Prilly's POV
Aku sedang duduk menunggu seseorang di sebuah kafe. Otakku tidak bisa berhenti memikirkan Ali. Mengapa ia sangat marah padaku? Bukankah ia sangat mencintaiku. Lalu dengan mudahnya ia membenciku. Itu tidak mungkin. Ali pasti masih mencintaiku. Mungkin ia hanya kecewa. Aku harus berusaha mendapatkan hatinya kembali, tapi bagaimana dengan kekasihnya? Aku tidak mungkin menjadi jahat.
"Maaf, kamu pasti sudah menunggu lama ya?" tanya seseorang yang kutahu bernama Ara.
"Gppa. Lu mau bicara apa sama gua?" ucapku tanpa basa-basi.
"Santai Pril. Mungkin apa yang kamu dengar nanti, tidak akan membuatmu percaya padaku. Aku mau kamu berusaha untuk mendapatkan Ali kembali"
Perkataannya membuatku tercengang. Dia ini waras? Atau mungkin ia punya tujuan lain? Tapi apapun itu tidak seharusnya ia membiarkan aku untuk mendekati Ali kembali.
"Terserah kamu mau berpikir apa tentang aku. Aku hanya ingin Ali benar-benar mengikhlaskanmu."
"Bagaimana kalau Ali kembali ke gua?"
"Aku akan belajar melepaskan Ali"
"Semudah itukah?"
"Tidak mudah melepaskan orang yang kita cintai. Namun jika orang itu lebih mencintai orang lain dan bahagia dengannya, lalu kita bisa apa?"
"Kalau gua jadi Lu, gua ga akan pernah melepas Ali!"
"No, kamu tidak akan pernah menjadi aku. Ali memang mengatakan kalau ia menyayangiku, tapi aku tahu pasti masih ada kamu di hatinya."
Di matanya, aku melihat cinta yang begitu tulus. Aku mengiyakan permintaannya. Aku tahu itu egois. Tidak seharusnya aku merebut Ali darinya. Aku mencintai Ali dan aku rasa Ali pun masih mencintaiku. Ara maafkan aku jika nantinya Ali memilihku.
Setelah dari kafe, aku langsung pulang. Aku menyusuri jalan dengan langkah berat. Pikiranku entah kemana. Aku mendengar banyak suara motor dan mobil bersahut-sahutan.
"Neng sendiri aja. Abang temenin ya!"
Aku terus berjalan mengabaikan suara itu. Sesaat kemudian langkahku terhenti. Ia memegang dan menarik tanganku. Mereka berusaha membawaku. Dan aku berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga. Tidak berhasil. Aku berteriak meminta tolong berharap ada orang baik yang mendengarnya.
Orang baik itu datang menolongku. Ia berkelahi melawan mereka. Sampai akhirnya ia menang.
"Lu gppa Pril?"
Tuhan apa kau menginginkan hal yang sama denganku? Aku ingin Ali kembali bersamaku. Dan sekarang kau hadirkan ia untuk menolongku. Terimakasih Tuhan.
"Aku gppa, tapi kamu yang kenapa-kenapa. Biar aku obati lukamu!"
"Ga perlu"
Ali ingin pergi. Aku mencegat tangannya. Aku terus berkata untuk mengobatinya. Hingga akhirnya Ali pun menyerah dan menuruti mauku.
Di sebuah Warung di pinggir jalan kami berdua duduk bersama. Ali meringis kesakitan, saat aku membersihkan lukanya dengan alkohol. Tanpa sengaja ia memegang tanganku. Aku yang terkejut, menatapnya dalam diam. Menatap wajahnya sedekat ini, membuat rinduku sedikit terobati. Bohong kalau Ali tidak merindukanku, ia bahkan terus menatapku tanpa berkedip.
Ali mengalihkan pandangannya, saat tersadar menatapku cukup lama. Dulu, saat menatap matanya aku menemukan cinta yang begitu besar. Sekarang bukan hanya ada cinta di matanya, tetapi ada hal lain dan aku tidak tahu itu.
"Sudah selesai bukan?" Ali berdiri hendak pergi.
Aku hanya menjawabnya dengan tatapan mata yang sendu.
"Gua harus pergi. Lu bisa pulang sendiri bukan, ga perlu gua antar."
Aku menghela nafas. Hatiku sakit mendengarnya berkata seperti itu. Dulu bahkan ia tidak membiarkanku pulang sendiri. Kamu berubah Li.
"Terimakasih kamu sudah menolongku"
Ali tidak menatapku sama sekali. Ia hanya melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena ucapan terimakasihku.
#####
Please vote and comment cerita ini
Dan jangan lupa follow me
See you next chapter
Salam Alpril ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}
General Fiction" Lo pasti malu kan, punya cewek lumpuh kaya gw " ucap Prilly yang membuat Ali menempatkan jari telunjuknya di depan bibir Prilly untuk membuatnya diam, tapi bukannya diam Prilly makin menjadi-jadi. " Li, gw minta sekarang Lo pergi dari sini, tingga...