chapter 14

287 16 2
                                    

Prilly's POV

"Pril maaf, aku tidak seharusnya membawamu ke sini." ucap Farel menyesal.

"Kamu ga salah Farel, kamu tidak mengetahui hubungan Ara dengan Ali."

Aku tidak menangis. Karena aku sudah lelah menangis. Menangisi laki-laki yang bahkan menatap wajahku sekarang ia enggan.

"Yaudah, sekarang aku antar kamu pulang!" Aku mengangguk mengiyakan.

Mobil Farel berhenti tepat di depan rumahku. Kemudian Farel membukakan pintu untukku.

"Good night Pril. Sekali lagi aku minta maaf." Farel berjalan ke arah mobilnya dan perlahan meninggalkan rumah ku.

***

Mungkin Aku benar-benar harus mengikhlaskan Ali. Tapi mengikhlaskan Ali tidak semudah merobek kertas.

"Pril, thanks ya. Kamu sudah mau menemani aku fitting baju." ucap Ara.

Aku berada di sebuah butik terkenal di Jakarta. Ara memintaku menemaninya fitting baju untuk pernikahannya dengan Ali.

Kalau kalian menganggap aku bodoh. Kalian salah.

Aku di sini, karena aku ingin membicarakan hal penting. Hal penting yang akan mengakhiri hubunganku dengan Ali.

Dari tadi Ara sibuk sekali memilih gaun. Ia berjalan mundar mandir kesana kemari.

"Pril yang ini bagus tidak?" tanyanya.

"Bagus"

Aku hanya mengatakan bagus pada setiap gaun yang ia tunjukkan. Aku melihat Ara sedikit kesal dengan respon ku.

"Sorry, aku lama." ucap Ali datang menghampiri Ara.

Aku sangat ingin berbicara dengan Ali.

"Ali Aku ing-" belum sempat aku berbicara Ara sudah memotongnya.

"Li, jas ini sepertinya cocok sama kamu. Kamu suka tidak?"

"Setiap pilihan kamu, aku pasti suka." ucap Ali.

Ara kemudian kembali berkutat dengan gaun pengantinnya. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berbicara dengan Ali.

"Aku ingin kita bicara" ucapku.

"Bicara apa lagi sih Pril. Kalau bukan karena Ara aku sudah mengusirmu dari sini." ucap Ali kasar.

"Aku akan mengikhlaskan kamu bersama Ara"

"Memang itu seharusnya"

"Asal kamu mau turutin mau ku"

"Apa?"

"Aku mau kita dinner romantis malam ini. Dan setelah itu aku akan pergi dan membiarkan kamu hidup bahagia dengan Ara."

"Gua ga ma-" belum sempat Ali menolak, Ara sudah memotongnya.

"Ali setuju. Dia akan dinner malam ini sama kamu."

"Kamu apa-apaan sih Ara" ucap Ali tidak terima.

Ku lihat Ara menarik tangan Ali membawanya menjauh dariku.

Aku tidak percaya Ara akan mengizinkanku dinner dengan Ali. Kukira ia akan marah padaku.

Dinner ini adalah kesempatan terakhir untukku. Kalau memang Ali tidak berubah pikiran setelah dinner ini, maka aku akan benar-benar mengikhlaskannya.

Setidaknya hubunganku sama Ali berakhir dengan baik. Tidak seperti yang lalu, Ali memakiku habis-habisan di tempat umum.

Ali's POV

"Kenapa kamu malah menyuruhku dinner dengan Prilly?" tanyaku heran pada Ara.

"Ali, aku ingin kalian berdamai. Aku ga mau melihat kamu yang selalu bersikap kasar dengan Prilly. Aku kasihan sama Prilly, Li." ucap Ara.

"Oke, aku akan dinner sama dia. Tapi kamu ingat ini demi kamu. Bukan karena aku ingin."

"Aku percaya sama kamu. Kamu sudah memilih aku menjadi teman hidupmu. Dan aku yakin kamu tidak akan mengecewakanku." tapi aku yang tidak yakin Ara.

Aku tidak ingin kembali dengannya, tapi hatiku menginginkannya. Bersama dengan Prilly membuatku lemah.

Aku bahkan tidak bisa memastikan setelah dinner ini, kita akan tetap bersama. Sungguh aku tidak ingin mengecewakanmu Ara.

Setelah kami berbicara berdua. Ara mengajakku ke tempat tadi. Menemui Prilly yang sedang duduk menunggu kami.

"Gue mau dinner sama Lo" ucapku pada Prilly.

"Ada syaratnya. Kamu harus bersikap seperti Ali yang aku kenal dulu."

"Apaan sih. Lo yang ngajak dinner, Lo juga yang ngasih syarat."

Aku ingin sekali menolaknya. Tapi Ara memberikan isyarat untuk menuruti apa maunya Prilly.

"Oke" jawabku pasrah.

"Nanti malam jam 8, aku mau kamu jemput aku, di rumahku" aku hanya mengangguk mengiyakan.

#####

See you next chapter

Salam Alpril

BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang