part 17

3 0 0
                                    

Part 17

Teramat_Indah01

Aku sampai rumah tepat saat Azan maghrib, rasanya tubuhku ini remuk. Ingin segera berbaring di kamar.

Setelah keluar dari dalam mobil, Aku terkejut karna banyak sekali mobil berderetan di parkiran.

Pasti lagi ada acara pengajian rutinan umik ini, ternyata benar. Ruang tamu penuh dengan ibu-ibu pengajian yang sedang makan.

Aku sampai harus masuk dari pintu belakang karna sangking banyaknya orang. Tidak sopan juga kalau Aku tiba-tiba masuk dan menuju ke kamar.

Sampai di kamar, Aku menaruh tas yang berisi pakaian kotorku dan meletakkan satu box sedang di atas meja rias yang berisi oleh-oleh untuk istriku tercinta.

"Pasti Dia lagi sibuk sekarang mengurus teman-teman pengajian umik. Lebih baik Aku mandi dulu."

Bicaraku sendiri saat melihat pantulan diriku sendiri di cermin. Betapa kusamnya wajahku saat ini.

Setelah selesai sholat maghrib. Aku tiduran sambil menunggu istriku untuk menemuiku.

Tak lama kemudian ...

Cekrek ...

"Maaf nunggu lama ya?."

Dia masuk sambil membawakan secangkir teh untukku.

"Tidak apa-apa Ning, Saya ngerti kalau Ning sibuk bantu umik."

"Iya, terima kasih. Sudah sholat?."

"Sudah Ning."

Dia mengangguk dan mengambil baju-bajuku yang berserakan di atas ranjang.

"Pengajiannya sudah atau belum Ning?."

"Sudah, tapi masih ada beberapa yang belum pulang sedang bicara sama umik."

"Terus Ning masih mau kesana lagi?."

"Iya, kan harus beres-beres dulu."

"Memangnya Mbak Dhalem pada kemana?."

"Ada. Tapi kan gak enak kalau Aku diem aja gak ikut bantu-bantu."

"Tapi kan ... "

"Tapi apa?."

"Saya kan rindu sama Ning, jadi gak usah ke sana lagilah Ning. Di sini saja."

"Dih ... Rindu? Gak usah rindu-rinduan. Mana oleh-olehnya."

"Ya Allah. Suami dateng bukan ditanyain gimana kabarnya atau apalah gitu, ini jadi nanyain oleh-oleh."

Dia tersenyum sangat manis.

"Rindunya nanti dulu, sekarang mana oleh-olehnya?."

Dia langsung ingin membuka box yang ada di atas meja rias.

"Ini oleh-olehnya, bukain dong susah ini."

"Giliran suruh buka saja, nyuruh Saya."

Aku langsung mengambil gunting di dalam laci dan mulai membuka box yang berisi getuk pesanan istriku.

"Mau coba rasa apa dulu Ning?."

"Mau yang keju."

Matanya berbinar-binar saat melihat getuk pesanannya. Sebelum Dia memakan getuk itu.

Tok tok tok ...

"Iya ada apa?."

"Maaf Neng Shafira ditimbali Bu nyai."

"Ohh iyaa Mbak."

Tanpa berpamitan padaku Dia langsung menyelonong pergi tanpa mencoba getuk yang sudah Aku potong.

Bosan menunggu istriku itu di kamar Aku mencoba ke pesantren putra untuk melihat sekaligus mengontrol apakah semua kegiatan berjalan dengan lancar.

Pondok memang riuh setiap selesai sholat maghrib, semua santri membaca sholawat beramai-ramai.

Aku ikut duduk di teras musholla mengikuti iringan sholawat dari para santri. Damai rasanya, semua beban pikiran serasa luntur seketika.

Setelah selesai mengikuti sholawat para santri Aku mampir ke kantor pondok. Aku bertemu sahabatku dulu. Yang sekarang sudah menjadi Ustadz.

Namanya Syaiful tapi biasa dipanggil ipul. Dia sudah punya dua anak sekarang tapi masih dipercaya oleh Pak Kyai untuk tetap mengajar di sini.

"Anak sudah umur berapa sekarang?."

"Yang pertama sudah lima tahun dan yang kedua masih enam bulan, Ramadhan."

Dia memang sudah biasa memanggil ku dengan nama karna Kami sudah sangat akrab.

"Kapan nyusul kamu?."

"Nyusul kemana Pul?."

"Yah punya anak maksudnya."

Aku tergelak mendengar kalimat itu.

"Malah ketawa ini, Aku nanya serius ini Ramadhan."

"Iya, gak tahu mungkin belum dikasih sama yang Kuasa pul."

"Lho emang Kamu gak mau cepet punya anak, Kalian kan sudah lebih dari tiga bulan menikah masak belum ada kabar baik juga."

"Kalau pengen punya anak itu Aku sudah kebelet banget pul, malahan dari sebelum menikah."

"Lha terus kok belum kesampean juga sekarang."

Aku tak menjawab. Aku hanya tersenyum dan mengambil langkah pergi karna Aku tak mau ditanya-tanya lebih jauh lagi.

Asalkan Kamu tahu Ipul sampai saat ini Istriku masih perawan pul, jangankan menyentuhnya memeluknya saja Aku diam-diam.

Jadi mana mungkin Aku bisa punya anak seperti Kamu pul, Aku tak tahu ini akan berakhir sampai kapan.

Aku masuk kamar dengan hati yang sedih dan sedikit kecewa.

Bagitu masuk kamar, Aku disambut dengan pemandangan yang teramat indah, darahku langsung berdesir.

Bagaimana darahku tidak berdesir Aku melihat istriku sedang berdiri di depan kipas angin dengan hanya mengunakan tank top dan rok yang menjuntai.

Rambutnya diikat ke atas rapi, Dia tak menyadari Aku sedang memperhatikannya. Sungguh ini adalah pemandangan yang sangat langka di kamar ini.

Dia sungguh seksi seperti model-model yang memiliki tubuh ramping dan sangat mempesona.

"Teramat indah ... "

Dia terkejut dan menoleh cepat ke arahku.

Bersambung.

Inget jangan komen kata N.E.X.T
kalau sampai ada kata itu author gak akan kasih bunus lagi ok.

Ganti kata N.E.X.T dengan kata-kata semangat buat author ok.

Thank you all 😘😘😘

AIR MATA PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang