chapter 11

265 15 1
                                    

Author's POV

Setelah 2 Minggu mengurung diri di rumah, Prilly terpaksa keluar rumah. Sepupunya yang menyebalkan itu meminta untuk mengantarkan gitarnya ke rumah temannya.

"Ni gitar Lo!" ucap Prilly memberikan gitarnya dengan kasar.

"Thanks ya. Lo emang sepupu gue yang the best." ucap Doni sepupu Prilly.

Tidak mau berlama-lama, Prilly langsung mengendarai mobilnya kembali ke rumah.

Di perjalanan Prilly tidak sengaja melihat Ara memasuki sebuah gedung. Ara terlihat panik dan tergesa-gesa. Karena penasaran Prilly mengikuti Ara.

Prilly sudah berada di dalam sebuah gedung. Ia merasa heran karena keadaan ruangan yang gelap sekali. Bahkan ia tidak bisa melihat di mana Ara.

Sesaat kemudian Prilly mendengar suara "Surprise" lalu lampu ruangan kembali menyala.

Prilly baru menyadari banyak orang di sekitarnya. Karena takut posisinya terlihat Prilly memilih bersembunyi di belakang meja.

Keadaan yang semula gelap gulita menjadi terang benderang dan banyak pernak pernik pesta.

Prilly tidak hanya melihat Ara tapi ia juga melihat Ali di sampingnya.

"Selamat ulang tahun sayang" Ali membawa kue di tangannya.

"Kamu yang menyiapkan ini semua?" yang ditanya hanya mengangguk mengiyakan.

"Kamu tiup dulu lilinnya, dan jangan lupa make a wish" Ara langsung menurut.

Prilly mendengar sorak kegembiraan dari semuanya.

"Happy Birthday Ara"
"Selamat ulang tahun sahabat gue"
"Sorry ya Ara gue lupa ngasih kado, hehe"

Prilly tidak peduli dengan ucapan selamat ulang tahun dari banyaknya teman Ara. Hanya satu yang ia pedulikan.

Ali memeluk Ara dan mencium keningnya. "Semoga kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya"

"Aamiin" ucap Ara tersenyum menatap Ali.

Prilly menyaksikan kebahagiaan di depan matanya. Kebahagiaan laki-laki yang dicintainya bersama dengan wanita lain.

Sepintas sebuah memori teringat olehnya. Memori saat Ali menghampirinya di malam ia berulang tahun ke-17.

"Happy sweet seventeen Pril" Ali memberikan setangkai bunga mawar pada Prilly.

"Terimakasih Li" Prilly mengambil bunganya dari tangan Ali.

"Maaf ya, aku belum bisa memberikan kejutan yang istimewa untuk kamu."

"Kamu mengingat ulang tahunku saja, aku sudah senang" Prilly tersenyum menatap Ali.

"Oh ya, kamu mau hadiah apa dari aku?"

"Aku mau kamu menghitung jumlah bintang di langit sekarang!"

"Serius Pril, aku ga bisa. Kamu minta hadiahnya yang wajar saja."

Prilly tertawa mendengar Ali, padahal kan ia hanya bercanda. Tapi Ali menanggapi serius.

"Aku ga butuh apa-apa Li" bukannya menjawab Ali malah mendekap Prilly ke dalam pelukannya.

Untuk pertama kalinya Prilly merasakan hangatnya pelukan Ali. Dan untuk pertama kalinya Ali mencium keningnya.

Itu merupakan kejutan terindah yang ia rasakan pada ulang tahunnya.

Prilly merasa sesak mengingatnya dan membandingkan dengan kenyataan di depan matanya. Prilly bahkan sempat berpikir bahwa selama 2 Minggu ini bukan ia yang satu-satunya menderita. Namun, sekali lagi pikirannya salah.

Prilly tidak ingin membuat hatinya yang sudah hancur semakin hancur. Kini ia  berusaha menahan air matanya yang sudah ingin tumpah dan segera berlari menuju mobilnya.

***

Prilly memberhentikan mobilnya di depan Taman karena baginya tempat yang paling tepat untuk menjernihkan pikiran. Melihat pohon dan bunga-bunga membuat hatinya lebih tenang. Apalagi ia sangat senang melihat anak-anak yang sedang bermain di hadapannya ini.

Prilly duduk di kursi taman. Air mata yang ditahan sejak tadi, kini jatuh begitu saja. Prilly terisak, ia tahu menangis tidak akan memperbaiki masalah tapi setidaknya ia merasa lebih lega.

Seorang anak kecil menghampiri Prilly dan memberikan kertas yang bertuliskan sesuatu.

Jangan menangis aku tidak suka melihatnya.

Prilly celingak-celinguk siapa yang memberikan kertas ini. Anak kecil itu langsung pergi setelah memberikan kertasnya.

Tiba-tiba saja ia melihat sapu tangan di depan matanya. Prilly menoleh ingin tahu siapa yang ingin memberikannya.

"Farel" yang disebut namanya hanya tersenyum ke arah Prilly.

#####

See you next chapter

Salam Alpril

BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang