part 21 moment lucu 1

5 0 0
                                    

Malam ini hujan turun dengan derasnya, Umi yang berada di sampingku mulai gelisah karna hujan tak kunjung reda.

Udara terasa segar karna sudah lama hujan tidak datang untuk membasahi bumi yang semakin hari makin panas.

Aku tetap duduk di kursi tunggu di lobby rumah sakit ini, Umi mondar mandir sedari tadi kebingungan karna supir tak kunjung datang untuk menjemput kami.

Tak lama kemudian yang ditunggu datang juga, Aku dan Umi langsung bergegas untuk masuk ke mobil.

Karna kakiku masih sakit jadi Umi memapahku pelan memasuki mobil, kami hampir basah kuyup karna rintik hujan.

Aku kasihan pada Umi, seharusnya yang memapahku dan yang menjemputku adalah suamiku bukan malah Ibu mertuaku.

Rasanya Aku ingin memarahi Suamiku itu yang t'lah tega meninggalkan istrinya dan harus menyusahkan Ibu mertuanya.

Ketika mobil sampai di rumah, Aku kembali bingung karna jarak parkiran ke teras rumah agak jauh sedangkan hujan tak kunjung reda.

Kalau dipaksa menembus hujan pasti akan basah kuyup dan Aku tak mau itu terjadi karna ini sudah malam. Bisa-bisa Umi sakit nanti.

Tapi Aku terkejut saat Ramdhan membuka pintu mobil sambil memegang payung dari tatapannya rasanya dia khawatir padaku dan Umi.

Dia menyuruh Umi keluar dulu dan memberikan payung yang t'lah dia bawa khusus untuk Umi.

Dengan cepat Umi langsung menembus derasnya hujan dan kulihat Umi menyuruh kami segera menyusulnya.

Aku bergeser dari dudukku mendekat ke pintu mobil dan Suamiku masih berdiri mematung di sana.

"Tak gendong biar cepet ya." Tanyanya padaku, tapi belum sempat kujawab dia langsung menggendongku.

Sekarang Aku yang pegang payungnya, tapi percuma saja hujan deras begini disertai angin membuat kami basah kuyup.

Dia berjalan setengah berlari kutatap lekat wajahnya yang sedari tadi cemas padaku, di tengah rintikan hujan kutemukan rasa senang dan bahagia.

Sampai kamar Dia menurunkanku di tepian tempat tidur, bagian bawah gamisku basah kuyup tapi itu tak masalah.

Kulihat dia yang basah seluruhnya rasa khawatir di wajahnya belum hilang sepenuhnya, Dia mencoba mengatur nafasnya pelan.

Dia terus menatapku tapi Aku tetap diam saja, mengingat rasa jengkelku padanya belum hilang sepenuhnya.

Kemudian dia membuka lemari dan mengambil sesuatu di sana yang tak kuketahui.

"Saya tinggal dulu, Ning ganti baju takut sakit, ini pakai."

Dia menyodorkan gamis warna putih dengan motif batik bunga yang sangat cantik.

"Itu bukan bajuku, biar Aku cari sendiri nanti."

"Loh ... ini baju Saya yang belikan, masih baru jadi pakai. Coba dulu apa ukurannya pas atau tidak."

Mana Aku tahu dia membelikan baju, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Aku mengambil gamis itu dan menciumnya.
Benar ini masih baru.

"Ya Allah ... gak percaya kalau itu masih baru harus dicium dulu."

"Iyalah, kalau Kamu bohong gimana."

"Saya gak mungkin bohong, bener itu masih baru, di lemari masih ada lagi, baju couple buat dipakai ke acara pernikahan temen Saya nanti."

"Mau pergi gimana, kaki masih luka begini."

"Itu masih lama, sampai sembuh nanti."

Aku berdiri pelan dan ingin mengganti baju karna dingin pakai baju basah begini.

AIR MATA PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang