duabelas

793 132 3
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, Jisung yang daritadi udah nahan pengen kencing langsung keluar dari kelas sambil bawa tasnya.

Jisung lari ke toilet dan enggak sengaja nabrak orang yang keliatan lari buru-buru, enggak ada waktu buat minta maaf. Soalnya orang yang ditabrak sama Jisung juga langsung lari enggak tahu kemana.

"Ah, lega. " ucap Jisung yang baru keluar dari toilet, ia meraih tasnya yang sengaja ia taruh diatas keramik samping wastafel.

Ada dua orang lelaki masuk dan memeriksa beberapa bilik, Jisung mencuci mukanya dan hendak keluar tapi ia ditahan salah satu lelaki itu.

"Lo lihat ada cowok yang pake kacamata kesini gak? " tanya lelaki dengan nametag Lee Taeyong.

Jisung geleng-geleng cepet dan keluar dari toilet, ngeliat raut wajah lelaki tadi bikin Jisung takut. Agak ngeri lihatnya enggak tahu kenapa auranya beda.

"Sung! Balik yuk, " Jaemin teriak dari ujung koridoor bikin Jisung agak kaget.

Langkah Jisung berhenti diparkiran motor, terlihat madona sudah menunggu kedatangan Jisung.

"Eh jangan lupa nanti sore ke rumah gue, " sahut Jaemin yang mau pake helm. "Sekalian bawa flashdisk yang lo pinjem kemaren, besok presentasi pake flashdisk itu aja. Yang satunya lagi dipake sama Bang Lucas, "

Jisung angguk sambil nyari kunci motornya, tapi pas tanganya merogoh saku hoodienya ia mendapatkan sesuatu.

Ia mengeluarkannya dan melihatnya dari dekat, karena itu sebuah memori dengan bertuliskan kapasitasnya disana. Merasa tidak pernah punya memori itu Jisung lempar sembarang dan berakhir terjatuh disebuah pot bunga yang ada dihalaman parkir itu.

Jisung menemukan kunci motornya dan bergegas memakai helm nya, namun ia kembali teringat dengan memori itu.

"Tadi itu 16 gb atau 16 kb sih? " Jisung mencoba mengingat. "Tapi kalau gb rumayan sih buat naro stok game, "

"Sung! Gue duluan, " kata Jaemin dan Jisung termangut dan mulai menyalakan mesin motornya.

Hari mulai sore dan langit terlihat sangat mendung. Hingga saatnya ketika Jisung masih ditengah jalan menuju rumahnya, hujan deras tiba-tiba membasahinya.

Tidak ada siapapun atau kendaraan lain yang melaju di jalan itu, hanya ada Jisung. Ia bahkan masih memakai seragam sekolahnya yang sudah kelewat basah dituruni hujan tanpa perlindungan.

"Aish, "

Tiba- tiba saja motornya berhenti, ini bukan kali pertama. Motor bebek itu memang sudah seringkali berhenti mendadak, Jisung turun dan memukul jok motornya.

Semesta tidak mendukung sama sekali, dikala hujan yang mengkeroyoknya ia harus mendorong sebuah motor dengan beratnya.

"Madona, plis deh jangan ngadat dulu. " rayu Jisung seolah ia bisa membuat motornya kembali menyala meski tidak diperbaiki.

Ia mendesah keras, sudah kedinginan tanganya terserang keram dan membuat motornya terjatuh.

Beberapa kali ia putar sendi lengan atasnya, berusaha menghilangkan rasa keram yang rumayan sakit.

Namun, apa yang terjadi?

Bruks

Jisung terbangun, lagi-lagi dia tidur didalam kelas. Untung saja sedang jam kosong.

Dan tiba-tiba kepala Jisung terasa sakit, dengungan suara membuat telinganya juga sakit. Teman-teman Jisung yang memperhatikan merasa aneh, terlihat jika ia sangat kesakitan.

"Sung! Lo enggak apa-apa kan? " tanya Jaemin yang langsung nyamperin dan duduk disamping Jisung.

Jisung terus-terusan megangin kepalanya, sampai dia mengingat seseorang dikepalanya. Seorang siswa berkacamata yang menabraknya waktu itu, waktu sebelum ia mengalami kecelakaan.

Dan nametag nya bertuliskan Yang Jeongin.

"Yang Jeongin! "

Jaemin kaget, apalagi Jeno sama Renjun yang lagi main ayam-ayaman langsung fokus ke Jisung. Tapi Renjun masih sadar sampai akhirnya dia ngalahin Jeno.

"Kena!" Jeno kaget dan berusaha ngeraih Renjun buat main ulang tapi Renjun malah kabur, ngedeketin Jisung.

"Curang anjir, " timpal Jeno dan ikut-ikutan ngerubuni Jisung.

"Lo kenapa sung? " tanya Haechan yang daritadi cuman mantengin Jisung megangin kepala.

Jisung ngedongak, ngeliat temen-temennya satu persatu. Tapi enggak ada Chenle disini, dia dimana.

"Gue inget sesuatu guys. " Yang lain ngeliatin Jisung dengan seksama. "Gue inget orang yang mungkin terlibat sama tragedi kecelakaan gue, "

"Siapa sung? " tanya Renjun mulai penasaran.

"Kenal Lee Taeyong gak kalian? " tanya Jisung dan benar saja Haechan langsung bersungut.

"Tahul lah, temen main futsal gue. Gue kan kenal udah lama, tapi kayaknya lamaan Chenle deh yang kenal. Kan mereka satu SMP, " jelas Haechan. "Kenapa emang? Sangkut paut sama kecelakaan lu apa? "

Jisung melihat ke mata Jaemin, ia tahu kemana arah percakapan ini. Hingga tiba-tiba Jisung kembali memegangi kepalanya.

"Awww sakit!" erang Jisung membuat yang lain kaget, seisi kelas kembali melihat kearah Jisung.

"Woy lu kenapa woy!" teriak Jeno histeris, panik.

"Kesurupan anjir, kayaknya. " kini Renjun yang malah menjauh, takut dicakar. Itu isi pikirannya.

Jaemin tahu dia harus ngapain, makanya Jaemin minta izin ke ketua kelas untuk bawa Jisung ke UKS.

Kabar yang lain? Mereka enggak dibolehin sama ketua kelas untuk keluar bareng-bareng, takutnya guru mata pelajaran tiba-tiba masuk dan langsung cari mereka.

Makanya ketua kelas cuman ngizinin Jisung dan satu teman yaitu, Jaemin.

"Cepet sembuh ya Sung, " kata Haechan.

Jisung berjalan gontai, harus profesional. Jaemin nengok ke belakang melihat kearah kelasnya, dan akhirnya mereka lega karena tidak ada yang mengikuti mereka.

Disisi lain, kelas mereka yang bersebelahan dengan kelas Wonyoung sedikit membuat guru dikelas Wonyoung tertarik membicarakan.

Karena mendengar dua teriakkan sekaligus.

Sementara guru mata pelajaran Sejarah itu membicarakan kelas sebelah.

Wonyoung melihat keluar jendela, dan menangkap Jisung dan Jaemin. Jisung terlihat lesu dibantu oleh Jaemin, hingga saatnya Jaemin berbalik.

Setelah itu Jisung berubah menjadi layaknya tidak apa-apa, padahal awalnya terlihat seperti orang sakit.

Wonyoung geleng-geleng kepala menyadari kalau Jisung hendak bolos pelajaran.

"Kamu yang duduk dibangku ketiga dari belakang! " Wonyoung tersadar ketika teman disampingnya menepuk pundaknya.

Alisnya terangkat menatap teman nya itu, lalu temannya menunjuk kearah depan.

"Kamu! "

"Hah? Saya Bu? " tanya Wonyoung.

"Iya kamu, kenapa enggak dengerin saya? Malah senyum-senyum terus geleng-geleng kayak orang gila. " Wonyoung nyengir. "Ngeliat apa kamu tadi? "

Ibu guru itu keliatan marah.

Wonyoung enggak tahu harus jawab apa, sampai akhirnya Wonyoung berakhir di koridoor dengan tanganya yang menjewer daun telinganya sendiri.

"Kenapa juga gue harus senyum, " guman Wonyoung. "Tapi pas ngeliat muka Jisung bawaanya pengen senyum sih. "

TBC

Pacarku Cenayang 「Jisung X Wonyoung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang