~ Aku cuman mau buat kamu senyum saja, bukan berharap kamu kembali. Kalau kamu nggak suka aku bisa ngalah ~
________________________________________
Pagi-pagi aku berangkat sekolah, menurut ku ini sudah lebih awal dari yang biasanya. Aku berjalan di sepanjang lorong kelas, masih sepi. Aku bergegas menuju ke dalam kelas, meletakkan tas ke tempat dimana dia harusnya berada. Setelah itu aku duduk di depan kelas di sebuah kursi panjang yang tersedia di setiap depan kelas.
Sebuah pemandangan yang jarang aku rasa, karena biasanya, aku pergi ke sekolah lima belas menit sebelum bel berbunyi, dimana kondisi sekolah sudah sangat ramai. Dan sekarang, aku berada disini, dimana sekolah masih disini beberapa orang saja. Aku memperhatikan sekeliling lama kelamaan dengan buaian lamunan, aku tak sadar bahwa sekeliling ku sudah ramai.
Dari sudut pandangan mata, aku melihat Lika, dengan sigap aku menfokuskan diri melihat ke arah Lika, di samping nya pula ada Tere. Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas sambil mengobrol dan sesekali tertawa, entah apa yang sedang mereka bahas. Lama-kelamaan mereka semakin dekat, dan aku berjalan menuju ke arah mereka.
***
Jam bel istirahat sudah berbunyi, guru-guru menyelesaikan pertemuan dan keluar dari kelas, setelah itu siswa-siswi berlarian keluar menuju ke lapangan maupun kantin, dan ada juga yang membuka bekal makanan yang mereka bawa dan beberapa kegiatan lainnya. Sementara aku, aku langsung bergegas mencari Juan.
Aku pergi ke kelas Juan, disana ada Ernest dan Darell, tapi tidak dengan Juan. Aku melambaikan tangan berusaha menfokuskan mereka ke arah ku, karena bila aku teriak memanggil takutnya anak kelas mereka akan langsung menatap ku. Tatapan yang sangat malas aku pandang. Tak lama, Ernest sadar akan kehadiran diriku. Lalu mereka berdua menemui ku di depan kelas.
"Juan dimana nest?" Tanya ku tanpa basa-basi ketika dia sampai di hadapan ku.
"Juan nggak sekolah, katanya sih sakit." Jawab Ernest singkat.
"Ouh, makasih infonya." Balasku lalu langsung pamit kembali ke kelas.
Rencana menanyakan nya langsung menjadi gagal karena dia tidak masuk sekolah. Lalu terbersit di pikiran ku, bahwa lebih baik aku bujuk dia kerumahnya. Sekalian bujuk Fadil juga.
***
Kini aku sudah di dalam taksi yang sedang menuju ke rumah Juan. "Aku nanti mau bilang apa? Terus terus kalau dia nggak mau jawab gimana? Nanti kalau dia malah marah gimana lagi?" Pertanyaan itu selalu ada dipikiran ku.
"Neng.." panggil pak supir taksi.
"Udah nyampe neng," lanjutnya lagi."Oh, udah nyampe ya pak," kataku sambil mengambil uang dan membayar ongkos. "Ini pak" sodor tanganku.
Tinggal memencet bel, maka mereka akan tau aku datang. Aku berfikir lagi tentang apa yang akan ku katakan lagi nanti. "Come on la, selow saja" semangat ku kepada diriku sendiri. Entah kenapa aku begitu kepo terhadap urusan Juan. Astaga..
Bel sudah ku tekan, beberapa lama kemudian ada suara yang menyatu dan langkah kaki yang mendekat. Suara nya sih suara seorang perempuan, kedengaran bukan Fadil atau Tante Marny. "Siapa yang ada didalam tampaknya baru" tanyaku, namun pertanyaan ku tersebut terbalas ketika seorang yang wanita yang sudah ber-umur datang menemui.
"Nyari siapa non." sapanya.
"Aku temen nya Juan, ibu siapa ya?" Tanya ku dengan memiringkan kepala.
"Oh saya pembantu baru non. Baru aja mulai kerja kemarin." Sahutnya.
"Oh iya bi, aku Lala salam kenal ya bi." Tuturku. "Juan sama Fadil ada Bi? Terus Tante marny sama Om Juma ada dirumah juga?" Tanya ku sekalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & Sejuta Cerita
Teen Fiction- slow update ✨ - Nggak suka? Skip! Iya, tau. Kurang rapi kan? :) Masih belajar, rada malas revisi juga, paling memperbaiki sedikit-sedikit. Aku revisi yang benar-benar revisi setelah cerita ini tamat ya:) **** Bagaimana bila ku katakan ini adalah...