chapter 7

259 18 2
                                    

Ali's POV

Hari ini aku sedang berada di tempat Gym. Aku memutuskan untuk menyibukkan diri dengan berolahraga. Aku sudah penat memikirkan Prilly yang tiba-tiba kembali. Jujur aku masih menyimpan rasa untuknya. Namun kembali bersama dengannya tidak akan pernah terjadi.

Dua hari ini aku sudah lost contact dengan Ara. Ara mungkin menghindar dariku dan berpikir aku akan meninggalkannya. Padahal aku tidak pernah berpikir untuk memutuskan hubungan kami.

Keringat membasahi seluruh tubuhku. Aku mulai meneguk air dari botol minum di hadapanku.  Sudah satu jam aku memainkan alat-alat di Gym ini.

Samar-samar aku melihat seseorang yang aku kenal. Ia tampak sedang kelelahan. Kakiku tergerak untuk mendekatinya. Aku menyodorkan air mineral di hadapannya. Dia terlihat terkejut melihatku.

"Terima kasih" ia tersenyum memandangku.

Hanya Prilly yang memiliki senyum seindah itu. Ingin sekali aku memeluknya dan menumpahkan semua rasa rinduku.

Prilly terlihat bingung melihatku duduk di sampingnya.

"Lo sengaja ngikutin gua?"

"Sengaja atau kebetulan kamu tetap tidak suka aku di sini-"

Prilly menghela nafas. Terlihat bulir air mata jatuh di pipinya. Aku lemah sekali melihatnya menangis.

"Aku minta maaf sama kamu Li. Apa kamu tidak bisa memberikan aku kesempatan kedua? Setiap manusia itu punya salah dan berhak mendapatkan kesempatan kedua termasuk Aku."

"Aku sudah memaafkanmu. Karena hanya dengan itu aku bisa mengikhlaskan semuanya. Kesalahanmu bukan kesalahan kecil yang dengan mudahnya ada kesempatan kedua untuk memperbaikinya."

Hatiku sakit melihatnya menangis. Aku peluk erat tubuhnya. Berharap ia mengehentikan tangisnya.

Waktu memang cepat sekali berubah. Dua tahun yang lalu kami ke sini sebagai sepasang kekasih, tetapi hari ini kami hanyalah dua orang yang hanya memikirkan ego masing-masing.

Ini bukan tentang memperbaiki kesalahan pada kesempatan kedua tapi tentang bagaimana menyembuhkan luka akibat menyia-nyiakan kesempatan pertama.

Kami berjalan beriringan menuju pintu keluar. Prilly terlihat tidak membawa kendaraan. Dan Aku teringat akan orang-orang yang mengganggunya waktu itu.

"Biar aku antar kamu pulang!"

Prilly menolak tawaranku. Ia merasa aku tidak perlu repot mengantarnya karena sekarang aku bukan siapa-siapanya.

Dan di sinilah kami. Berada dalam satu mobil dengan kecanggungan. Tidak ada canda tawa seperti dulu yang ada hanyalah keheningan.

Aku kembali teringat memori itu. Saat aku dan Prilly kecelakaan. Kecelakaan yang mengubah duniaku dan dunianya.

Aku mendengar sesuatu. Bunyi khas orang yang belum makan. Prilly tampak biasa saja. Padahal ia mempunyai penyakit maag.

Aku memberhentikan mobil tepat di depan sebuah Kafe.

"Ngapain berhenti di sini?" tanyanya terlihat heran.

"Makan" jawabku ketus.

"Kamu mau makan?"

"Bukan aku tapi kamu"

"Tapi Li-" belum sempat ia memberikan alasan, aku sudah menariknya masuk ke dalam kafe.

"Dari dulu kamu belum pernah berubah. Suka banget makan telat padahal punya maag" aku memarahinya seperti anak kecil yang tidak mau makan.

Prilly tersenyum melihat wajahku yang panik karena dirinya belum makan.
Tidak ingin berlama-lama, langsung saja aku pesankan makanan untuknya. Tidak perlu bertanya mau makan apa? Karena makanan favorit Prilly masih tersimpan kuat dalam ingatanku.

Saat makanan sudah dihidangkan, Prilly masih berkutat dengan handphonenya.

"Pril, makan!" aku menatapnya sinis.

"Aku tidak mau makan Li" Prilly terlihat sedang menguji kesabaranku.

Tidak ingin lama berdebat, aku langsung saja menyuapinya. Karena memang ini yang ia inginkan. Kalau bukan demi kesehatannya aku tidak akan menyuapinya.
Hal ini tidak baik untuk hatiku. Hatiku sangat menginginkan kebersamaan ini, tetapi aku tidak. Jadi, aku harus berusaha sebisa mungkin mengendalikan perasaanku.

#####

Please vote and comment cerita ini

Dan jangan lupa follow me

See you next chapter

Salam Alpril

BAM (Betapa Aku Menyesal) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang