Part 09

36 5 2
                                    

"Di rumah Kyra aja," saran Nara pada mereka.

Aku yang mendengar namaku disebut melirik pada Nara, "Kok di rumah gue sih."

Kami sedang duduk melingkar mendiskusikan mengenai tugas dari Bu Eni yang menyuruh kami untuk melakukan penelitian sosial. Aku masih kesal, pasalnya kenapa pula Dian berada dalam kelompok kami.

Bu Eni menyuruh kami membentuk kelompok kecil yang terdiri dari empat orang aku menunjuk Nara tentu saja. Lalu Nara mengajak Eden dan Eden mengajak Dian masuk ke kelompok kami.

"Di rumanya Eden aja," usulku memberi pendapat.

Eden menatapku kesal, Nara yang mendengar ucapanku ikut terkekeh.

Nara menepuk bahuku pelan, "Gila lo yah nama orang keren lo panggil Eden."

Aku mengangkat bahuku pelan, Namanya Aiden William Abhivandya tapi kupanggil Eden wajar saja jika dia mersa kesal.

"Kayak lo gak tau Kyra gimana aja," Dian ikut menimpali ucapan Nara.

"Di rumah lo ae," tunjukku kearah Dian

"Emang lo tau rumah gue dimana?"

Aku bertopang dagu memerhatikan Dian, "Enggak, tinggal lo jemput kelar."

"Ehemm," Eden pura-pura terbatuk mendengar ucapanku sedangkan Nara hanya geleng-geleng kepala.

Aku berdiri dari kursi lalu mengambil tasku.
"Mau kemana lo?" Tanya Eden padaku.

"Yah pulanglah, ngeri tau sekolah udah sepi," ucapku bercanda lalu keluar dari kelas.

"Kita kerjainnya dimana?" Pertanyaan Eden menghentikan langkahku.

"Chat aja jadinya dimana."
Aku melanjutkan langkahku, baru beberapa langkah teriakan Nara sudah terdengar menyuruhku menunggunya.

Nara keluar dari kelas dan berlari kecil kearahku. Sekolah sudah cukup sepi hanya ada beberapa siswa yang tinggal untuk ekskul.

"Gak mau nebeng?" Tawar Nara padaku.

"Gak usah, gih sana supir lo nunggu."

"Beneran nih?"
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Nara.

Aku berjalan ke halte bis, cukup sepi. Ku lirik jam dipergelangan tanganku pantas saja sepertinya acara berdiskusi kami yang hanya diisi dengan candaan terlalu lama.

Ku edarkan pandanganku sepertinya bisnya memang sudah berangkat.

Motor sport hitam berhenti didepanku, aku melirik kesamping kanan dan kiri cuman aku sendiri. Dia membuka helmnya menghadap kearahku.

"Mau ikut gak?"

"Enggak," ucapku singkat.

"Yaudah," dia memakai helmnya kembali lalu melajukan motornya.

Aku tercengang melihat aksi Dian memang tak iklas jika mengajak.

Aku duduk dikursi halte sembari menunggu, aku merutuki diriku kenapa juga aku menolak ajakan Nara.

Aku merogoh ponselku berniat untuk memesan ojek online saja. Aku mendongak mendengar ada motor yang berhenti didepanku. Aku mengerit semakin bingung dengan tingkah Dian, bukannya tadi dia sudah pergi.

Dia turun dari motornya dan menyodorkanku helm padaku.

"Tadi gue cari helm."

"Gak nanya," Jawabku enteng.

Ku lirik Dian berdecak kesal lalu meletakkan helm tersebut disampingku.

Aku menyimpan ponselku pada saku seragamku. Ku ambil helm tersebut lalu kuperhatikan lekat-lekat.

"Baru yah?" Tanyaku pada Dian yang sudah berada dimotornya.

"Enggak, gue ambil dari parkiran supermarket tadi," Jawabnya asal.

Aku tersenyum mendengar ucapan Dian, Ada-ada saja. Aku berdehem mentralkan ekspresiku.

***

Aku dan Nara memasuki salah satu Café tempat kami untuk mengejakan tugas. Kami memutuskan untuk mengerjakan di Café saja berhubung tidak ada di anatar kami yang ingin mengerjakan tugas dirumah.

Ku edarkan pandanganku mencari keberadaan mereka. Lalu kutarik tangan Nara menuju meja yang diduduki oleh Dian dan Eden.

Aku mengeluarkan laptop dari tas ranselku.

"Buset buru-buru banget Ra, pesen dulu kali,"

"Kita mau kerjain tugas bukan hang out jadi serius."

"Oke,"ucap mereka serempak.

"Jadi masalah apa yang bakal teliti?" Tanya ku pada mereka.

"Angka kelahiran dan kematian," ucap Eden sok serius.

Aku menggeleng tanda tak menyetujui pendapatnya, tidak mungkinkan kami meneliti ketiap-taip daerah.

"Yang lain?" Tanyaku meminta pendapat. Mereka mengangkat bahu tak tahu.

Aku bertopang dagu sambil mengetuk-ngetuk bibirku mencari ide.

"Lo kayak minta dicium deh Ra,"
Kulemparkan buku pada Dian yang berkata asal.

"Gimana kalau Minat Remaja terhadap karya sastra," Aku menjeda ucapanku menatap mereka yang terlihat serius mendengarkanku "Jadi kita tinggal nanya ketemen-temen via Chat juga bisa, gimana?"

Mereka mengangguk tanda menyetujui pendapatku.

____

Mampir ke work aku yg lain yuk, baca aja siapa tau suka:)
Judulnya Dream high

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang