Pengekangan

11.5K 290 13
                                    

"Umi gak ngizinin ya rara mondok".Ucap umi zahrana dengan memasang raut muka yang tegang.

Aku hanya menangis didepan seluruh keluargaku,dimana letak keadilan?mengapa mereka memperlakukan ku begitu?lirihku dalam hati.

"Yowis sudah sudah jangan diteruskan mi,rara kembalilah kekamarmu".ucap abi yang sedari tadi hanya memilih diam,beliau tak berkutat karena tak tega melihat anaknya.jika untuk kebaikan  putra putrinya beliau menyerahkan kepada umi dari anak anak dibanding dengannya.ya aku adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara,ka fatimah putri pertama yang sudah di boyong suaminya,ka rido yang tahun ini akan lulus dari universitas dimesir,dan adikku de intan yang akan memasuki kelas ulya.

Tak butuh waktu lama aku hanya mengangguk lirih untuk kembali kekamarku.semuanya serasa sunyi.tak ada letak keadilan dirumah ini.apa kabar dengan ka fatimah yang diizinkan untuk mondok?apa kabar juga dengan ka rido disana?perihal jika ada ka rido aku tidak akan dimarahi oleh umi saat ini.

Ingatan 6 tahun lalu masih terngiang dikepalaku.dimana umi memarahiku karena tidak mengizinkanku untuk mondok,lirihku.

"Mba,sebaiknya pulang ,sudah malam toh,gak baik perempuan malem malem dijalan".ucap ibu penjual nasi uduk yang akan menutup warungnya dan membuyarkan lamunanku saat ini.

"Nggeh bu,saya permisi assalamualaikum".ucapku dan pergi bergegas pulang kerumah yang jaraknya sangat jauh.

Sepanjang perjalanan ini masih mengingatkanku tentang kejadian 6 tahun yang lalu,entahlah bagaimana pikiran umi.hanya satu kata yang harus dijalankan untuk mengingat kejadian itu "ikhlas".

Tak kusadari waktu sudah menunjukan pukul 19.45 dan hujan pun turun sangat deras dikota pahlawan ini. Saat ini aku hanya harus menyebrang dan menunggu bis di halte, titahku kediriku sendiri.dan memfokuskan ku dari kejadian 6 tahun lalu.

Hujan sangat deras.penglihatanpun sangat tak menentu saat ini.ada baiknya langsung menuju tempat penyebrangan saja,dan tak mengulur waktu lama untuk kembali kerumah.ujarku memfokuskan diriku yang masih saja linglung akan kejadian 6 tahun lalu.

Tanpa kusadari ada cahaya dari sebelah kananku entah kendaraan apa itu.saat ini yang kurasakan hanya merindukan keluargaku dirumah, entah umi atau abiku menunggu ku dirumah sedari sore.saat ini aku sudah tak ingat apa-apa,hanya bayangan umi dan abi yang pergi meninggalkanku.

                      ♡☆♡
"Astagfirullah kang,astagfirullah".ucap umi dahlia dengan khawatir.dan langsung turun melawan hujan yang sangat deras.

"Gadis kang,bawa ke pesantren saja".ucap umi membopong korban tabrak yang terjadi oleh mobilnya.dan langsung masuk melawan hujan diluar.

"Cepat kang,badannya sangat dingin".titah umi dahlia dengan tegang.

"Ada apa mi?".lirih abah hanafi saat terbangun dari tidurnya  atas teriakan panik istrinya saat itu.

"Ini bah,kita menabrak gadis saat hujan deras.bawa pesantren saja.bentar lagi sampai".ucap umi sambil memperhatikan raut muka gadis yang ditabrak nya itu.

"Astagfirullah kang,hati hati kang".abah langsung tersontak dan langsung khawatir.dari raut mukanya yang sudah tercipta keriputan di muka paniknya.

"Nggeh bah,sudah di gerbang pondok".ujar kang mahsyur masih dalam paniknya.

"Kang titip abah,umi langsung rawat beliau di kamar ning nabila".ucap umi seraya turun dari mobil tersebut.dan meninggalkan abah yang sudah dibantu turun oleh kang mahsyur saat itu.

                       ♡☆♡
"assalamualaikum".ucap umi memasuki rumah tersebut dan mendapati seluruh keluarganya terdapat dalam ruangan keluarga khusus ndalem.dan merekapun terkejut saat umi membopong gadis dengan basah kuyup dan darah mengalir di kepalanya.

Takdir cinta dipesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang