Part 1: Di Bawah Sinar Purnama

77 1 0
                                    

Happy Reading my Readers🐣
_________

Angin beralun sepi, mengibas setiap permukaan bunga yang bermekaran. Membawa hawa dingin yang semakin menusuk seakan terasa hingga ke tulang. Dibawah langit malam dimana bintang bertebaran, diatas sebuah ayunan seorang wanita menatap sepi seekor kucing didepannya. Perlahan ujung bibirnya tertarik tipis, hingga seekor kucing jantan datang menghampiri. Memberikan jilatan hangat dan endusan kasih sayang pada pasangannya.

"Mereka bahkan lebih beruntung dari aku." seorang wanita berujar lirih. "Bodoh." ia tersenyum pahit seraya mengusap buliran air bening yang mulai jatuh diujung matanya.

***

Sebuah rumah mewah berwarna putih berdiri megah di ujung jalan, diapit oleh taman-taman yang terawat rapi dan pepohonan yang menjulang tinggi. Malam ini, suasana terasa hening, hanya terdengar suara angin yang berdesir pelan di antara dedaunan. Lampu-lampu taman menyala temaram, menciptakan suasana yang romantis namun penuh misteri.

Seorang pria tampan dengan postur tegap melangkah dengan mantap menuju gerbang besar rumah itu. Wajahnya memancarkan keyakinan, namun di matanya terbersit kegelisahan. Ia adalah Ardyaz, seorang pemuda yang telah seharian memendam rindu kepada kekasih hatinya, Arsella. Malam ini, ia bertekad untuk menemui gadis yang selalu mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan dan harapan.

Ardyaz mengenakan jas hitam yang rapi, dipadukan dengan kemeja putih dan dasi biru tua. Rambutnya yang hitam legam disisir rapi, menambah kesan elegan pada penampilannya. Setiap langkahnya penuh dengan keyakinan, meskipun hatinya berdebar tak menentu.

Saat ia tiba di depan gerbang, seorang satpam Jawa dengan senyum ramah menyambutnya. Pak Mail, satpam yang telah bekerja lama di rumah ini, mengenakan seragam rapi dan topi yang sedikit miring. Senyumannya tulus, mencerminkan keramahan yang hangat.

"Selamat malam, Mas Ardyaz. Baru pulang dari kantor ya mas? Ada yang bisa saya bantu?" sapa Pak Mail dengan logat Jawa yang kental.

"Selamat malam, Pak Mail. Iya pak, saya dari kantor dan langsung kesini untuk menemui Arsella. Apakah dia ada di rumah?" tanya Ardyaz dengan nada penuh harap.

Belum sempat Pak Mail menjawab, seorang wanita paruh baya muncul dari arah pintu rumah. Lilyana, ibu Arsella, berjalan dengan anggun mendekati mereka. Senyum hangat menghiasi wajahnya, menyiratkan keramahan yang tulus. Lilyana mengenakan gaun malam berwarna biru muda yang elegan, dengan rambut yang ditata rapi.

"Ardyaz! Senang sekali melihatmu di sini. Silakan masuk," ajak Lilyana sambil membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

"Terima kasih, Tante Lilyana. Tapi sebenarnya Ardyaz ingin bertemu dengan Arsella. Arsellanya ada di dalam gak tan?" tanya Ardyaz sambil melangkah masuk.

Lilyana menggeleng pelan. "Maaf, Ardyaz. Tante juga gak tahu di mana Arsella sekarang. Dia keluar beberapa waktu lalu, dan belum kembali sampai sekarang."

Pak Mail yang berdiri tak jauh dari mereka tiba-tiba angkat bicara. "Maaf, Bu Lilyana, mas Ardyaz. Tadi saya melihat Nona Arsella pergi ke taman komplek. Mungkin dia masih di sana."

Lilyana tampak cemas mendengar itu. "Malam ini dingin dan berangin. Arsella tidak membawa jaket."

Ardyaz merasakan kekhawatiran Lilyana. "Jangan khawatir, Tante. Saya akan pergi mencarinya ke taman. Dia pasti baik-baik saja."

"Ardyaz, tunggu!" panggil Lilyana seraya berlari kecil ke dalam rumah dan kembali dengan sebuah jaket di tangannya. "Bawakan jaket ini untuk Arsella. Dia pasti kedinginan."

Ardyaz tersenyum, menolak dengan halus. "Terima kasih, Tante, tapi biar nanti saya berikan jas saya padanya. Saya ingin membuat momen ini sedikit lebih romantis."

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang