Part 6: Awal Kebebasan

36 2 0
                                        

Wilson melangkah perlahan ke rumah Renata dengan hati yang berdebar. Dia membawa kabar baik yang telah lama dinantikan oleh putrinya. Renata, seorang wanita yang tangguh dan penuh semangat, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan impiannya.

"Renata!" panggil Wilson saat memasuki ruang tamu yang luas. Renata, yang sedang duduk di sofa, langsung berdiri dengan wajah penuh antusias.

"Papa! Ada kabar apa?" tanyanya penasaran.

Wilson tersenyum lebar. "Kamu diangkat menjadi manajer di restoran kita mulai hari ini!"

Renata tertegun sejenak, lalu tersenyum lebar. "Papa serius? Ini beneran pa?"

Wilson mengangguk. "Iya, Sayang. Kamu bisa mulai bekerja hari ini."

Renata tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Thanks, pa!" Renata melompat kegirangan, lalu memeluk pria diahadapannya. "Aku ganti baju dulu." Dengan cepat, dia bergegas menuju kamarnya, tak sabar untuk memulai hari barunya.

Di dalam kamar, Renata menatap cermin dan memutuskan untuk menata rambutnya sendiri tanpa bantuan dari ketiga pelayannya. Dia ingin hari ini menjadi hari yang istimewa, di mana dia merasa bebas. Tangannya yang terampil mengikat rambutnya menjadi sebuah sanggul yang elegan. Di depan meja rias, senyum Renata terlihat begitu indah, memancarkan kebahagiaan yang jarang terlihat sebelumnya.

Para pekerja di rumah ikut berbahagia melihat kegembiraan Renata. "Selamat, Nona Renata!" ucap mereka hampir serempak. Renata mengangguk penuh syukur.

Baginya, ini adalah awal dari kebebasannya dari jeratan Samuel setelah dua tahun terkurung di dalam rumah yang terasa bak neraka. Dengan semangat baru, Renata mengenakan pakaian yang layak untuk seorang manajer yang cantik dan independen. Pakaian itu menonjolkan kecantikan dan kekuatannya sebagai seorang wanita yang berkharisma.

Saat Renata menuruni tangga, Wilson menatap putrinya dengan kagum. "Kamu terlihat luar biasa, putriku." ucapnya dengan bangga.

Di pintu masuk, Samuel baru saja datang dan ikut terpana melihat kecantikan Renata yang begitu sempurna. Mata Samuel yang dingin dan datar perlahan melembut. Dia melangkah mendekati Renata dan Wilson.

"Selamat, Bu Manajer Renata," ucap Samuel dengan senyuman tipis di bibirnya. Renata tersipu malu mendengar ucapan itu.

"Thanks, Sam." jawab Renata dengan suara lembut.

Wilson kemudian mengajak Samuel untuk ikut ke restoran, namun sayangnya Samuel menolak.

"Aku sangat lelah setelah selesai meeting dengan klien," ucapnya dengan nada lelah.

Samuel langsung meninggalkan Wilson dan Renata. Renata menatap punggung Samuel yang semakin menjauh. Meskipun kecewa, ia paham Samuel telah bekerja keras selama sebulan terakhir untuk mengejar target perusahaan.

Wilson dan Renata kemudian beranjak pergi menuju mobil. Saat mobil melesat pergi menuju restoran, dari balkon kamarnya, Samuel menatap mobil yang membawa kekasihnya pergi. Ia tersenyum tipis, merasa bangga terhadap Renata yang telah membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi manajer di restoran yang diwasiatkan oleh ibunya.

Sesampainya di restoran, Renata merasa gugup. Ini kali pertama baginya mengurus restoran, apalagi restoran tersebut adalah peninggalan ibunya. Namun Wilson yang peka melihat kegelisahan di wajah putrinya. Ia menggenggam tangan Renata dan berkata, "Kamu pasti bisa, Renata. Ibumu akan bangga melihatmu berani dan berusaha. Dia percaya padamu."

Renata tersenyum dan merasa semakin yakin. Di depan pintu masuk restoran yang mewah tersebut, para pelayan dan karyawan lainnya berbaris rapi menyambut kedatangan mereka. Restoran itu bercorak selayaknya kerajaan eropa dengan ornamen yang begitu detail dan pilar-pilar yang menjulang tinggi.

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang