Part 03

39 8 0
                                    

Percaya deh ama gue, neken bintang gak bakal bikin jari kalian patah kok, hehe:)

____

Happy Reading.

***


Aku dan teman-teman sekelasku berlari mengitari lapangan basket yang ukurannya cukup luas.

"Ayo lari jangan males-malesan," Teriak Pak David dari ujung lapangan. Dia adalah guru baru disekolahku, umurnya sekitar 20-an, dengan perawakan yang tinggi semampai serta kulit putihnya, pantas saja beberapa siswi di sekolahku menggilainya.

Aku? Tentu saja tidak, aku cukup waras untuk tidak menyukai guruku sendiri, walaupun Nara sempat mengataiku bahwa seleraku itu Om-Om karna menggilai Chanyeol, yang benar saja, Umur Chanyeol masih terbilang cukup mudah bagiku.

Tak bisa kubayangkan jika ada kabar aku berpacaran dengan Om-om, Big No gak mungkin banget. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, menepis pikiran yang tak masuk akal itu.

Nara yang berada di depanku memukul pundakku, "Kyra jangan berenti, masih 2 puteran lagi!" Nara mengomeliku karna berhenti berlari, membuat barisan yang berada di belakangku ikut berhenti.

Aku mendengus pelan, "Buset kejam amat tu guru, perasaan kita udah lama lari dah," Ucapku pada Nara lalu melanjutkan lariku. Memang sedari tadi aku tidak menghitung, sudah berapa putaran aku mengelilingi lapang, karna terlalu sibuk berkutak denga pikiranku.

"Gak papa deh, yang penting ganteng!" Aku memutar bola mataku jengah mendengar Ucapan Nara sambil cekikikan tidak jelas.

Aku berhenti berlari ketika melihat barisan yang berada didepanku berhenti. Aku mengikuti pandagan mereka.
Beberapa siswa berjalan dikorider kelas XI IPA 2, sepertinya aku mengenal salah satu diantara mereka. Tak ingin ambil pusing aku kembali melanjutkan lariku.

"Huhu tolongin gue woy, gak kuat liat kegantengan kak Galen" Samar-samar aku mendengar ucapan Sachi. Aku mengangkat bahuku tak Acuh.

Aku melirik Dian yang berlalu mendahuluiku, "Dasar lemah!"
Aku mendengus kesal mendengar ucapan Dian yang ditujukan kepadaku. Ku percepat laju lariku ingin mendahului Dian.

Aku memelanjakan langkahku, sulit rasanya jika ingin berlari mendahului Dian yang Nota benenya adalah anggota ekskul basket. Lari mengelilingi lapangan yang luas ini sudah menjadi makanan sehari-harinya.

***

Aku berdiri dipinggir lapangan basket, melihat teman-temanku sedang asiknya melempar kesana kemari bola basket. Mata pelajaran Olahraga merupakan mata pelajaran yang paling ku benci. Aku lebih memilih mengerjakan 50 soal Matematika dibandingkan harus panas-panasan bermain basket.

"Kyra sini woy, jangan malah bengong!" Teriak Nara dari tengah lapangan.

"Gak ah!" Tolakku cepat.
Nara berjalan menghampiriku lalu menyeretku kelapangan. Ku lirik tajam Nara yang berada di sampingku sedang terkekeh.

Aku hanya berdiri tak tau harus melakukan apa.

"Masuk lagi,Haha," Aku reflex menoleh kearah Lapangan basket tempat para cowok bermain. Aku melirik Dian yang sedang memuji dirinya dengan bangga karna telah berhasil memasukan bola berkali-kali. Aku memutar bola mataku melihat aksi Dian yang sedang Narsis.

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang