Part 01

30 11 0
                                    

___

Aku berjalan memasuki kelasku. Menuju salah satu bangku yang berada tepat di samping jendela.

Aku mengedarkan pandanganku kesisi kelas, beberapa kumpulan cowok yang berbincang pojok kelas dengan asiknya, Aku melirik tajam salah satu cowok yang berapada di antara mereka.
Aku mendengus sebal, "Pagi-pagi udah liat bencana!" Yah aku menganggapnya seperti bencana, entah dosa apa yang ku lakukan di masalalu hingga aku berada dalam satu kelas dengannya.

Dia menoleh kearahku, dan tersenyum jail. Ingin rasanya aku membenturkan kepalaku kesisi tembok, berharap bisa lupa ingatan dan melupakan senyum menjengkelkan itu.

"Apa lo liat-liat!"

Aku mendengus,memutar bola mataku, "Yang punya mata kan gue kok situ yang sewot!"

"Yah jelas lah, yang lu liatin kan gue! Najis banget diliatin sama mahluk kayak lo" imbuhnya dengan songong.

Ingin rasanya aku bangun dari tempat dudukku, dan melemparkan kursi kearahnya.

"Ganti kelamin sana, gak cocok jadi cowok!" Balasku sarkas lalu berbalik kearah depan

"Diem lu!" Teriaknya kepadaku

"Lo yang diem, dian!"

"Dian Ndasmu, Nama gue Ardian Adhlino Gavin ye anjirt"

Aku memang lebih suka memanggilnya dengan sebutan dian, menurutku nama itu lebih cocok dengannya, tampang sih boleh cowok tapi kelakuannya gak beda jauh sama cewek, cocoknya jadi admin akun Lambe.

"Itukan panggilan kesayangan Vin, di sini siapa lagi yang manggil lo dian, selain Kyra" Ledek Eros yang duduk tepat disebelah Dian.

"DIEM!" teriakku kearah Eros, bersamaan dengan Dian. Apa-apaan dia main ikun-ikutan.

Teman sekelaku meledek kami "CIE-CIE! PACARAN AJA SIH!"

Aku mendengus sebal, "Enak aja, Gue udah punya suami yah di korea, lagi nyari nafkah buat istrinya"

"HALU!" Teriak teman-teman kelas kearahku.
Aku hanya terkekeh melihat kekompakan teman-temanku.

Hal seperti ini sudah biasa terjadi di kelas ku. Adu bacot dengan Dian dan berakhir jadi objek ledekan teman-temanku.

Aku melirik Nara yang duduk di samping mejaku. "Ra gurunya kok belum dateng?"

"Gk masuk kali" Jawabnya, lalu kembali fokus, ke ponselnya

Aku menidurkan kepalaku ke atas meja, sambil menunggu Guru Mata pelajaran datang. Rasanya sangan membosankan,biasanya jika seperti ini aku akan mencari info tentang idolku. kenapa juga aku bisa lupa membawa ponsel.

"Kyra.. kyra" Nara memanggilku dengan heboh

"Apa sih"

Nara mengoyangkan lenganku, Ck mengganggu saja "Liat nih"

"Ogah"

"Gue dapet info baru nih"

Aku memperbaiki posisi dudukku, lalu menatap kearahnya "Gk pengen denger."

"Eh tau gak, kak Galen berangkat bareng sama cewek."

Siapa pula yang namanya Galen itu, gak penting.

"Galen siapa? Kayak pernah denger" Jawabku asal.

Nara berdecak sebal "Ck masa Kak galen, lu gk tau kita udah mau satu semester loh disini."

"Gak tau dan gak pengen tau" Aku lalu kembali menidurkan kepalaku.

"Males lah cerita sama lu."

Aku terkekeh melihat Nara cemberut, "Bodo."

***

Jam Mata pelajaran pertama sampai ke empat diisi dengan jam kosong.

"Ngantin Yuk sha" Ajak Nara kepadaku

Aku memutar bola mataku kesal "Jangan singkat nama gue, panggil gue Queen oke"

Aku paling tidak suka jika seseorang memanggilku dengan sebutan "Shaa" bukan tanpa alasan sih, orang tuaku memberiku nama "Kyra Queensha" kenapa tidak memanggil ku Queen saja.

"Lo aja manggil Gavin, dian" imbuh Nara tak terima.

Masa bodo, menurutku nama itu sesuai dengannya. Aku berjalan keluar kelas meninggalkan Nara yang tak berhenti mengoceh.

"Tungguin Woy!" Teriak Nara.

Aku dan Nara berjalan melewati korider kelas menuju kantin. Aku melirik kelapangan Basket yang berada dekat dengan gedung kelas sepuluh. Ada beberapa siswa yang bermain basket, dari tempatku berdiri aku bisa melihat Dian yang memasukkan bola kekeranjang. Beberapa siswi yang berada di pinggir lapangan memekik heboh melihat aksi Dian.

Dasar Tukang cari perhatiaan. Aku mendengus melihat siswi-siswi itu, mereka belum tau saja Dian itu kayak apa.

"Cie liatin apa tuh" Nara menyenggol bahuku, sambil ketawa gak jelas.

Aku menatap Nara tajam, lalu berjalan meninggalkannya.

***


DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang