part 4 Pinta Sakral Abi

18 1 0
                                    

Perkataan Abi tadi membuatku tak bisa berkata-kata. Aku seperti dihantam ombak besar.

Yang bisa ku lakukan hanya meringkuk seperti ini di dalam kamar. Aku menangis sejadi-jadinya.

Kalau saja yang bicara tadi bukanlah Abi,pasti Aku akan memberontak atau bahkan lebih dari itu. Tapi yang bicara ini adalah Abi. Orang yang paling Aku sayangi.

***

Abi adalah orang yang sangat Aku sayangi, Abi tak pernah memarahiku. Pernah dulu saat Aku tak naik kelas waktu kelas 04 SD. Aku tidak naik karna Aku sangat nakal dan malas belajar.

Abi selalu mengerti apa yang Aku inginkan dan apa yang Aku butuhkan.

Saat Aku kecil Abilah teman Aku bermain. Saat Aku remaja Abi jadi teman curhatku. Hingga sekarang, Abilah panutanku.

Dan sekarang Abi memintaku untuk menikah dengan orang pilihannya. Aku kacau, Aku bingung apa yang harus Aku lakukan? Aku tidak mungkin membuat Abi kecewa.

Abi satu-satunya orang yang sangat mengerti Aku, memanjakanku dan selalu menuruti semua keinginanku.

Aku ingat dulu saat masih di pesantren bersama mbak sarah, Aku selalu menangis saat Abi berkunjung ke pesantren.

Aku menangis bukan karna tidak kuat dengan pelajaran yang ada di pesantren, tapi karna mbak sarah yang selalu memarahiku. Dia selalu mengaturku Aku tidak suka.

Dia melarangku ini itu, harus ini itu akibat dari semua itu, teman-temanku menjauhiku karna takut dimarahi mbak sarah.

Setelah itu Abilah yang menyelamatkanku. Abi memindahkanku ke pesantren yang lain, dan itu membuatku senang.

Tapi di antara semua kelembutan Abi, ada satu ketegasan yang membuatku bisu dan tak mampu menolaknya. Yaitu Ramdhan.
Nama itu..... akhhhhhhh.....

Aku tidak kenal Dia, Aku tak tahu Dia siapa, aku tak tahu semua semua tentang Dia.

Tapi kenapa Dia datang dalam hidupku, tanpa Aku mengiginkanya. Aku benar-benar kacau,Aku rasa hidupku selesai hari ini.

Hari di mana Abi nmenintaku untuk menerima seseorang dalam hidupku.

Ckrekk ....

"Shafira..."

Aku diam tak bergerak sedikitpun, walau bahuku tak berhenti naik turun. Aku masih terisak.

"Shafira dengarkan Abi."

Abi membagunkaku, Aku duduk walau kutak bisa menghentikan tangisku.

"Dia pemuda yang baik sayang."

Abi mengelus punggungku lembut. Abi mengatakan kalimat yang tak ingin ku dengar.

"Abi sudah setahun terakhir ini mengamatinya."

Aku terkejut.Apa mengamatinya? Setahun ini? Dan Abi baru bilang sekarang.

"Dia akan datang, lusa. Untuk melihatmu."
Ucapan Abi pelan, tapi begitu menusuk di hatiku. Perih.

Aku mendongakkan kepala,kutatap Abi.
Aku ingin Abi luluh dengan airmataku dan mengurungkan niatnya.

"Abi mungkin akan menuruti semua kemauamu,apa saja kecuali. Hal ini sayang."

Ternyata Abi kokoh dengan kemauannya, walau melihatku sengsara seperti ini.
Aku menunduk, terisak lagi kini lebih sungguh lebih perih. Airmataku tak hentinya menetes hingga membasahi kain cadarku.

"Lihat Abi sayang" Abi mengangkat kepalaku, Abi lepas cadarku dan menghapus airmataku dengan kedua tangangnya yang mulai keriput.

"Untuk kali ini saja. Turuti Abimu ini, Abi hanya ingin anak kesayangan Abi bahagia. Apa itu salah?."

"Tapi Shafira tidak bahagia Abi...."

"Kata siapa? Bahkan Kalian belum bertemu sama sekali, dari mana anak kesayangan Abi ini tahu kalau tidak bahagia?. Bukankah ada pepatah yang mengatakan*Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta*."

"Itu hanya pepatah bi..."

Di saat seperti ini, Abi masih bisa menghiburku dengan mengatakan pepatah itu. Apa benar kata Abi Aku akan bahagia? Aku tak tahu, yang ku tahu sekarang Aku butuh pelukan dari Abi yang bisa membuatku tenang.

Abi memelukku erat, membelai pucuk kepalaku lembut. Tapi tetap saja ku tak bisa menghentikan tangisku.

"Percaya sama Abi sayang. Abi tidak mungkin memilihkan orang yang tidak baik untukmu, Shafira tahu kan kalau Abi sangaatt menyayangi Shafira?"

Aku menganguk pelan.

"Abi pastikan Dia adalah orang yang untukmu sayang dan Abi yakin Dia akan membuat anak kesayangan Abi ini bahagia."

Aku masih diam, walau bahuku masih naik turun.
"Shafira percaya sama Abi?."

Butuh waktu untuk menjawab pertanyaan itu tapi ini Abi yang bertanya. Orang yang paling Aku sayangi, sekalipun Abi tak pernah membuatku kecewa .

"Iy_ _yaa Abi. Shafira... percayakan se_ _ semua pada Abi." Ucapku dalam pelukan Abi.

"Alhamdulillah"

Terdengar jelas kalau Abi sangat bahagia dengan keputusanku. Aku tahu, Aku harus bahagia atau sebaliknya?.

Yang ku tahu sekarang. Aku tak tega melihat Abi harus kecewa. Walaupun hatiku terasa sangat hancur.

Bersambung di part selanjutnya.

Jangan lupa jaga kesehatan yaa, buat semuanya.

AIR MATA PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang