Part 5: Malam yang Berantakan

20 1 0
                                    

Flashback~

Restoran itu penuh dengan kerlip lampu-lampu hias yang berkilauan, menciptakan suasana hangat dan meriah. Meja-meja dihiasi dengan bunga segar dan lilin yang menerangi ruangan dengan cahaya lembut. Ardyaz duduk dengan gugup di salah satu meja yang sudah dipesan khusus, ditemani oleh kedua orang tuanya, Wendra dan Elvara. Malam itu adalah malam yang sangat dinantikan, namun juga penuh dengan ketegangan yang tak terelakkan.

Ardyaz, seorang model ternama dengan postur tinggi dan wajah tampan, merapikan kerah bajunya yang sudah rapi, menunggu dengan gelisah. Ia memandang ke arah pintu restoran, berharap melihat sosok yang sudah memenuhi pikirannya sejak lama. Kedua orang tuanya duduk di sampingnya, Wendra terlihat tenang dengan senyum tipisnya, sementara Elvara tampak serius dan tidak terlalu menunjukkan ketertarikannya.

"Tenang saja, Nak," Wendra menepuk bahu Ardyaz pelan, mencoba menenangkan kegugupan anaknya.

Ardyaz menarik napas dalam-dalam, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang penting, malam yang bisa mengubah hidupnya selamanya. Tangannya sedikit berkeringat saat ia meneguk segelas air di depannya, mencoba menenangkan diri.

Tak lama kemudian, pintu restoran terbuka dan Arsella masuk bersama kedua orang tuanya, Hendrick dan Lilyana. Arsella tampak cantik dengan gaun biru muda yang anggun, sementara Hendrick dan Lilyana tampak elegan dengan pakaian formal mereka. Senyum bahagia tersungging di bibir Arsella saat matanya bertemu dengan Ardyaz.

"Hai.." Arsella menyapa dengan senyum cerah, dan segera mereka saling berpelukan. Kedua keluarga juga saling bertukar salam, meski ada sedikit ketegangan di antara mereka.

"Kalian selalu terlihat serasi," komentar Lilyana dengan senyum ramah, mencoba mencairkan suasana.

Mereka kemudian duduk dan mulai menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Suasana makan malam itu penuh dengan keceriaan. Tawa dan canda terdengar dari setiap sudut meja, kecuali dari Elvara yang tampak tidak terlalu suka dengan kehadiran Arsella.

"Om Hendrick, bagaimana bisnis di kantor?" tanya Ardyaz, mencoba mencairkan suasana.

"Semua berjalan dengan baik, Ardyaz. Bagaimana dengan pekerjaanmu?" jawab Hendrick dengan ramah.

Ardyaz tersenyum. "Pemotretan terakhirku berjalan lancar. Minggu depan aku ada acara fashion show di Milan."

"Wow, itu luar biasa, Ardyaz!" Lilyana berkomentar dengan antusias.

"Oh, Arsella, aku mendengar butikmu baru saja membuka cabang baru?" Ardyaz memandang kekasihnya dengan penuh kebanggaan.

"Iya, aku sekarang membuka cabang di Lombok," jawab Arsella dengan senyum bahagia. "Thanks, sweety. Dukunganmu sangat berarti."

"Usaha butikmu pasti sangat berkembang pesat, Arsella," komentar Wendra dengan kagum.

"Terima kasih, Om Wendra. Aku berusaha keras untuk itu," jawab Arsella dengan rendah hati.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, Elvara tampak semakin tidak nyaman. Ia terus menatap Arsella dengan tatapan tajam, yang tidak luput dari perhatian Lilyana. Suasana makan malam yang awalnya hangat perlahan berubah menjadi tegang. Elvara sesekali melirik Ardyaz dengan pandangan tidak setuju, sementara Arsella berusaha tetap tenang dan tersenyum meski hatinya mulai merasa tidak enak.

Setelah selesai makan, Ardyaz mengambil napas dalam-dalam. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu. Ia berdiri dan menatap kedua orang tua Arsella dengan penuh keseriusan.

"Om Hendrick, Tante Lilyana, saya ingin menyampaikan niat baik saya. Saya ingin menikahi Arsella," ucap Ardyaz dengan suara mantap, tapi penuh harap.

Sebelum Hendrick dan Lilyana sempat menjawab, Elvara langsung memotong pembicaraan. "Tidak!" suaranya tegas dan dingin. "Aku tidak setuju dengan pernikahan ini."

Semua orang di meja terdiam, tercengang mendengar ucapan Elvara. Ardyaz menatap ibunya dengan penuh keterkejutan. Perasaan gugup yang tadinya menghinggapi kini berubah menjadi kemarahan yang membara.

"Ma, kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Bukannya mama udah setuju?" tanya Ardyaz dengan bingung.

Elvara memandang Ardyaz dengan tajam. "Anakku tidak pantas menikahi wanita yang asal-usulnya tidak jelas. Arsella hanyalah anak adopsi yang tidak diketahui siapa orang tuanya yang sebenarnya."

Suasana yang tadinya penuh keceriaan berubah menjadi tegang dan panas. Ardyaz menatap ibunya dengan kemarahan yang memuncak. Perasaan cinta dan kebahagiaan yang ia rasakan untuk Arsella kini berubah menjadi frustrasi dan kekecewaan.

"Ma, Arsella adalah wanita yang baik dan Ardyaz mencintainya!" Ardyaz membela kekasihnya.

Wendra mencoba menenangkan Elvara. "Sayang, mungkin kita bisa bicara baik-baik..."

Namun, Elvara tidak menghiraukan suaminya dan terus memaki Arsella. "Aku tidak akan membiarkan anakku menikah dengan seseorang yang asal-usulnya tidak jelas. Itu memalukan!"

Lilyana tidak bisa menahan diri lagi. "Cukup! Aku pun tidak ingin anakku memiliki mertua yang angkuh dan tidak tahu diri seperti Anda, Bu Elvara," ucapnya tajam.

Hendrick ikut angkat bicara. "Kita datang dengan niat baik, tapi ternyata kita dihadapkan pada penghinaan seperti ini. Kami tidak bisa menerima perlakuan Anda."

Arsella yang sejak tadi diam dan terpaku, akhirnya berdiri dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Semua perkataan Elvara terlalu menyakitkan untuk ditampung. Tanpa berkata apa-apa, ia berlari meninggalkan restoran dengan hati yang hancur.

"Arsella!" Ardyaz mencoba berlari mengejar kekasihnya, namun Elvara menahan tangannya. "Diam disini!"

Hendrick segera mengejar putrinya, sementara Lilyana masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Ardyaz melepaskan cengkraman ibunya dengan kasar. "Mama keterlaluan!"

Ardyaz menatap ibunya dengan kekecewaan mendalam. "Aku kecewa. Sangat kecewa."

Wendra hanya bisa berdiri di sana, tidak mampu melerai. Di satu sisi, ia setuju dengan Ardyaz, tapi di sisi lain, ia tidak ingin membuat istrinya bersedih. Namun, malam itu jelas tidak akan berakhir dengan baik.

Ardyaz akhirnya meninggalkan restoran dengan langkah cepat, mengikuti Hendrick yang sudah lebih dulu mengejar Arsella. Di halaman restoran, Ardyaz mencoba menghentikan langkah Hendrick.

"Om tolong! Beri saya kesempatan untuk menjelaskan," pinta Ardyaz dengan suara penuh harap.

Namun, Hendrick marah besar. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Ardyaz. Kalian tidak akan melanjutkan hubungan ini."

Ardyaz tersungkur, berlutut di halaman restoran, menatap Arsella yang dibawa pergi oleh kedua orang tuanya. Malam itu, semuanya sangat berantakan, tak sesuai rencana. Ia melempar cincin tunangan yang ada di genggamannya dengan frustrasi.

Sesampainya di rumah, Ardyaz memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Ia tidak bisa lagi tinggal di rumah itu setelah apa yang terjadi. Saat menuruni tangga, Elvara baru saja sampai di rumah.

"Ardyaz, mau ke mana kamu?" tanya Elvara dengan suara cemas.

Ardyaz berhenti sejenak, menatap ibunya dengan mata yang penuh kekecewaan. "Bahkan kau bukan ibu kandungku, kau bersikap terlalu jauh. Maaf, kali ini aku sangat kecewa dengan sikap mama."

Elvara mencoba menghentikan anaknya, namun percuma. Ardyaz terlalu muak dan kecewa dengan sikap ibunya. Wendra hanya bisa diam, tidak menahan Ardyaz. Ia percaya bahwa anaknya sudah dewasa dan hidupnya selama ini terlalu diatur penuh oleh Elvara.

Malam itu adalah malam terakhir Ardyaz menginjakkan kakinya di rumah itu. Demi cintanya kepada Arsella, semuanya akan ia korbankan. Ardyaz meninggalkan rumah dengan langkah mantap, bertekad untuk menemukan Arsella dan memperjuangkan cintanya.

----------------------------------

Nah, udah Bab 5 nih readers🤩
Gimana pendapat kalian?

Yok di save dulu di library kalian, biar pantau terus update-an cerita mereka!!

Jangan lupa Share ke teman-teman kalian yaa..

Untuk info selengkapnya bisa di Check di Akun Instagram @puansyanum.story

Kalian bisa tag aku ya🤗

Thanks for reading guys, luvv yuu🥰

Stay Tuned😍



TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang