part 5 Hari itu tiba

16 0 0
                                    


Keesokan harinya setelah sholat subuh, Mama mengajakku ke pasar.

"Kok tumben ma, ngajak Shafira ke pasar?."

Tanyaku heran karna baru kali ini Mama mengajakku ke pasar padahal biasanya, kita ke mini market atau nyuruh bibi ke pasar.

"Sengaja Mama ngajak Kamu ke pasar, biar tahu bahan-bahan masakan."

"Kan di mini market ada, kenapa harus ke pasar?."

"Kalau di pasar itu lengkap nyari apa saja ada, dan sebentar lagi kamu akan menikah jadi harus paham dalam hal memasak."

Mendengak kata menikah saja mataku sudah mulai memanas apalagi harus menjalaninnya. Sungguh Aku belum siap sama sekali.

"Ayo turun sudah sampai."

Dengan malas Aku membuka mobil dan turun.

"Bau apa ini?."

Baru dua langkah Aku dari mobil tapi Aku sudah disambut bau yang sangat menyengat.

"Shafira ayo masuk ke dalam, jangan mematung seperti itu."

"Aku gak kuat ma, bau banget Aku tunggu di mobil ya?."

"Jangan banyak tingkah ayo masuk, nanti di dalam gak bau ayo cepet."

Sebenarnya Aku ingin menolak tapi nanti bisa-bisa Mama marah. Aku malas mendengarkan itu karna ini masih terlalu pagi.

Aku menuruti perintah Mama Aku berjalan dengan hati-hati sambil mengikuti mama.
Sambil sedikit menjingnjing gamisku.

Hingga sampai di dalam Mama berhenti di lapak sayur.

"Terongnya setengah kilo buk."

Ibuk penjual langsung menimbang pesanan Mama, kemudian membeli sawi, tomat, bayam, wortel, buncis, dan kubis.

Aku bingung kenapa Mama membeli banyak bahan makanan, Aku sampai kewalahan membawa tas belanjaan yang sangat berat.

"Ayo Shafira jalannya lebih cepat lagi. Kita ketukang ayam buruan nanti kehabisan."

Apa peduliku jika nanti kehabisan ayam, apa Mama tidak berfikir Aku sangat kesusahan menenteng tas belanjaan yang berat ini.

"Yah bentar Ma, ini tasnya berat banget lho Ma."

Ucapku sambil berusaha berjalan lebih cepat.

"Jangan manja, ayo cepetan. Makanya kalau dari dulu kamu mau diajak ke pasar pasti sudah terbiasa. Kamu kalau diajak ke pasar pasti ada saja alasanya.
Jadi gini jadinya pas diajak ke pasar sekali ngeluh terus beratlah, baulah."

Ngomel lagi. Ya ampun.... Aku benar-benar lelah mendengar itu. Baru saja kemarin malam Abi mengatakan hal yang tidak ku inginkan.

Mataku mulai memanas rasanya Aku ingin membanting tas berat ini. Dan yang membuat Aku semakin kesal banyak orang yang bersenggolan denganku hingga Aku harus menghentikan langkahku.

Sedangkan Mama sudah jauh di depan dan berhenti di lapak ayam potong.sesekali melihatku dan melambaikan tangan, menyuruhku cepat menghampirinya.

Kalian tahu hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku dimana Aku dimarahi dan tidak ada satu orangpun yang membelaku.

Tak terasa air mataku jatuh, dibalik cadarku.

"Inget nanti sampai di rumah langsung ke dapur untuk belajar memasak."

"Buat apa Ma?."

"Ya, untuk suamimu nanti Shafira... memangnya setelah menikah Kamu tidak akan memasak makanan untuk suamimu."

AIR MATA PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang