duapuluh dua

611 101 8
                                    

Seperti kata Jisung tadi, Jisung beneran anterin Wonyoung pulang. Tapi sebelum itu, Jisung nungguin Wonyoung dulu beres eskul basket.

Jaemin lagi asyik ngemilin ciki yang dibeli tadi, kalau Jisung lagi ngeliatin yang eskul sambil sesekali neguk minuman. Panas. Haus.

Dilapangan Wonyoung lagi diajarin sama kakak kelas, dan enggak jarang juga Wonyoung nyobain main bareng sama anak anak yang lain. Kayak main duel gitu dibagi team.

Waktu istirahat Wonyoung sesekali nengok kebelakang ngeliat Jisung yang setia nunggu ditemenin Jaemin, Wonyoung istirahat nya dibangku pinggir lapangan. Enggak keluar.

Hingga seorang kakak kelas duduk disamping Wonyoung.

"Young, itu pacar lo ya? " panggil aja Seulgi.

Wonyoung ketawa kecil terus geleng-geleng. "Enggak tahu kak, enggak jelas. "

"Lah kok gitu, gue kira dia pacar lo. Soalnya nungguin. Lo sejak awal pertemuan eskul, enggak bosen apa dia? " kata Seulgi yang nengok ke arah Jisung.

Jisung yang merasa diliatin cuman pura-pura enggak lihat dan memilih neguk minumannya.

"Anaknya enggak ngasih kepastian kak. " jawab Wonyoung.

"Digantung lo dek, " timpal Seulgi sembari meraih botol minumannya. "Jangan mau digantung lu dek, enggak enak tahu. "

"Eh, kamu udah deket lama sama dia? " tanya Seulgi.

Dengan ragu-ragu Wonyoung ngangguk. "Rumayan sih kak, udah hampir setengah tahun kita deket. "

"Oh gitu, dan sampai sekarang lo masih digantung? " Wonyoung cuman mangut-mangut.

"Mungkin dia masih nunggu waktu yang pas kali buat ngasih lo kepastian dek, udah jangan nethink dulu. Kayaknya dia baik tuh, mukanya kiyowo juga, hehe. "

Setelah perbincangan antara Seulgi dan Wonyoung usai, mereka lanjut latihan lagi. Enggak lama dari situ, pertemuan eskul udah selesai.

"Kak duluan. " kata Wonyoung pamit ke Seulgi.

Wonyoung berjalan menuju luar lapangan, dan disambut sama Jisung yang udah siap. Jaemin yang ketiduran kebangun gara-gara Jisung berdiri, soalnya tadi Jaemin minjem paha Jisung buat dijadiin bantal.

"Eh mau balik Sung? " kata Jaemin sambil ngucek mata.

"Iyalah, masa nginep. " jawab Jisung.

"Udah selesai? "

Dan Wonyoung mengangguk. Akhirnya mereka jalan menuju parkiran, buat Jaemin. Dia di tinggal aja, enggak penting.

Jisung nyalain madona, kini udah ada tiga perempuan yang udah duduk dijok belakangnya madona. Pertama, mamanya. Kedua, Wonyoung. Dan ketiga, Yeri.

Tapi Jisung bukan fakboi. Dia cuman enggak enak aja kalau nolak.

"Yuk, pulang. " kaya Jisung. "Oh iya, pulangnya ke rumah Chenle atau ke rumah kamu? "

"Kerumah aku aja. "

"Siap. "

Enggak ada percakapan diantara Wonyoung sama Jisung, diperjalanan hening. Padahal tadi sempet kejebak lampu merah dua kali, tapi enggak ada yang berani membuka pembicaraan.

Alhasil mereka tanpa cerita nyampe ke depan rumah Wonyoung, kelihatannya sepi. Udah sore tapi lampu luar belum nyala, beda sama rumah-rumah disekitarnya yang udah pada nyala lampunya.

"Nyampe. " seru Jisung sebagai pemanis.

Wonyoung turun. "Makasih udah mau nunggu, udah mau nganter, dan udah mau ngeramein. "

"Sepi kayaknya. " sahut Jisung ngeliat kerumah Wonyoung.

"Enggak tahu, kayaknya belum pada pulang. "

"Emangnya suka pulang jam berapa? "

"Suka sekitar jam seginian sih, makannya kadang kalau bosen. Pulangnya suka ke rumah Chenle, disana ada game jadi rame. "

"Lain kali kalau bosen telpon aja, " tawar Jisung dan Wonyoung senyum tipis dan manggut-manggut.

"Beneran mau sendirian disini? Atau mau aku temenin dulu. "

"Enggak usah, tadi kamu udah nungguin aku lama disekolah. Masa sekarang harus nungguin lagi. Enggak capek apa? " tanya Wonyoung. Padahal aslinya pengen juga ditemenin sama Jisung untuk sekedar nunggu orang tuanya pulang.

"Kalau yang ditungguin nya pasti sih, enggak bakalan capek. "

Akhirnya Wonyoung ngangguk-ngangguk, memperbolehkan Jisung nungguin dia. Alhasil Jisung duduk disamping Wonyoung yang lagi duduk didepan pintu rumahnya.

Mereka fokus nontonin jalanan yang sepi, dihiasi angin yang tak kasat mata.

"Kalau aku jadi kamu, pasti bosen banget. " kata Jisung.

Wonyoung menghela nafas. "Ya gitu deh, udah biasa. Tapi kalau udah pulang, suka malah berisik. "

"Berisik kenapa memangnya? "

"Mama suka ngajakin nonton drama, kalau papa suka ngerecokin mama yang baper gara-gara drama. " jelas Wonyoung dan bikin Jisung ngebayangin.

"Seru juga ya. "

"Apanya? "

"Nonton sama kamu. "

"Ih, apaan sih. Enggak lah ya, malahan bakalan ngantuk kalau ngajakin aku nonton. Soalnya aku enggak terlalu suka nonton film atau apalah itu, lebih suka main game bareng sama Chenle. " 

Jisung berdehem. "Kayaknya boleh tuh main bareng sama aku, sekali kali boleh dong. Nanti kalau aku main kerumah Chenle. "

"Boleh. "

Tiba-tiba hening, dari mereka enggak tahu mau ngomongin apa lagi. Mau manjangin topik tadi udah keburu kadaluwarsa topiknya, nanti jatuhnya telat.

Wonyoung ngeliat Jisung sepihak, Jisung ngeliat lurus kedepan. Perkataan Seulgi bikin Wonyoung penasaran. Apa boleh Wonyoung nanyain hal ini ke Jisung? Apa enggak terburu-buru?

"Sung. "

"Hm, "

"Sebenernya kita itu apa sih? "

Jisung nengok, jantungnya mulai deg-degan enggak karuan. Hatinya juga berdebar. Jisung belum siap kalau sekarang. Entah Jisung belum yakin, atau Jisung masih butuh waktu. Iya, meski sama aja.

"Kita, manusia bernafas. " jawab Jisung asal.

Terlihat senyuman kecut Wonyoung, gadis itu mengalihkan penglihatan lurus kedepan. Kini Jisung yang melihat Wonyoung sepihak.

"Beri aku waktu. " ucap Jisung dalam hati.




TBC

Pacarku Cenayang 「Jisung X Wonyoung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang