enambelas

711 120 0
                                    

Jisung berhenti ngeliat Wonyoung yang ada dibengkel tempat motornya diperbaiki, awalnya Jisung mau ke rumahnya tapi malah ketemu disini.

"Kan udah Lucas bilangin ke lo, lo harus deketin anaknya. Seharusnya lo bisa dong bikin dia teralihkan, " Jisung menguping pembicaraan Wonyoung sama lelaki yang waktu itu sempat telponan dan langsung ada beberapa orang yang mau apa-apain dia.

"Maaf, tapi udah terlambat. " kata Wonyoung keliatan ekspresinya muka muka pasrah.

"Terlambat apa? "

"Dia udah punya memorinya, "

Plak

Mata Jisung membulat, ia melaknat tangan yang menampar Wonyoung itu. Kenapa Wonyoung mau maunya bersekongkol dengan seseorang yang sudah membuatnya menderita seperti itu.

Tapi Jisung tidak serta merta menghampiri dan membantu Wonyoung, ia ingin tahu sejauh mana memori ini mengendalikan mereka.

"Lo tahu gak? Kalau dia sampai nyebarin isi memori itu, bukan cuman lo yang rugi. Sepupu lo juga! Si Chenle! Padahal dia temen baiknya shadow, " lelaki itu marah.

Apa yang ia bicarakan tidak masuk dalam ingatan Jisung, Jisung tidak bisa membaca apapun tentang lelaki itu.

"Maaf, aku tidak menyangka dia punya memori itu. " Wonyoung berusaha bangkit, lelaki itu mengusap wajahnya.

Ia sedang kalut, sampai berani memperlakukan seorang gadis seperti ini. Jika bukan karena membantu shadow ia tidak mungkin jadi terlibat.

"Sudahlah, bangun. Saya kasih kamu kesempatan buat ambil memori itu, lebih baik lagi kalau lo lenyapkan memori itu. Lo enggak mau kan nasib lo kayak temen cowok lu itu, "

Wonyoung mengangguk paham, dan pergi dari bengkel itu. Jisung bersembunyi, ternyata separah itu mereka memperbudak Wonyoung. Tapi untungnya lelaki dibengkel itu mengkasihaninya.

Suara isakkan terdengar, Wonyoung beberapa kali mengusap pipinya. Menghilangkan jejak air mata yang melewatinya.

"Wonyoung-ya, "

Wonyoung berhenti, dia kenal suara ini. Tapi kenapa suara ini terdengar diwaktu yang tidak tepat. Ia berbalik dan benar Jisung tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan sendu. Wonyoung benci tatapan seperti itu.

Sama dengan tatapan yang orang lain lontarkan padanya, ketika ia tengah menjadi bulan-bulanan. Tapi tidak ada seorangpun yang berani membantunya.

Jisung memeluk Wonyoung sepihak, membiarkan dagu gadis itu bertengger dipundaknya. Tangannya mengusap rambut Wonyoung perlahan.

Sedangkan Wonyoung, ia hanya menatap datar ke depan. Wonyoung pikir Jisung akan tetap bersikap kejam kepadanya, tapi kayaknya dia sudah melihat isi memori itu.

Wonyoung tidak suka dikasihani, ia benci ketika orang lain melihatnya sebagai orang yang lemah.

"Apa! " Tangan Wonyoung mendorong Jisung, hingga mereka saling berhadapan. "Lo mau ngapain nyamperin gue? " lanjut Wonyoung.

"Kenapa lo enggak bilang soal ini? "

"Buat apa gue bilang? " Wonyoung meremas ujung bajunya. "Lagipula lo enggak bisa bantu apa-apa, lo cuman jadi beban buat gue. Dan asal lo tahu, lo bukan siapa-siapa! Jadi lo enggak berhak gue kasih tahu, "

"Wonyoung! Gue bisa bantu lo dengan lenyapin memori itu, tapi kenapa? Kenapa lo malah ngelindungin orang-orang yang jelas udah bikin lo menderita, "

"Gue enggak pernah ngelindungin mereka, gue cuman ngelindungin diri gue dan sepupu gue. Chenle, "

"Terus kenapa Chenle enggak pernah cerita sama sahabat-sahabatnya, kenapa lo enggak berusaha minta bantuan. "

"Heh! Asal lo tahu, Chenle aja enggak bisa berbuat apa-apa. Apalagi kalian semua, mendingan lo ngaca! Lo itu udah jadi beban gue, seharusnya gue dapetin memori itu dan enggak usah sok-sokan deketin lo. "

"Wonyoung, " Jisung menghela nafas, rasanya agak sesak. "Sebenci itu lo sama gue? "

"Iya! "

"Gue benci karena lo bikin gue terdesak, gue benci karena lo sekarang tahu gimana gue dulu, gue benci karena lo bicara kayak gini sama gue, gue benci karena lo natap gue kayak gitu, dan gue benci karena lo seolah kasihan sama gue. " tutur Wonyoung. Air matanya mulai kembali menetes.

Jisung terdiam seribu bahasa, sebenernya dia enggak mau tahu soal ini. Dia cuman penasaran dengan mimpinya dan pikiran-pikiran aneh yang selalu muncul tiba-tiba dikepalanya.

Dan dipikirannya ada Wonyoung.

"Sekarang terserah, terserah lo mau nyebarin isinya atau enggak. Gue enggak peduli, " Wonyoung terseguk. "Gue harap kita enggak ketemu lagi setelah ini, permisi. "

"Wonyoung! "

"Wonyoung! "

Rasa putus asa kini melanda Jisung, ia terduduk dipinggir jalanan komplek. Semuanya jadi kacau, dia tidak pernah mengira jika sahabatnya punya rahasia sebesar ini. Dan sepupunya.

Kenapa Jisung punya pikiran tentangnya.

Jisung berdiri hendak menyusul Wonyoung, ia akan meminta maaf pada gadis itu dan bilang akan menghancurkan memori itu. Agar Wonyoung dan Chenle tidak punya masalah lagi.

Tapi baru saja ia akan melangkah sebuah kain hitam menutupi kepalanya, seseorang sengaja menutupi penglihatannya. Hingga suatu benturan membuat kesadarannya hilang.

Tangan Wonyoung terikat, sudut bibirnya mengeluarkan darah karena ditampar beberapa kali oleh seorang perempuan. Perempuan yang sejak dulu hobi menjadikannya samsak. Eunso.

"Hiks, "

"Kenapa? Lo mau nangis! " teriak Eunso, sudah lama ia tidak melihat korban lamanya. Ia masih ingat betul bagaimana kedekatan Wonyoung dengan mantan pacarnya.

"Sebentar lagi, pacar lo bakal Taeyong bawa kesini! "

"Siapa? " Wonyoung bingung sekaligus takut, ia langsung mengingat Jisung. Padahal mereka bukan sepasang kekasih.

"Siapa lagi kalau bukan pemilik memori itu, bagaimanapun caranya Shadow harus punya memori itu. Harus melenyapkan memori itu, " Eunso mengelus rambut Wonyoung.

Wonyoung bergedik ngeri setiap Eunso menyentuh bagian tubuhnya.

"Well, kalau lo mau tahu kenapa Shadow harus punya memori itu. Sederhana, kalau isi memori itu dilihat banyak orang. Shadow bisa kehilangan warisannya, simple so easy. " Eunso tertawa setelah mengatakannya.

Ini seperti sebuah permainan bagi Eunso, hanya tinggal membantu sedikit ia bisa mendapatkan banyak bagiam dari warisan itu. Makanya ia mau membantu Shadow yang adalah mantannya.

Yang sudah mengkhianatinya hanya untuk mendekati seorang gadi yaitu, Wonyoung.

"Arghhh, " suara erangan terdengar sangat berat.

Wonyoung membulatkan matanya.

"Jisung-ya! " teriaknya.

"Wonyoung? "

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pacarku Cenayang 「Jisung X Wonyoung 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang