empatbelas

756 121 10
                                    

"Ini dia, " Jisung acungin memori yang ada ditangannya dengan bangga, dengan keajaiban yang tadi melintas dipikirannya akhirnya dia bisa menemukan memori tersebut.

Jaemin menghembuskan nafas lega, ia sudah lelah mencari kesana kemari.

"Jadi kita tinggal cari anak yang nama Jeongin itu kan? " Jisung mengangguk dan menyelipkan memori itu dicase ponselnya.

"Makasih udah bantu nyariin, emang temen terdebest lah. " kata Jisung sembari merangkul Jaemin yang hendak siap-siap pulang.

"Berarti gue temen favorite lo dong, " Jisung menggeleng.

"Kan semuanya favorite gue, enggak ada yang beda. "

"Kan lu mah gitu, yaudah gue balik ya. Udah keringetan pengen mandi, "

Jisung mengangguk dan berjalan menuju depan sekolah, ia sadar kalau sudah meninggalkan mama dan Wonyoung dalam waktu yang lama.

"Selesai. " kata Jisung memasuki mobil mamanya dengan riang.

"Katanya tadi sebentar, tapi lama banget mama nungguin. Kasihan tuh Wonyoung nya, "

Jisung nyengir. "Oh mama udah kenal, "

Setelah itu mereka pergi ke rumah Jisung, Wonyoung tidak biasa main ke rumah lelaki selain sepupunya Chenle. Dan dia sadar kalau seharusnya dia enggak ada ditempat ini sekarang.

"Mau belajar disini atau dikamarnya Jisung, " tanya Jihye ketika memasuki ruang tamu.

Wonyoung yang asalnya mau bilang disini saja, keduluan sama Jisung yang malah mengatakkan hal yang mengejutkan.

"Dikamar Jisung aja deh mah, " Jihye mengangguk. "Nanti mama kirim makanan ya, "

Jihye berdehem, anaknya memang suka kurang ajar. Nyuruh-nyuruh orangtua sembarangan, padahal lagi ada tamu.

Jisung mengajak Wonyoung untuk mengikutinya, kamar Jisung ada dilantai atas. Bersebelahan dengan balkon dan jendelanya melihat langsung ke jalanan komplek. Sungguh sudut yang mengasyikkan untuk bersantai dan mengusir kegabuttan.

"Duduk dulu diatas, gue mau ngambil karpet. " kata Jisung menyuruh Wonyoung untuk duduk dikursi meja belajarnya.

Jika dilihat-lihat kamarnya tidak seburuk itu, dengan pemandangan seperti ini kamar lelaki bisa dibilang rapih. Dan menarik dengan banyaknya mainan marvel di beberapa sudut kamar.

"Tuh, udah gue amparin. Gue mau ngambil meja dulu diruangan sebelah, " Wonyoung mengangguk, sepertinya mereka memang akan belajar bersama.

Jisung kembali dengan membawa meja, dan yang membuat Wonyoung agak bingung. Ditangan Jisung juga terdapat sebuah senter.

Dengan cepat Jisung menaruh meja kecil minimalis itu dan berjalan menutup jendelanya, dan tidak lupa menutup gordennya. Membuat penglihatan Wonyoung terbatas, ini cukup gelap. Menyadari warna gorden kamar Jisung adalah biru tua.

Wonyoung kaget ketika sebuah sinar menyoroti wajahnya, ternyata itu berasal dari senter yang Jisung bawa tadi.

"Gue mau introgasi lo, pokoknya lo harus jawab jujur sejujur-jujurnya. " tekan Jisung.

Wonyoung terdiam, ia sedang dalam keadaan apa ini? Kenapa ia menjadi tersudutkan seperti ini.

"Maksud lo apa sih Sung? Gue enggak ngerti, " kata Wonyoung kikuk, dia jadi susah untuk bicara.

"Udah deh, lo gak usah pura-pura bego. Muka imut lo enggak mempan buat bikin gue kasihan sama lo, " Jisung mengeluarkan ponselnya dan membalikkannya memperlihatkan memori yang baru saja ia temukan.

"Ini jaminan lo, " Wonyoung terkejut, ia masih ingat jika itu benda yang ia incar. "Kalau lo jujur gue pastiin kalau isi memori ini enggak bakalan gue sebarin, "

Wonyoung terdiam, ternyata Jisung sudah tahu bagaimana masa lalunya. Tapi dari penuturan Jisung tadi, seharusnya Wonyoung yang dia kasihani bila ia sudah melihat isi memori itu.

"Gue enggak paham maksud lo apa? "

"Pertanyaan pertama, " ucap Jisung sembari berpikir tentang pertanyataan-pertanyaan selanjutnya.

"Kenapa akhir-akhir ini lo berlaku aneh? " tanya Jisung.

Wonyoung agak memundurkan tubuhnya, dan sial ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Aneh gimana maksud lo? " tanya Wonyoung memastikan, dan ingin tahu seberapa jauh Jisung menyadari gerak-geriknya.

"Lo aneh tahu ga, tiba-tiba baik sama gue terus ngalus. Padahal lo kan asalnya nyebelin, mana pas pertama kali kenal sama gue lo nampar gue gitu aja. "

Mendengar itu Wonyoung dibuat tertawa, setidaknya ia menyembunyikan perasaan gugup.

"Kenapa emangnya? Lo baper karena gue tiba-tiba berubah? "

"Hah? Baper? Enggak salah, gue enggak pernah dibuat baper sama cewek. Lo juga enggak usah kepedean bisa buat gue suka sama lo, lo suka kan sama gue makanya tiba-tiba kayak gitu? " Jisung sendiri agak aneh sama omongannya yang malah nyerocos dengan sendirinya.

Wonyoung geleng-geleng. "Lo kali yang kepedean, "

"Lo tuh yang pedean! " Jisung berdiri dengan mengelak, kupingnya jadi panas. Wonyoung ikut berdiri berusaha membuat Jisung teralihkan dengan topik ini.

"Gue enggak kepedean, lo nya aja yang malah ngenalin gue sama mama lo. Lo pengen gue dikenal sama calon mertua kan? "

"Apasih! Jangan berpikiran yang lain-lain deh, gue pengen introgasi lo disini. Makanya gue ngajak lo, lagian lo yang awalnya ngajak gue balik bareng. " tungkas Jisung yang tidak mau kalah.

"Alah bilang aja lo mau berduaan sama gue, pake gelap-gelapan segala lagi. " tutur Wonyoung, sepertinya ia berhasil membuat Jisung lupa akan tujuan awalnya.

"Lo tuh ya jadi cewek-aduh, " kaki Jisung terbentur meja dan membuat Jisung jatuh ke depan dengan menubruk badan Wonyoung didepannya.

Wonyoung terjungkal dan alhasil mereka berakhir diatas kasur Jisung, dengan posisi Jisung diatas Wonyoung.

Mata Wonyoung tertutup sempurna, karena cahaya senter yang langsung menyorot ke matanya.

Jisung terdiam kaku, melihat Wonyoung dari sedekat ini membuat detak jantungnya tidak sehat. Sepertinya tekanan darahnyapun naik.

"Wonyoung-ya, " lirih Jisung, mata Wonyoung perlahan terbuka padahal sorot cahaya senter masih tertuju padanya.

Wonyoung terkejut, sebelah tangannya digenggam erat oleh Jisung dan sebelahnya terlentang. Posisi apa ini?

"Ji...Jisung-ya, " Jisung meneguk ludahnya paksa, mengapa suara Wonyoung terdengar sangat lembut ditelinganya.

"Hm. " Kini Wonyoung yang jadi gila, suara deheman berat Jisung mempercepat detak jantungnya.

Jisung melihat manik mata Wonyoung dan turun melihat bibir Wonyoung yang seakan membujuknya, Wonyoung menatap Jisung dengan heran dan akhirnya dia mengerti.

Perlahan Jisung mendekatkan wajahnya, dengan refleks Wonyoung memejamkan matanya. Tidak tahu kenapa Wonyoung tidak menghidari keadaan ini.

Hingga sebuah suara nyaring terdengar dari ambang pintu.

"Jisung park! "

Mampus.




TBC

Pacarku Cenayang 「Jisung X Wonyoung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang