13. Mood:)

73 17 0
                                    

~Tuhan, aku masih mencintai orang yang Engkau kirim dulu untuk melukiskan senyum diwajahku~

________________________________________

"Perasaan tadi kayak ada yang nyium deh, seriusan." Pikirku dalam batin.

"Ahk Lala, kok jadi mikirin terus sih! Hufftt..." Bantah ku.

Seperti biasanya, aku langsung bergegas bersih-bersih, menanyakan tugas yang diberikan oleh guru hari ini kepada teman sekelas ku.
Hufft ternyata tugas nya cukup banyak, padahal rasanya badan ku sakit sekali, ingin cepat-cepat istirahat. Dengan sigap aku mengerjakan satu persatu tugas yang diberikan.

"Sudah selesai, hufftt... Sudah jam 23.45, sebaiknya aku cepat-cepat tidur agar tidak telat besok ke sekolah." Guman ku seorang.

Drett...drettt..

Bunyi ponselku bergetar membuat tidur ku yang kurang pulas langsung terbangun.

"Hanya notif Facebook. Tunggu dulu ini sudah jam berapa? Astagaa," teriak ku setelah melihat jam yang sudah menandakan jam 06.45 "badan ku masih sakit sekali, kepalaku rasanya berat." Aku menyentuh dahi ku, badan ku ternyata panas.

"Sayang, Lala, nak kamu tidak sekolah? Ini udah telat banyak loh." Teriak mama dari luar kamar dan segera masuk ke kamar ku.

"Kamu kenapa sayang? Kok pucat," Tanya mama sambil memegang wajahku. "astaga kamu demam nak, sebaiknya jangan sekolah dulu hari ini ya nak. Demam kamu ini cukup tinggi." Seru mama sambil membaringkan badan ku ditempat tidur.

Aku tak mungkin menolak, karena memang badan ku sakit semua. Untuk pertama kalinya aku demam dan tak memaksakan diri pergi ke sekolah. Absen ku bertambah sekarang, hufftt... Tak apalah ini demi kebaikan ku juga.

Dokter baru saja pergi meninggalkan rumah, untung aku hanya sakit biasa, kalau tidak pasti akan dirawat di rumah sakit lagi. Aku hanya disuruh istirahat dan meminum obat. Sepulang sekolah Lika datang ke rumahku untuk melihat keadaan ku, untuk pertama kalinya aku tidak memiliki niat berbicara kepada siapapun rasanya malas dan lesu. Dia tidak lama berada di rumah. Rasanya aneh saja karena seorang Lala yang suka ngomong tiba-tiba terhenti hanya karena demam. Tidur menjadi pilihan, karena tak ada notif dari handphone ku. Nafsu makan pun tak ada, rasanya apapun makanan yang telah disediakan oleh bibi rasanya hampa. Papa dan mama juga sudah membeli makanan apa yang aku inginkan tapi, tetap saja. Yang namanya nafsu makan pasti tidak ter-elak.

Bibi pamit pergi ke pasar, papa dan mama juga sedang keluar karena ada urusan. Aku sendirian di rumah, rasa takut ku berada di rumah sendirian tiba-tiba berkobar-kobar. Padahal aku dikenal sebagai gadis pemberani.
Suara benda terjatuh dari dapur terdengar, bunyi gaduhan petir mulai terdengar. Langit gelap menandakan akan datang hujan.

Jeduarr..

Petir menyambar kuat sehingga aliran listrik dimatikan. Kamar ku kini gelap hanya cahaya kecil yang terpapar dari luar.

Aku memutuskan untuk mencari senter di dapur, sedikit demi sedikit langkah kaki ku ku gerakkan. Aku tak bisa melihat jalan, gelap semua padahal ini masih jam lima sore.

"Aww..." Aku tersandung oleh benda yang tak kulihat entah apa itu.
Lalu mencoba untuk berdiri, senter nya belum juga aku temukan, rasanya aku seperti orang buta karena kegelapan ini sekaligus kepalaku yang masih pusing sehingga mengganggu pemandangan ku.

Tok...tok..tok...

Ketok keras seseorang dari luar rumah, ketukan nya begitu keras sehingga aku tak yakin itu bibi. Selain itu bibi juga membawa kunci cadangan rumah ini tadi agar tidak menggangu ku untuk membukakan pintu. Ketokan itu semakin kuat saja dibarengi suara petir kuat menyambar.

Kita & Sejuta CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang