau bisa menyanyi dengan baik. Apa yang sebenarnya kau tidak bisa?" tanyanya lagi.

"Aku tidak bisa membuatmu mencintaiku." jawabnya ringan, membuat pipi gadis itu memerah.

"Aku pakai kamar mandinya ya." kata Luna mengalihkan pembicaraan sambil bergegas ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka. Sarapan sudah tersedia di meja saat Luna keluar dari kamar mandi. Dengan cepat mereka berdua menghabiskan sarapan sambil menonton tv. Luna mencegah Mello yang akan membereskan piring kotor di dapur.

"Kau mandilah dulu. Aku membutuhkanmu untuk membantuku nanti. Kau mau membantuku kan?" kata gadis itu kemudian. Mello mengangguk dan bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Ia kemudian keluar mengenakan kaos putih dan celana pendek saat Luna menggiringnya ke kamar untuk mengeringkan dan menata rambutnya.

"Mello, kau bantu aku menjadi model untuk katalog toko ya. Mau kan?" tanya gadis itu setelah menata rambutnya.

"Maksudnya?" tanya Mello heran.

"Kau hanya perlu berganti beberapa pakaian dan berpose. Aku ingin membuat katalog baru untuk toko dan instagram." jelas gadis itu.

"Tapi aku bukan model dan aku belum pernah difoto." Mello berusaha menghindar.

"Tak apa. Aku nanti akan membantu mengarahkanmu." desak gadis itu lagi.

"Baiklah. Tapi jangan tertawakan aku kalau aku terlalu kaku." pinta pria itu.

"Jangan terlalu khawatir dengan itu." jawab Luna menenangkannya.

Mereka kemudian berpindah ke studio kecil di sebelah kamar. Beberapa pasang pakaian sudah disiapkan Luna untuk Mello berganti pakaian.

"Kau gantilah dengan itu di kamarku. Aku akan mengatur lighting dan kamera." katanya menugaskan Mello. Pria itu keluar dengan membawa satu stel pakaian dan berganti dengan cepat. Luna kemudian sedikit merias wajah pria itu dan merapikan pakaiannya sebelum memulai pemotretan itu. Mello ternyata bisa berpose dengan natural dan tidak butuh banyak arahan dari Luna untuk pemotretan itu. Pemotretan itu berlangsung relatif cepat, karena Mello sangat baik dalam berpose dan justru Luna yang kadang mengacau karena terpesona oleh pria itu. Benar-benar, pria itu, apa yang sebenarnya ia tidak bisa, ia bahkan bisa berpose bagai model yang sudah ahli, pikir gadis itu. Dan lagi, bagaimana ia bisa sangat menawan hanya dengan pakaian yang sederhana, pikirnya lagi.

He Is My Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang