Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
".... Aku tidak menyangka ternyata Hera berbohong pada kakakku, dan kamu ikut membantu" Terselip nada kekecewaan dari Sehun.
Ya, akhirnya Sejeong menerima ajakan seniornya itu untuk pergi menonton film. Sebenarnya dia tidak begitu suka dengan filmnya, hanya saja karena dia bosan dirumah terus dan Hera yang tidak datang seperti biasanya, makanya dia terima saja pergi bersama senior tampannya itu.
"Apa kamu tahu, betapa marahnya kakakku itu saat dia kembali ke rumah tadi?" Omel Sehun lagi. "Hampir saja wajah tampanku ini kena sasaran lemparannya" Sejeong mengerutkan dahinya mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Sehun. "Dia itu paling tidak suka dibohongi. Harusnya kamu paham kenapa, aku sudah pernah cerita kan?"
Sejeong mengangguk. Ya, dia tahu situasi keluarga Sehun. Walaupun dari keluarga yang bisa dibilang wah, tapi ternyata tidak menjamin keluarga itu harmonis.
Seorang ayah yang ternyata punya hubungan dengan wanita lain diluar sana, dan ibu yang lebih mementingkan uang dibanding keluarganya. Saat mereka di rumah, keduanya berpura-pura seperti suami istri yang saling mencintai, tapi diluar mereka malah saling memaki. Hal yang pada akhirnya diketahui oleh putra sulung mereka, Baekhyun.
Semakin dewasa dia semakin menyadari apa yang dia dan Sehun dapatkan bukanlah bentuk kasih sayang yang mereka inginkan. Hanya memberikan materi berupa uang dan memberikan apapun yang mereka inginkan, itu bukanlah kasih sayang yang dia inginkan. Semua itu hanyalah kebohongan yang selama ini ditutupi dengan baik oleh orang tua mereka, bahkan sampai saat ini....
"Ya maaf, aku mana tahu kalau ternyata laki-laki itu kakakmu. Lagi pula, namanya juga jatuh cinta, dia bahkan sampai rela melakukan apapun dan mengambil resiko agar bisa bertemu kakakmu itu" Timpal Sejeong membela sahabatnya.
"Melakukan apapun ya?" Gumam pemuda itu. "Kalau aku juga bersedia melakukan apapun untukmu, apa kamu mau jadian denganku?"
"Eh?" Sejeong terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba saja terlontarkan asal dari mulut pria yang saat ini sedang berjalan beriringan dengannya.
Drrtt.... Drrtt...
Ponsel yang bergetar di saku celana jeansnya membuat nya sedikit bernafas lega karena suasana yang sempat canggung tadi akhirnya terlupakan.
Sejeong menatap layar ponselnya dan membaca nama si penelepon yang dia kenal betul siapa. "Kak Wendy?" gumamnya menyebut nama di penelepon.
"Halo kak Wendy, ada apa?" Tanya Sejeong setelah menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.
