Author's POV
Farel melambaikan tangan pada seorang anak kecil yang sedang bermain bola.
"De, kamu tolong kasih kertas ini ke Kaka yang lagi duduk di sana ya." ucap Farel sambil menunjuk tempat Prilly duduk.
Jangan menangis aku tidak suka melihatnya.
Prilly celingak-celinguk siapa yang memberikan kertas ini. Anak kecil itu langsung pergi setelah memberikan kertasnya.
Farel yang melihat Prilly kebingungan memutuskan untuk menghampirinya.
Tiba-tiba saja Prilly menyadari ada sapu tangan di depan matanya. Prilly menoleh ingin tahu siapa yang ingin memberikannya.
"Farel" yang disebut namanya hanya tersenyum ke arah Prilly.
Farel duduk di samping Prilly. Mencoba mencari tahu yang terjadi dengan sahabatnya itu.
"Kamu apa kabar Pril? Sejak lulus SMA baru sekarang kita bertemu lagi"
"Aku baik-baik saja. Kamu bagaimana kabarnya?"
"Bagaimana bisa kamu bilang baik-baik saja, sedang baru saja aku melihat kamu menangis."
Farel meninggalkan Prilly sejenak. Lalu ia kembali dengan membawa banyak balon dan 2 es krim.
Prilly merasa heran saat melihat apa yang di bawa Farel. Sahabatnya Farel selalu tahu apa yang Prilly rasakan.
Farel kembali duduk di samping Prilly. Ia meminta Prilly menulis masalahnya pada selembar kertas.
Farel mengaitkan kertas itu pada balon yang ia bawa. Kemudian ia menyuruh Prilly menerbangkan balonnya.
"Aku memang tidak tahu masalah kamu. Tapi yang aku tahu sebesar apapun masalahmu cepat atau lambat pasti akan pergi. Balon yang kamu lepaskan tadi, akan hilang dengan angin begitu pun masalahmu akan hilang dengan kebahagiaan." ucap Farel pada Prilly.
Setelah itu, Farel meminta Prilly memakan es krimnya.
Prilly merasa beruntung bisa bertemu Farel di sini. Walaupun kehadiran Farel tidak bisa menghilangkan rasa sakitnya tapi Farel bisa menghilangkan beban di hatinya.
"Kalau es krim apa hubungannya sama masalahku?" tanya Prilly.
"Ga ada sih hehe. Aku tahu kamu suka es krim jadi aku belikan"
"Terimakasih Rel, kamu sudah menghiburku."
"Terimakasih doang, ni?" tanya Farel menyeringai.
"Kamu mau aku traktir apa?" ucap Prilly sambil sesekali menjilat es krimnya.
"Aku ga mau ditraktir. Oh ya hubungan kamu sama Ali bagaimana?"
Deg. Baru saja Prilly sejenak melupakan rasa sakit hatinya, kini ia kembali mengingatnya.
"Sudah putus"
"Kenapa? padahal aku lihat kalian waktu SMA cocok banget"
"Namanya juga kehidupan Rel. Kalau kamu bagaimana sama Rania?" Rania merupakan pacar Farel saat SMA.
"Dia sudah meninggalkan aku untuk selamanya"
"Kenapa?"
"Setahun yang lalu ia meninggal karena kecelakaan motor"
"Maaf Rel aku tidak tahu"
Kejadian ini sama persis jika Prilly tidak memalsukan kematiannya.
"Kamu masih lama di sini?" tanya Farel penasaran.
Prilly yang ditanya menggeleng cepat, dan menjawab kalau ia ingin segera pulang. Lagi pula es krim di tangannya sudah habis ia makan.
"Yaudah aku antar kamu pulang, biar aku tahu rumah kamu."
"Tapi aku bawa mobil"
Farel tetap kekeh ingin mengantar Prilly pulang. Akhirnya ia mendapatkan persetujuan dari Prilly untuk mengikuti mobilnya.
Setelah sampai di depan rumah Prilly. Farel keluar dari mobilnya.
"Pril, Aku mau kamu nemenin aku ke acara sahabatku."
"Acara apa?"
"Acara ulang tahun"
"Sahabat kamu cewek atau cowok?"
"Cewek" Prilly mengangguk mengiyakan.
Walau bagaimanapun Prilly tidak enak jika menolaknya.
***
Sekarang jam 8 malam. Sesuai janjinya Farel sudah berada di depan rumah Prilly untuk menjemputnya.
"Aku sudah siap, Ayo rel!" Prilly berniat memasuki mobil Farel.
"Prilly kamu cantik" perkataan Farel membuat rona merah di pipi Prilly.
Di mobil, Farel yang memakaikan seat belt pada Prilly.
"Terimakasih" Farel hanya tersenyum membalasnya.
"Aku yang terimakasih kamu mau nemenin aku"
"Apa sih yang enggak buat sahabat aku" ucap Prilly.
Prilly mulai merasa ada yang ganjal. Jalan ini, jalan yang sama yang mengarah ke gedung yang sempat ia kunjungi tadi.
#####
See you next chapter
Salam Alpril ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}
Ficção Geral" Lo pasti malu kan, punya cewek lumpuh kaya gw " ucap Prilly yang membuat Ali menempatkan jari telunjuknya di depan bibir Prilly untuk membuatnya diam, tapi bukannya diam Prilly makin menjadi-jadi. " Li, gw minta sekarang Lo pergi dari sini, tingga...