23 ; 𝐃𝐞𝐜𝐢𝐬𝐢𝐨𝐧 [𝐉𝐀𝐄𝐇𝐘𝐔𝐍 𝐏𝐎𝐕]

258 32 0
                                    

Sungguh,

moodku benar-benar hancur usai pertengkaran dengan Rose tadi, dan sialnya aku bahkan tidak bisa melupakan kejadian itu.

God, kenapa aku harus membentaknya dan mengatakan hal itu! why you so stupid, Jung Jaehyun?!

kubangkitkan tubuhku dari atas ranjangku dan memakai jaketku sebelum mengambil kunci motor yang kutaruh diatas meja belajarku lalu berjalan keluar dari kamarku. tidak peduli dengan hari yang semakin larut malam mengingat ini hampir jam 11 malam.

aku benar-benar butuh udara segar sekarang.

:::::

berakhirlah diriku disebuah Café yang tak jauh dari rumahku lalu meminum segelas cappuccino sembari duduk di salah satu bangku sembari memainkan handphoneku.

Rose benar-benar marah denganku, ia bahkan tidak mengechatku sama sekali.

hela nafas berat kuhembuskan sebelum membuka ruang chatku dengan Jennie noona yang dipenuhi dengan tumpukan chatnya yang berisi dengan omelan dan nasehatnya karena kejadian tadi.

wait, sesalah itukah diriku karena berkata seperti itu?

"Jung Jaehyun!"

suara itu,

dengan refleks kutolehkan pandanganku kearah asal suara itu, terlihat seorang namja yang tersenyum sinis padaku sedang berdiri tak jauh dariku sembari memegang segelas kopinya.

Ko Junhoe,

Shit! kenapa harus dia? kenapa dalam 1 hari saja aku bertemu dengannya berkali-kali, ada apa dengannya?

tidak. kumohon jangan ada yang bilang kalau ini mungkin takdir ataupun jodoh. aku tidak sudi dengannya.

Sialnya lagi kini ia berjalan dan duduk dihadapanku membuatku seketika membangkitkan diriku sebelum ia tahan dan membuatku menatapnya kesal.

"hey, aku baru saja duduk setidaknya sambutlah aku dengan baik. lagipula berhubung kita disini, ada yang ingin aku bicarakan denganmu"ucapnya, aku pun dengan pasrah mengalah dan kembali mendudukkan diriku.

"cepat katakan apa yang kau ingin bicarakan? aku sudah ngantuk sekarang"

ia tersenyum tipis sebelum kembali menatapku sinis, "jauhi Rose. aku menyukainya."

seketika keningku mengerut dan menatapnya sembari tersenyum miris "benar dugaanku ternyata, kau menyukainya.."

"kau sudah bisa menebak ternyata, kalau begitu jauhi dia.."ucapnya lagi, "siapa kau beraninya mengaturku"ucapku dingin. aku bisa mendengarnya terkekeh sinis sebelum menyeruput minumannya yang ia pesan.

"kau benar, siapa aku yang berani-beraninya mengaturmu, ya?"

"tapi apa kau sadar? ia juga ikut terluka karena dekat denganmu, menjadi bahan bullyan fansmu dulu, dan menjadi bahan pembicaraan hingga saat ini..tidak hanya satu atau dua kali aku mendengarkan teman-teman berbicara kotor tentangnya"ucap Junhoe. yang berhasil membuatku bungkam.

Benar, Rose menjadi bahan bicara dikelas. aku juga sering mendengarnya dan itu juga menyangkut karenaku. seketika ingatanku kembali kepada perkataannya dan juga Jennie noona dulu.

"kau memang harus memberinya peringatan keras. dia tidak akan berhenti... aku tidak sengaja mendengar kalau Joy melakukan ini karena ia cemburu karena kedekatanmu dengan Rose. kau tau sendiri ia sangat ngefans denganmu bukan?"

"Asal kamu tau.. 4 tahun aku berteman dengannya, aku tidak pernah sekalipun melihat terlihat separah kemarin.."

"aku tau, Rose pasti selalu bilang kalau ia tidak masalah dengan itu semua. aku sangat tau kalau dia pasti mengatakan itu padamu, dia adalah yeoja yang baik. tapi apa kamu sendiri tega melihatnya seperti itu?"ucapnya lagi.

"look. kau tidak pantas untuknya. kenapa aku berkata seperti itu? kau membuatnya sakit. apa kau tidak merasa egois kalau hanya kau saja yang bahagia disini dan dia harus menanggung penderitaan itu? dan aku yakin aku sudah pernah mengatakan padamu saat itu. selama 4 tahun aku berteman dengannya, aku tidak pernah sekalipun melihatnya terluka separah ini. dia adalah yeoja yang disukai oleh semua orang yang mengenalnya dan sekarang kau membuatnya menjadi orang yang dijauhi oleh siapapun yang mengenalnya. apa kau tidak merasa jahat karena itu?"

aku hanya bisa terdiam bungkam berusaha mencerna. Junhoe benar, ia banyak dijauhi saat ini. dan itu karenaku. hela nafas kuhembuskan berat sebelum kembali menatapnya serius. ia kembali menyeruput minumannya.

"kau ingin aku menjauhinya?"

"jangan membuatku mengulangi perkataanku. apa yang tadi kubilang kurang jelas?"ucapnya lagi dengan santai.

"biarkan Rose menjalankan hidupnya seperti dulu. tanpa kau disekelilingnya, ia terlihat jauh lebih bahagia seperti itu"ucapnya lagi

haruskah aku melakukannya? ia benar, Rose sangat bahagia dulu sebelum aku memasuki kehidupannya.

"berjanjilah padaku, ia harus lebih bahagia"ucapku pelan, kulihat senyuman penuh kemenangan menghiasi wajahnya "dengan senang hati"



(𝗽.𝘀) 𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗳𝗼𝗿𝗴𝗲𝘁 𝘁𝗼 𝘃𝗼𝗺𝗺𝗲𝗻𝘁 𝗲𝘃𝗲𝗿𝘆𝟭-!
—𝗧𝗼 𝗕𝗲 𝗖𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲

My Most Beautiful Karma : First Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang