3. One Day Together

59 13 0
                                    


Seorang gadis berjalan lunglai di koridor sekolah. Wajahnya murung. Tak ada sepatah kata pun yang dikeluarkan dari bibir kecilnya. Padahal, biasanya ia selalu melakukan monolog di sana. Entah berteriak, menangis, mengumpat, bahkan tertawa.

Itu semua memang terdengar gila. Tapi itu bisa membuatnya bahagia. Apapun akan ia lakukan demi kebahagiaannya.

"Reyna!" teriak seseorang dari belakang gadis itu. Ia terpaksa menengok ke belakang untuk memeriksa siapa seseorang yang telah memanggilnya. Ternyata, orang tersebut adalah Tasha.

"Ke kelas bareng yuk!" ajak Tasha sambil menepuk bahu sahabatnya itu.

Reyna hanya mengangguk. Mereka pun berjalan bersama ke kelas.

Sesampainya di kelas, Reyna masih diam.

Teriakan khasnya tak terdengar pagi itu. Semua siswa yang melihat keanehan itu hanya menatap Reyna  dan kembali pada fokusnya masing-masing.

Salma yang sedari tadi terus membatin mengapa sahabatnya berubah, memilih menanyakannya langsung pada Tasha.

"Nggak tahu. Tadi juga cuma ngangguk aja waktu gue ajakin bareng."

"Ngambek?"

"Sama siapa?"

"Ya nggak tahu. Tanyain aja yuk."

"Sstt..jangan. Biarin dia sendiri dulu."

***

"Rey, ke kantin yuk." ajak Salma dan Tasha saat jam istirahat.

"Nggak ah. Gue males. Kalian berdua aja."

Setelah mendengar itu, Salma dan Tasha langsung ke kantin. Mereka tak mau mengusik Reyna.

5 menit setelah kedua sahabatnya ke kantin, ada seorang gadis menghampiri Reyna.

"Sendiri aja lo? Mana tuh dua sahabat lo yang heboh. Biasanya bertiga terus. Oh, lo dimusuhin sama mereka ya? Makanya, jadi orang jangan jahat, biar ngga dimusuhin temen sendiri."
Cemooh Venna tanpa rasa berdosa. Dia tak sadar siapa orang yang diejeknya.

Awalnya, Reyna berniat diam. Dia tidak ingin meladeni omongan Venna. Namun, ia mengurungkan niatnya. Omongan Venna sudah terlanjur memancing emosi Reyna.

"LO BISA DIEM GAK?!!" Bentak Reyna dengan nada tinggi seraya menggebrak meja.

Nada tingginya itu membuat seantero kelas mengalihkan pandangannya ke arah 2 gadis itu.

"Santai aja kali, nggak usah te...."

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Venna sebelum ia menuntaskan kalimatnya. Tamparan itu berhasil membuatnya tersungkur dan meringis kesakitan. Tangannya terus memegangi pipi yang merah bekas tangan Reyna.

Semua siswa yang melihat itu langsung menutup mulut tak percaya. Reyna memang jarang bertengkar, apalagi secara fisik. Ia lebih suka diam dan memilih untuk tidak mempedulikan. Tapi sekarang, gadis ceria itu tersulut emosi. Dia sangat marah. 'jangan membangunkan kucing tidur', sepertinya itu tepat untuk Venna yang sudah mengusik ketenangan Reyna.

"Gue nggak pernah suka yang namanya adu mulut, apalagi sama manusia kayak lo! Dan jangan pernah harap wajah lo baik-baik aja kalau lo masih ngehina gue dan orang-orang terdekat gue!" Ancam Reyna dengan tatapan tajam.

Gadis ceria nan menyenangkan detik itu juga berubah menjadi gadis galak nan pemarah.

Semua murid yang melihat hal itu hanya diam. Tak ada satupun yang berniat membantu ataupun membela Venna. Untuk apa? Venna itu gadis angkuh yang selalu merendahkan orang lain. Dia tidak pantas dibela.

Are We Siblings? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang