delapan

1.2K 189 0
                                    

"Aww sakit! "

Wonyoung meringis, ia mengusap-usap lututnya yang sedikit luka. Padahal ia sudah berjalan dengan hati-hati, tapi seseorang malah menabraknya dengan kencang.

"Maaf, gue enggak sengaja. " kata orang tersebut dan mengulurkan tanganya. "Eh, Wonyoung. "

Ucapannya berhasil membuat Wonyoung mendongak, sekarang ia tahu dalang dari insiden yang menimpanya itu.

"Heh! " bentak Wonyoung. Ia berdiri dengan susah payah dan melontarkan tatapan tajam pada lelaki tidak sopan dihadapannya ini.

"Lo kalau mau modus jangan keterlaluan, lihat lutut gue jadi luka kayak gini. "

"Ya maaf, " Lelaki itu, Jisung. Park Jisung, ia menoleh ke sekeliling. Untung nya tidak ada yang mengejarnya lagi.

"Lagian ngapain sih dikomplek rumah gue, ah iya. Gue paham, " Wonyoung berseringai dan mulai mendekati Jisung menatap lelaki itu lebih dekat. "Lo mau pedekate sama gue kan? "

"Hah? "

Jisung mendelik lalu tertawa meledek mendengar penuturan Wonyoung. "Pede banget sih jadi cewek, lagian ngapain gue modus sama lo. Enggak ada kerjaan, gue mau ketemu Chenle. Puas, "

"Ihh, bilang aja mau deket-deket sama sepupunya. " kata Wonyoung masih tidak percaya, sebenarnya ia ingin sedikit menyembunyikan rasa malunya.

"Lu juga, ngapain malem-malem masih disini. Mana jalanan nya sepi, "

"Terserah gue lah, lagian gara-gara lo martabak gue jatoh tuh. Itu pesenan Chenle padahal, "

Jisung mengangguk lalu ia malah berjalan bersebrangan dengan rumah Chenle.

"Mau kemana woy! " teriak Wonyoung dan mencoba mengikuti Jisung. "Lu lupa rumah Chenle atau gimana? "

Langkah Jisung terhenti, ia terdiam menatap Wonyoung yang kebingungan sembari menahan sakit dilututnya.

"Ikut gue, gue obatin kaki lo dulu. Terus nanti beli nasi goreng, lagi pengen nasi goreng nih gue. "



"Jaemin! "

"Woy apa? " sahut Jaemin, dia masih seru nge game sama Jeno. Berbeda hal sama Renjun yang udah pindah alih profesi.

"Gue enggak ada temen nge game nih, mana dah si Jisung. " Renjun makanin kacang dan mantengin Jaemin sama Jeno dari tadi.

Chenle turun terus nengok kanan kiri.

"Ngeliat Wonyoung ga cuk, gue suruh dia beli makanan tapi lama amat. " kata Chenle.

Jaemin geleng-geleng.

"Lah, si Wony mau kesini? Enak dong ada cewek, hehe. " timpal Jeno yang semuringah denger bakalan ada tamu lain.

"Ah lu mah, emangnya dia mau sama lo. " Renjun ngusap muka Jeno pake tangannya yang bekas remahan kacang.

Jeno cuman bisa nepis, dia masih harus fokus ngalahin Jaemin.

"Besok ngegim kuy, udah lama gue enggak olahraga. " ajak Jeno.

Renjun sama Chenle setuju setuju aja, tapi berbeda sama Jaemin. Kayaknya dia punya acara dia sendiri besok.

"Lu ikut gak? " tanya Jeno nyenggol lengan kiri Jaemin.

"Ish profesonal dong lo, lagi main juga. "

"Aehhh, "


Jisung membersihkan luka Wonyoung dengan hati-hati, ia tahu ini rasanya sedikit perih. Bahkan terlihat jika Wonyoung tengah menahan sakit dengan menggigit bibir bawahnya.

"Udah selesai, bisa plester sendiri kan. " kata Jisung dan duduk disamping Wonyoung yang masih harus memasangkan plester.

"Makasih, " Wonyoung mendongak, menunggu ucapan penyesalan dari Jisung. Tapi Jisung malah melihatnya heran. "Lo enggak merasa bersalah setelah bikin lutut gue kayak gini? "

"Eh, kan. Tadi udah minta maaf, " kata Jisung agak panik. "Pas tadi gue nabrak kan udah, "

Wonyoung membuang nafas kasar, ia menyilangkan tangannya didepan dada. Wajahnya berubah kesal.

"Makanya lain kali hati-hati, sakit tahu. " dumel Wonyoung.

Jisung berdehem, ia bahkan terus-terusan mendapat nasehat dari Wonyoung. Tapi kenapa Jisung tadi tidak melihat apapun, sampai akhirnya ia tidak sengaja menabrak.

Biasanya jika terjadi hal-hal buruk, didalam pikirannya selalu ada tayangan aneh. Anehnya kali ini tidak ada.

"Wonyoung, "

"Hm, iya apa? " jawab Wonyoung dengan tidak santai, berusaha menjadi orang yang tersakiti. Siapa tahu Jisung akan mempedulikannya.

"Boleh pinjem tangan lo? " ucap Jisung hati-hati sembari mengulurkan tangan, menunggu agar Wonyoung membalas ulurannya.

"Tuh kan, lo mau modus! " pekik Wonyoung membuat seisi toko tersebut memperhatikan mereka.

Jisung mendatarkan bibirnya, ingin berkata kasar namun ia malah akan semakin diperhatikan.

"Sekali ini aja, " pinta Jisung dengan senyuman paksa. "Gue ngaku deh, ini sebagian dari modus. "

Padahal itu hanyalah alibi Jisung, untuk mencoba sesuatu yang sebelumnya tidak bisa Jisung lihat.

Wonyoung menghela nafas dan akhirnya menerimanya, ia membiarkan tangannya digenggam oleh Jisung. Sampai akhirnya ia dibuat terkejut oleh lelaki itu.

"Wonyoung-ya, lo hari ini makan dua porsi nasi padang? "

"Eughh..-_-, "

TBC

Pacarku Cenayang 「Jisung X Wonyoung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang