Part 3: Keberhasilan Wilson

19 1 0
                                    

Udah masuk Bab 3 aja nih😍

Yok siapin cemilan sambil baca 🥰

HAPPY READING MY READERS🐣
__________

Pagi menyapa dengan sinar matahari yang lembut merayap melalui jendela , memantulkan kilauan keemasan pada lantai marmer di ruang olahraga. Samuel, dengan tubuh yang kokoh dan berkeringat, tengah berlari di atas treadmill. Setiap langkahnya penuh determinasi, seolah berusaha menghalau bayang-bayang masa lalunya. Di telinganya, alunan musik keras dari headphone membungkam dunia luar.

Di dapur, Renata bergerak dengan lincah, menyiapkan sarapan. Aroma harum dari pancake yang baru matang dan kopi yang baru diseduh menyebar memenuhi ruangan. Ia menata meja dengan teliti, memastikan setiap detail sempurna. Renata adalah wanita muda dengan wajah lembut, matanya mencerminkan ketulusan. Setiap gerakannya menunjukkan ketekunan dan kecintaannya dalam merawat keluarganya, meskipun kadang ia merasa lelah dengan beban yang harus ditanggungnya.

Tiba-tiba, pintu depan terbuka. Seorang pria berambut putih dengan wajah tegas memasuki rumah mewah tersebut. Di tangannya, seekor anjing kecil berjenis Cavalier King Charles Spaniel menggonggong pelan, seolah ikut menyapa pemilik rumah. Pria itu, Marcus, adalah sosok karismatik dengan aura kekuasaan yang tak terbantahkan. Dia adalah CEO dari perusahaan multinasional besar, dengan segudang pengalaman dan reputasi yang membuatnya dihormati sekaligus ditakuti.

"Selamat pagi, Renata," sapa Marcus dengan senyum yang selalu terlihat. Ia menatap meja yang sudah tertata rapi. "Masakanmu selalu mengagumkan."

Renata membalas senyuman itu dengan hangat. "Terima kasih, Om. Aku harap om akan menyukainya." Renata selalu berusaha memberikan yang terbaik, terutama ketika Marcus datang berkunjung. Dia tahu bahwa Marcus adalah figur penting dalam kehidupan Samuel, meskipun hubungan mereka seringkali dipenuhi ketegangan.

Marcus mengangguk, lalu menaiki tangga menuju kamar putranya, Samuel. Ia mengetuk pintu dengan tegas, namun tanpa menunggu jawaban, ia masuk. Samuel masih berlari di atas treadmill, terbenam dalam dunianya sendiri. Marcus mendekat dan tanpa ragu, melepaskan earphone dari telinga Samuel.

Samuel tersentak, menatap ayahnya dengan pandangan sinis. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Marcus tidak bergeming. "This is also my house, son. Aku bisa datang kapan saja yang kumau."

Samuel mendengus, mencoba untuk tidak peduli dan melanjutkan larinya. Namun Marcus tidak membiarkan hal itu. Ia mematikan treadmill, membuat Samuel terpaksa berhenti.

"Wilson berhasil mengambil hati Angola Company," kata Marcus dengan nada bangga seraya mengelus kepala anjingnya. "Pagi ini kita akan merayakannya dengan sarapan bersama."

Samuel menatap ayahnya dengan tidak percaya. "See? Dia sangat berguna, dia sangat ahli dalam bernegosiasi," tambah Marcus dengan senyum puas. "Turunlah, Renata sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Aku sangat lapar."

Marcus keluar dari kamar, meninggalkan Samuel yang masih mencoba mencerna informasi tersebut. Samuel menghela napas panjang sebelum akhirnya mengikuti ayahnya menuruni tangga.

Di bawah, Marcus melihat Wilson, pria yang baru saja memenangkan negosiasi penting, memeluk putrinya dengan erat. Kebahagiaan jelas terpancar di wajah Renata. Namun, di saat yang sama, Wilson menyadari beberapa bekas luka di tubuh putrinya. Hatinya tersayat, tetapi ia tidak bertanya. Ia tahu betul bagaimana Samuel memperlakukan putrinya, namun pekerjaan dan ambisi sering kali menumpulkan perasaannya. Wilson adalah seorang negosiator ulung yang telah memenangkan banyak kesepakatan sulit, tetapi dalam urusan keluarganya sendiri, ia merasa tak berdaya.

Tak lama kemudian, Samuel muncul dan ikut menyaksikan adegan mengharukan tersebut. "Lihat, mereka terlihat sangat bahagia dan adegan ini sangat mengharukan. Tapi ingat, dendammu lebih penting. Jangan sampai kau terlena," ujar Marcus mengingatkan putranya.

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang